Soraya dikhianati oleh calon suami dan adik tirinya sendiri. Hanya karena statusnya yang merupakan anak angkat, dia dianggap lemah. Namun, apa jadinya jika Soraya menyiapkan sebuah kejutan di pernikahan mereka? Upaya pembalasan Soraya hari itu nyatanya menyeret seorang pria yang berpakaian pelayan di acara tersebut. Dari mengaku berpacaran, dan sudah membicarakan pernikahan ... mereka justru terjebak dalam ikatan pernikahan. Lalu, bagaimana jadinya jika sosok pria yang dinikahi Soraya bukanlah seorang pelayan sungguhan? Apakah pernikahan yang didasari keterpaksaan dan diikat oleh perjanjian itu mampu membuat sepasang suami istri itu jatuh cinta? Ikuti kisahnya hanya di Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat, ya! Nantikan updatenya setiap hari. Jangan lupa komen dan subscribe!
View More“Jangan seperti ini, nanti kita bisa ketahuan.”
Soraya yang ingin menemui kekasihnya, Cakra, menghentikan langkah karena samar-samar mendengar obrolan pria itu dengan seorang wanita.
Penasaran, Soraya sengaja mengurungkan niat untuk membuka pintu dan menguping.
“Ketahuan siapa, sih? Nggak ada orang di sini, Cakra!” Wanita itu terdengar terus merangsek. “Lagian, ingat loh … kamu sudah janji memilihku, meskipun aku yang kedua!”
‘Tunggu dulu. Suara ini ….’ Soraya terhenyak di tempatnya. Suara wanita yang sedang terlibat percakapan mencurigakan dengan Cakra di dalam terdengar tidak asing.
Bersiaga, Soraya mengambil ponselnya dalam tas, membuka aplikasi perekam suara dan menaruhnya lagi ke dalam tas.
Jantung Soraya berdegup begitu cepat. Terlebih, saat suara seorang wanita itu kembali terdengar, kali ini lebih jelas.
“Bersabarlah sedikit lagi. Aku harus cari alasan untuk memutuskan hubunganku dengan Soraya dulu, Say—”
Brak!
Tidak tahan dihantui rasa penasarannya sendiri, Soraya akhirnya memutuskan untuk membuka pintu ruangan Cakra.
“Sabrina??”
Mata Soraya memelotot. Pantas saja suara wanita itu terasa tidak asing untuknya, sebab Sabrina memang bukan orang lain, melainkan adik tirinya sendiri.
Dengan mata yang mengembun, Soraya berujar, “Sejak kapan kalian sedekat ini?”
“Sejak kami berhubungan, tentu saja.” Perkataan Sabrina menjawab semuanya dengan gamblang. “Aku dan Cakra adalah pasangan kekasih.”
Tangan Soraya membekap mulutnya, tidak percaya dengan pengakuan Sabrina. “Kekasih? Tapi, kamu tahu kan, aku–”
“Iya. Cakra bilang Kakak terlalu membosankan.”
Nada penuh kepercayaan itu membuat Soraya semakin merasa sakit hati. Dia kemudian menatap Cakra yang masih berdiri di samping Sabrina, tengah terlihat kebingungan dengan wajah pucat pasi.
“Cakra, apa itu benar?”
Pria itu terlihat menggusar rambutnya dengan kasar, sebelum kemudian berujar, “Baiklah, karena kamu sudah tahu, aku akan jujur. Kami memang sudah berpacaran.” Wajah pria itu kemudian menatap ke arah Soraya dengan pandangan menilai. “Sabrina bisa memberikan aku kepuasan. Suatu hal yang tidak bisa kamu berikan.”
Tanpa terasa, setetes air mata turun ke pipi Soraya. “Tapi kenapa harus adikku?”
Lagi-lagi, dia merasa tersisihkan dan kalah dari Sabrina.
Sejak kelahiran Sabrina, Soraya yang dulunya mendapatkan kasih sayang penuh meski dia anak angkat mendadak tak dianggap. Adiknya itu selalu menjadi tokoh utama di rumah keluarga Kwong, sementara Soraya menjadi bayang-bayang dari adiknya itu.
Sampai kemudian hadir Cakra yang perlahan mampu membuat Soraya berdamai dengan nasibnya. Namun, kini … pria itu pun turut pergi dari sisinya. Ironisnya, semua orang seolah menjauh dan mendekat kepada adik tirinya.
“Karena kamu membosankan, tidak seperti Sabrina.”
Tangan Soraya di kedua sisi tubuhnya mengepal kuat. Namun, karena ia tak ingin kembali kehilangan orang yang dikasihinya, ia mengurungkan niatnya untuk marah. “Kamu yakin dengan keputusanmu? Kalau kamu mau berpikir ulang, aku masih bisa memaafkanmu.”
“Kakak, sejak kapan kamu jadi wanita murahan?” Terdengar, Sabrina mendengus. Ekspresi gadis itu begitu menghina, memandang jijik pada sang kakak. “Cakra sudah memilihku, bukankah seharusnya kamu merelakannya?”
“Aku yang seharusnya bertanya padamu, Sabrina.” Mata Soraya kembali terbuka. Kali ini dia menatap garang ke arah adik angkatnya. “Sejak kapan kamu jadi wanita murahan, merebut kekasih Kakakmu sendiri?”
Mendadak, raut wajah Sabrina berubah sedih. Wanita itu meraih tangan Cakra dan bergelayut di sana. “Cakra, apa yang harus kulakukan? Kak Soraya bahkan mengataiku gadis murahan?” ujarnya dengan nada manja.
“Cukup, Soraya!” Cakra kembali bersuara, kali ini bahkan dia berteriak karena tidak terima dengan perkataan Soraya pada Sabrina. “Tidak ada yang perlu diperdebatkan lagi. Semakin ke sini, aku jadi semakin yakin. Sikapmu tidak sebaik yang kamu tampilkan ketika di depanku. Jadi … mulai hari ini kita putus.”
Betapa sakit hati Soraya mendengar ini semua. Ditambah, lengkungan senyum yang dia lihat muncul di wajah Sabrina.
Sementara Cakra, masih menatap garang ke arahnya, dengan sebelah tangan yang terus membelai lembut tangan Sabrina.
“Ternyata, kamu sudah memilih.” Soraya menatap ke arah dua pasangan itu dengan perasaan campur aduk.
“Memang. Apa kamu berharap aku akan memohon?” Cakra berdecih. “Aku tidak akan merendahkan harga diriku di depanmu. Anak pungut, meski dipungut oleh keluarga terpandang, tetaplah anak pungut!”
Kaki Soraya terasa lemas, dia hampir saja terjatuh karena tidak dapat menopang tubuhnya sendiri. Beruntung dia berdiri di dekat sofa sehingga dia menyandarkan tangannya dan duduk di sana.
“J-jadi, semua ini karena statusku?” Soraya dengan sisa-sisa kekuatannya kembali bertanya.
Dia sama sekali tidak menyangka, kalau Cakra yang selama ini terlihat tulus padanya justru menjadi orang yang paling kuat menyakitinya.
“Kakak, sepertinya kamu masih bermimpi.” Sabrina melangkah mendekati Soraya yang terduduk lesu di sofa. “Keluarga terhormat seperti Cakra, mana mungkin mau menikahi anak dengan latar belakang tidak jelas?”
Soraya mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Dia memang anak yang dipungut dari panti asuhan. Dia juga tidak tahu siapa orang tuanya, dan asal mula dia hadir ke dunia.
Hanya saja, dia merasa tidak sepantasnya adik angkatnya itu menghina dia sebegitu rendahnya. Sebagai seorang saudara, bukankah seharusnya Sabrina pun memiliki rasa kasih sayang padanya?
Ah, Soraya lupa. Bagaimana mungkin adik yang tengah tersenyum di atas penderitaannya itu memiliki rasa sayang padanya, jika sesaat setelah kelahiran Sabrina … orang tuanya mendadak berubah. Mereka bahkan mengikutsertakan Sabrina sedari kecil untuk tidak menganggapnya kakak.
Perbedaan perlakuan yang dia terima tidak melemahkan Soraya. Jika Sabrina dapat fasilitas mewah dari uang orang tuanya, Soraya harus memutar otak guna memberdayakan diri untuk bisa memenuhi kebutuhannya.
Walhasil, dia pandai menjahit dan mendesain. Boleh dibilang, status legalitasnya saja yang anak adopsi, padahal … sudah sejak lama Soraya hidup di atas kakinya sendiri.
“Baiklah, kalau itu keputusan akhirnya.” Meski berat hati, Soraya akhirnya menyerah. Percuma mempertahankan sesuatu jika sesuatu itu penuh dengan duri yang hanya bisa melukainya. “Kuucapkan selamat untuk hubungan kalian.”
Setelahnya, Soraya bersiap meninggalkan ruang kerja Cakra. Namun, belum sampai di ujung pintu, pria itu kembali memanggilnya.“Kami akan segera menikah.” Cakra berujar lugas. Di sampingnya, Sabrina semakin melebarkan senyum dan mengeratkan gandengannya di lengan sang kekasih. “Sebenarnya, kami tidak butuh restumu. Tapi, kekasihku memohon untuk tetap mendapatkan restu dari kakaknya. Kuharap kamu tidak mengecewakannya.”
Soraya yang telah menghentikan langkahnya itu menoleh dengan wajah datar. Hatinya yang telah berdarah-darah itu kini terasa kebas, sebab luka yang bertubi-tubi dia terima.
Tak ingin menunjukkan lukanya lagi di hadapan dua orang tersebut, Soraya pun berujar, “Restuku tidak untuk pasangan pengkhianat seperti kalian.” Dia menatap tajam penuh akan kebencian pada dua orang itu. “Dan untukmu, Sabrina … sayang sekali kamu memungut sampah yang telah kubuang. Kurasa, kamu harus berpikir ulang.”
Orang yang mengetuk kaca mobil Damar adalah Kanaya adik dari Pak Kwong. Damar membuka kaca mobilnya dengan rasa malas meladeni perempuan itu. Tapi dia penasaran juga mau bertingkah apa lagi wanita ini "Ada apa?" tanya Damar. "Boleh kita bicara sebentar?" ucap Kanaya dengan lembut "Tidak usah berbasa basi, aku suka pembicaraan yang langsung ke intinya," tegas Damar. Kanaya menyelipkan rambut ke telinga. Dia tersenyum ke arah Damar mencoba untuk menggodanya. "Apa kita bisa bicara sebentar?" tanya Kanya. "Tidak," jawab Damar tegas, dia sudah terbiasa menghadapi wanita murahan seperti ini. "Aku sangat terhina ditolak mentah-mentah olehmu. Padahal aku sangat ingin membicarakan hal yang serius mengenai orang tua kandung Soraya," ucap Kanya. Merasa hal itu sangat penting baginya, Damar turun dari mobilnya. Dia menatap tajam Kanaya yang tampak sumringah karena bisa memancing Damqr keluar dari mobilnya untuk berbicara dengannya. "Jangan membohongiku. Karena aku tak akan segan-
Pak Kwong yang menghampiri Damar. Dia terlihat pucat karena takut Damar akan melepaskan kekesalannya karena sikap Mama dan adiknya yang kurang ajar. "Ada Apa?" tanya Damar. "Mereka tidak ada hubungannya denganku, bahkan aku susah melarang mereka melakukan itu. Perilaku mereka diluar tanggung jawabku," jawab Pak Kwong tegas. Pernyataan dari Pak Kwong membuat mereka berdua menganga karena tidak percaya dengan ucapan yang keluar dari mulut Pak Kwong. "Ini tidak mungkin, bagaimana bisa kakak tega pada kami," ucap Adik Pak Kwong lirih. "Aku sudah memperingatkan kamu sebelumnya," balas Pak Kwong. Bu Liliana menunjukkan aksinya. Dia langsung menangis sesenggukan di depan banyak orang. Biasanya kalau sepeti ini Pak Kwong langsung menghiburnya dan menenangkannya bahkan Pak Kwong langsung menuruti apa yang Bu LiLiana inginkan. "Terserah kamu mau apakan mereka," ucap Pak Kwong lalu pergi, meninggalkan Mama dan Adiknya yang melakukan drama. Sudah lelah sepertinya Pak Kwong meladen
Adik dan mama Pak Kwong saling pandang lalu mereka tampak terbata menjawab pertanyaan Pak Kwong. "Bukan urusanmu," ucap Mama Pak Kwong ketus. "Aku akan memutus semua uang bulanan untuk kalian kalau tidak mau menjawab," ucap Pak Kwong. "Jangan jadi anak durhaka!" seru Mama Pak Kwong. Mereka menggertakkan giginya kesal karena ancaman Pak Kwong bisa-bisanya dia seperti itu kepada ibu dan adiknya sendiri. Kenapa harus mengancam tidak memberi uang bulanan. "Aku akan menjadi anak durhaka kalau kalian menggagalkan rencanaku," balas Pak Kwong. "Rencana apa yang kami gagalkan, Kak?" tanya Adik dari Pak Kwong. "Aku tahu kalian itu sedang berencana untuk menyerang Soraya dengan meminta bantuan seseorang yang berpengaruh di kalangan atas. Aku tak akan membiarkan itu!" gertak Pak Kwong. "Memangnya kenapa? Dia pantas mendapatkan rumor jelek, anak tidak tahu berterima kasih, kamu menghalangi mama tak akan gentar," ucap Mama Pak Kwong. "Kalau begitu, aku betulan akan menyetop kebutu
Tentu saja semua itu sudah atas kehendak Tuhan yang maha esa. Manusia hanya bisa berencana dan Tuhan yang akan memberikan keputusan apapun yang kita rencanakan. "Jangan tanya kenapa. Mungkin semua itu adalah ketentuan yang sudah ditetapkan. Seharunya kamu banyak instrospeksi diri kenapa Soraya lebih unggul daripada kamu," jawab Bu Amber. "Jadi ibu membela anak itu?" tanya Sabrina. "Tidak juga, ibu tetap berada dipihakmu apapun yang terjadi. Tapi saat ini ibu mohon kepadamu, bersabarlah. Kita mengalah saja sedikit saja agar bisa satu langkah di depan atau minimal setara dengan Soraya," jawab Bu Amber. Cakra menghembuskan nafasnya. Mempunyai istri yang manja sepeti ini membuatnya kesal juga Lama-lama. Tidak bisa menahan diri karena melihat orang lain lebih unggul. "Sabrina, aku mohon kepadamu turuti saja perintah Ibu. Aku yakin kita bisa melewati semua ini. Tapi untuk saat ini kita hanya bisa bergantung kepada Soraya. Jangan gegabah menuruti nafsu untuk melawan orang yang tidak
Tante merenung sebentar lalu berkata, "Kita mulai dari rumor yang mengatakan bahwa Soraya melupakan keluarga yang sudah mengasuh dan membiayai hidupnya dari kecil," Nenek Sabrina mengangguk pelan, sepertinya rumor seperti ini akan cepat menyebar luas kalau di ucapkan oleh orang yang tepat. "Kita harus mencari sumber gosip yang dipercaya," ucap Nenek Sabrina."Maksud mama orang besar yang selalu di percaya kalau menyebarkan rumor?" tanya Tante."Ya, begitulah. Siapa ya Kira-kira orang yang tepat untuk menyebarkan rumor tentang Soraya yang tidak mempedulikan orang tua yang sudah susah payah mendidiknya, mengeluarkan biaya untuk sekolahnya," jawab Nenek Sabrina."Aku tahu siapa dia. Serahkan saja masalah ini padaku. Aku akan segera menemui beliau," balas Tante.Mereka lalu pergi meninggalkan kediaman Pak Kwong sambil tertawa dan merasa akan menang melawan Soraya yang sudah berada di atas angin itu. Sedangkan di kediaman Pak Kwong sendiri. Cakra mengingatkan agar mengawasi Tante dan Ne
Keluarga Huang susah di hadapi, Bu Amber menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju dengan permintaan sang mertua "Kita pikirkan hal lain," ucap Bu Amber."Apa kalian takut? Kita tinggal sebarkan rumor yang tak sedap kepada masyarakat mengenai hal itu," ujar Mertua Bu Amber.Bu Amber lagi-lagi menggelengkan kepalanya lalu sesekali memijit kepalanya yang sakit."Ibu tidak tahu betapa mengerikannya keluarga Huang kalau kita mengingkari janji yang kita sepakati," ucap Bu Amber."Kalau kamu tidak berani, biar ibu saja," balas Mertua Bu Amber.Brak! Pak Kwong menggebrak meja. "Kalau tidak tahu seperti apa kejamnya kelurga Huang lebih baik Ibu diam saja," ucap Pak Kwong yang terlihat jelas wajahnya sangat marah."Kenapa Kalian tidak berani menghadapi wanita tidak tahu diri itu, padahal dia tidak punya orang tua!" seru Ibu Pak Kwong."Dia memang tidak punya orang tua atau keluarga, tapi sekarang dia menjadi bagian dari keluarga Huang. Masih mending keluarga Huang mau memberikan bantuan mo
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments