Bella memasuki kamar pengantin yang telah disiapkan oleh orang tuanya. Ia melihat suaminya sudah ada di dalam. Siapa lagi kalau bukan Dexter. Melihat Dexter di situ membuat Bella kembali mengingat kejadian tadi sore, saat suaminya itu bertengkar dengan ‘kekasih’nya. Mengingatnya membuat Bella menjadi jijik pada suaminya sendiri.
Ia melangkah mendekati meja rias di sana, mulai menghapus make upnya sendiri. Karena profesinya adalah model, maka bukan perkara yang sulit untuk sekedar menghapus make up. Selagi melakukan aktivitasnya, ia melirik suaminya yang sedang melirik takut-takut padanya. Bella memutar bola matanya jengah. Bella segera melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sementara di kamar, Dexter sedang meremas-remas tangannya takut dengan ancaman yang diberikan Bella tadi siang. Sungguh baru kali ini dia merasa takut begitu besar selain ancaman ibunya. “Cklek.” suara pintu terbuka. Tampaklah Bella keluar dengan tubuh yang hanya dibalut selembar handuk yang hanya menutupi bawah pantatnya saja. Seketika Dexter menelan ludah melihatnya. Entah karena takut atau karena hal lain? Bella yang melihat Dexter menatapnya lekat, menyipitkan matanya curiga. Kemudian Bella mulai membongkar kopernya sendiri, dia hanya menemukan lingerie seksi saja di situ, karena yang ia pikirkan tentang malam pertamanya pastilah akan sangat panas. Tapi semua pikirannya hancur karena kenyataannya pria yang menjadi suaminya bahkan tidak akan tertarik dengan tubuh seksinya. “Aaarghh!” kesal Bella frustasi mengingat apa yang telah menimpanya hari ini. Bella bangkit dan menuju Dexter yang tampak terkesiap melihat kedatangan Bella. “Kau..!! Kau sudah menghancurkan masa depanku…!!” hardik Bella kesal. “Ak aku?.. aku tidak melakukan apa-apa padamu,” ujar Dexter tergagap. “Tidak melakukan apa-apa katamu? Bangun kau pria gila..!! Bisa-bisanya kau bilang tidak melakukan apa-apa! Kau sudah menikahiku dan sialnya lagi kau adalah pria GAY! Hancur sudah mimpiku untuk menikah sekali seumur hidup dengan pria yang kucintai dan memiliki anak yang lucu nantinya!! Kau menghancurkannya!!! Aku tidak akan pernah memiliki anak yang lucu! Aku tidak akan pernah dicintai oleh suamiku sendiri..!!!” kesal Bella menyalurkan segala emosinya dengan berapi-api. Dexter hanya terdiam melihat kemarahan Bella. Kemudian dia menghela napasnya lelah dan menegakkan tubuhnya sedikit. “Aku minta maaf soal itu, aku tahu aku salah tidak mengatakannya sejak awal,” ujar Dexter memulai ucapannya. “Tapi aku juga tidak bisa mengatakannya, orang tuaku sudah sangat mempercayaiku, aku tidak mungkin meghancurkan kepercayaan mereka padaku,” lanjut Dexter. “Dan kau tidak perlu merasa takut akan masa depanmu, aku bisa belajar mencintaimu nanti, dan aku ini laki-laki, bukankah laki-laki bisa membuat perempuan hamil? Aku yakin aku juga pasti bisa melakukannya,” ujar Dexter enteng. Mendengarnya Bella melotot marah. Bisa-bisanya pria Gay satu ini berkata seperti itu dengan tenangnya?. “Belajar mencintaiku my ass!” umpat Bella. Dexter terkesiap mendengarnya. “Kau kira pria Gay sepertimu bisa mencintaiku hah…?? Apa kau lupa dengan kekasih priamu yang tadi itu? Kau sendiri yang bilang tidak akan terpengaruh dengan segala keseksian dan pesonaku kan!!! Lalu bagaimana kau bisa mencintaiku!!! Oh jangan lupakan satu hal, aku tidak mungkin sudi disentuh oleh pria menjijikan sepertimu!! Kau pasti sudah terkontaminasi dengan banyak virus karena aktivitas seksualmu dengan pacar priamu itu !!! iya kan!!! Jadi jangan harap!!! Sampai mati pun aku tidak akan pernah sudi disentuh dan menyentuhmu!!!” ujar Bella murka. Dexter lagi-lagi terdiam mendengar itu. Entah kenapa hatinya merasa tersentil dengan semua omongan Bella. Bahkan tangannya bergetar takut. Bukan salahnya jika ia memiliki orientasi seksual yang berbeda dari pria normal kebanyakan. Nyatanya bukan hanya dirinya saja yang berakhir seperti ini, Bahkan para selebriti di dunia ini juga banyak yang bangga mengakui orientasi seksualnya yang melenceng. “Lalu apa yang kau inginkan sekarang?” tanya Dexter dengan nada rendah. Bella menetralkan napasnya perlahan. Ia menatap pria yang memakai piyama hitam itu dengan penuh selidik. Matanya memicing dalam. Kemudian selintas ide muncul di kepalanya. Ia menyeringai. “Well.. aku tidak akan menuntutmu untuk mencintaiku, tapi aku ingin kau memutuskan kekasih priamu itu,” ujar Bella santai. Dexter melebarkan matanya. “Kenapa? Kenapa begitu?” protes Dexter. Bella menatapnya dengan tersenyum manis. “Dengar ya suamiku, meskipun kau itu Gay, tapi jangan lupakan kalau kau adalah suamiku sekarang, dan aku tidak mau suamiku selingkuh dengan orang lain, istri mana yang mau suaminya selingkuh hmm?” ujar Bella santai sambil beralih pada kopernya lagi. Mengambil sehelai lingerie terseksi yang ia punya. “Hei itu tidak adil..!!” protes Dexter. “Bagian mananya yang tidak adil ha? Justru kalau kau tetap menjalin hubungan dengan kekasihmu, akan tidak adil untukku,” jawab Bella santai dengan membuka handuknya begitu saja. Memperlihatkan tubuh indahnya yang polos tanpa sehelai benang pun. Dexter melotot tak percaya dengan apa yang Bella lakukan. Ia sontak menolehkan kepalanya ke samping dengan wajah merahnya. Ayolah, seumur hidupnya dia tidak pernah menyaksikan tubuh telanjang seorang gadis. “Apa yang kau lakukan hah?” ujar Dexter yang kaget. Bella hanya menyeringai melihat respon suaminya itu. Ia melangkah mendekat pada Dexter dan menolehkan kepala Dexter agar melihat padanya. Terlihat Dexter yang melebarkan matanya melihat Bella yang masih telanjang bulat di depannya. “Kenapa? Kau takut? Bukankah kau tidak tertarik dengan tubuhku? Lalu kenapa wajahmu memerah begitu hmm?” goda Bella. Dexter reflek langsung menyentuh wajahnya sendiri. Ia merasakan wajahnya memang panas. Bahkan bukan hanya wajahnya saja yang panas, tapi seluruh tubuhnya juga panas. Dexter menggeleng tidak percaya. “Tidak..!! Tidak ada yang salah dengan tubuhku..!!” elak Dexter kekeuh. “Well.. baguslah kalau begitu, aku bisa tidur dengan tenang malam ini… padahal kupikir malam ini akan menjadi malam yang panas dan nikmat, tapi ternyata tidak. Baiklah aku akan tidur dengan nyenyak saja, lagipula aku sangat lelah dengan pernikahan ajaib ini,” ujar Bella sambil memakai lingerie dengan gerakan sensual tepat di depan Dexter. Dexter hanya diam tak berkutik di sana. Bella benar-benar tidak memiliki rasa malu padanya. Tapi yang tak ia sangka adalah bahwa tubuhnya bereaksi aneh. Seperti ada gejolak yang membakar tubuhnya saat ini. Napasnya juga jadi memburu. “Memangnya apa yang kau pikirkan tentang malam ini?” tanya Dexter memberanikan diri. Bella menatapnya dengan senyum menyeringai. Terlihat menyeramkan bagi Dexter. “Apa lagi? Memangnya apa yang dilakukan pasangan pengantin baru saat malam pertama tiba?” ejek Bella. Dexter tercekat. Entah kenapa ia merasa gugup. Tak pernah ia bayangkan sebelumnya akan berada pada situasi seperti ini. “Kau seperti akan dijatuhi hukuman mati, sebegitu takutnya kau dengan seorang wanita, huh dasar payah,” ejek Bella melihat wajah pucat Dexter yang berkeringat itu. Bella segera menaiki ranjangnya dan membaringkan tubuhnya di sana dengan nyaman. Ia melihat Dexter yang masih duduk dengan diam seperti orang bodoh di sana. “Hoi.. mau sampai kapan kau akan diam seperti orang bodoh begitu hah?” ujar Bella karena sedari tadi Dexter diam tak bergerak. Dexter pun tersentak kaget. “Kau… aku… ki kita akan tidur bersama?” ujar Dexter yang mendadak gugup. Bella menatapnya datar. “Kau pikir apa? Kita sudah menikah, apa salahnya dengan itu?” ujar Bella malas. “Ta tapi kan aku… aku..” Dexter terbata-bata seperti orang bodoh. “Sudahlah lebih baik kau tidur saja, anggap saja aku ini patung, laki-laki macam apa kau ini, dasar payah,” ujar Bella geram. Dexter langsung menidurkan dirinya di samping Bella dengan memunggungi istrinya. Dia menyentuh dadanya yang berdebar tak karuan saat ini. Sial, kenapa dia bisa segugup ini? Dexter memejamkan matanya erat. Berharap segera memasuki alam mimpi. * Detik berubah menjadi menit, menit berubah menjadi jam. Tak terasa sudah 2 jam Dexter mencoba memasuki alam mimpinya, tapi sayangnya ia tak kunjung berhasil memasuki mimpinya. Dexter perlahan menoleh kepada Bella yang sudah tampak pulas tidurnya. Dexter menghela napasnya. Kenapa ia sangat gelisah sekarang? Ia tidak bisa melakukan apa-apa sekarang. Ia juga tidak mengerti apa yang sebenarnya dia inginkan sekarang. Tubuhnya bereaksi aneh dan ia tidak mengerti dengan ini. Tiba-tiba sebelah tangan Bella sudah mampir ke atas perut Dexter. Mereka memang tidak menggunakan pembatas berupa guling atau jarak yang jauh di ranjang itu. Karena memang Bella berniat lain pada Dexter. Dexter pun menahan napasnya kaget. Tapi hal yang tak terduga terjadi. Ia merasa nyaman. Dexter pun perlahan beringsut mendekati Bella, sangat pelan berharap Bella tidak akan terbangun. Dexter menempeli Bella. Awalnya hanya lengan mereka yang menempel, tapi lama kelamaan Dexter ingin lebih. Dia pun memeluk Bella dan menenggelamkan wajahnya di lekukan leher Bella. Sangat harum dan sangat nyaman. Seketika Dexter merasa damai. Dia pun terlelap dengan mudah. Tiba-tiba Bella membuka matanya setelah merasakan napas Dexter yang teratur. Dia melihat Dexter yang tidur memeluknya. Senyuman miring terbit di bibir indah Bella. ‘Lihat saja, aku akan mengubahmu menjadi lurus lagi, kau hanya akan menjadi milikku, karena kau adalah suamiku,’ batin Bella sambil mengusap kepala Dexter yang ada di lehernya. Bella pun memejamkan matanya lagi. Kali ini ia berniat untuk benar-benar tidur, tidak pura-pura lagi seperti tadi. Tadi dia sengaja berpura-pura tidur untuk melihat reaksi Dexter saat bersamanya. Dan ternyata dugaannya benar. Dexter tergoda dengannya, walaupun hanya sedikit. Dia berjanji akan merubah orientasi Dexter secepatnya. * * * Dexter membuka matanya perlahan. Ia menemukan dirinya berada di kamar itu sendirian. Entah kenapa ia merasa sangat kosong. Padahal seharusnya ia merasa baik-baik saja. Tapi kali ini ia merasa seperti ditinggalkan sendirian. Dexter pun membersihkan dirinya dan bersiap-siap untuk segera pulang ke rumahnya. Rumahnya sendiri bersama istrinya tentu saja. Karena setelah menikah ia memutuskan untuk tinggal di rumah sendiri agar orang tuanya tidak mengetahui hubungan anehnya dengan istrinya. Berbicara mengenai istri, Dexter heran dengan istrinya yang tidak terlihat dimanapun itu. Apa dia sedang membelikannya sarapan? Dexter sedikit tersenyum memikirkan hal itu. Dexter pun memutuskan untuk menunggu saja istrinya kembali. Tapi sampai jam menunjukkan pukul 10 pagi, istrinya tak kunjung kembali. Kemana sebenarnya Bella? Padahal kopernya masih ada di kamar ini. Dexter yang bosan pun menoleh dan melihat sekeliling kamar pengantin ini. Kamar ini sebenarnya cukup indah untuk pasangan normal. Sayangnya dia bukanlah salah satu dari jutaan pasangan pengantin baru yang berbahagia di dunia ini. Justru dia merasa dia akan menderita dengan pernikahannya ini. Tak lama kemudian, pandangan Dexter menangkap sesuatu yang ganjil di matanya. Ia menemukan sebuah kertas di atas nakas tempat tidur. Terlipat dengan rapi. Dexter pun mengambil kertas itu dan ternyata itu adalah sebuah surat. Dexter pun mulai membaca surat itu. “Dear my husband Selamat pagi suamiku, kalau kau sudah bangun jangan lupa mandi, dan berpakaian dengan rapi ya, setelah itu bawalah barang-barang kita dan keluar dari hotel. Aku sudah menunggumu di rumah. Aku terlalu malas membangunkanmu dan malas membawa barangku yang banyak. Jadi kau bawakan ya… Aku menunggumu di rumah baru kita Honey… Your lovely wife Bella.” Dexter yang awalnya tersenyum membaca suratnya langsung merubah ekspresinya menjadi kesal. Sungguh ia kesal sekali dengan istrinya itu. Apa-apaan istrinya itu? Seenaknya saja melakukan hal ini padanya. Dia pikir dia siapa? Dexter meremas kertas itu sampai tak berbentuk kemudian membuangnya sembarangan. Ia menatap koper istrinya yang sangat besar itu. Oh iya dia lupa Bella adalah istrinya sekarang, bukan orang asing lagi. Mengingat itu Dexter semakin kesal saja. “Malam pertama sialan,” geram Dexter. Dexter pun membawa semua barang itu dan keluar dari hotel. Ia menyetop taksi karena istri sialannya itu telah membawa dompet dan juga ponselnya membuatnya tak bisa menghubungi orang-orangnya. Atau kekasihnya? Oh bahkan Dexter melupakan kekasihnya sejak kemarin. * Akhirnya sampai juga Dexter di rumahnya yang sangat besar itu. Dia menyuruh supir taksi untuk menunggunya di depan rumahnya. Ia menurunkan dan membawa sendiri barang-barangnya karena entah kemana para pelayan rumahnya yang biasanya akan selalu menyambutnya pulang. “Bella!!! Dimana kau..!!” teriak Dexter menggema di dalam rumahnya dengan kesal. Wajahnya sudah memerah menahan amarahnya. “Ada apa Honey? Kenapa teriak-teriak begitu? sudah sangat merindukanku ya?” Bella datang dari atas dengan langkah anggunnya. Dexter geram sekali melihatnya. Ia menadahkan tangannya dengan cepat pada istrinya. Wajahnya sangat tegang menahan kemarahannya yang siap meledak-ledak. “Apa suamiku?” tanya Bella dengan lembutnya melihat tangan Dexter yang seperti meminta sesuatu padanya. “Ongkos taksiku..!” ujar Dexter dengan kesal. Bella mengingatnya. Ia membawa semua barang berharga Dexter termasuk dompet dan ponselnya. Ia pun mengeluarkan uang dari belahan payudaranya. Memasang wajah sensualnya. Dexter membelalakkan matanya melihat pemandangan itu. Istrinya benar-benar gila. Bella memberikannya pada Dexter dengan gaya gemulainya. Dexter yang sedang emosi pun langsung menyambar uang itu dengan cepat dan berbalik pergi untuk membayar ongkos taksinya. Setelah kepergian Dexter, tawa Bella langsung pecah dan membahana. “HAHAHAA…. “ Bella tertawa terbahak-bahak. Lucu sekali ekspresi Dexter ketika meminta uang padanya. Sepertinya suaminya itu sangat marah. * Disinilah mereka, di sofa ruang keluarga sambil duduk dengan saling berpandangan. “Kemana semua pelayanku? Kenapa mereka tidak ada?” Dexter memulai pertanyaan dengan sengit. “Ingat Honey, pelayanmu adalah pelayanku juga, aku sudah menjadi istrimu sekarang,” ujar Bella dengan ekspresi yang sangat menyebalkan bagi Dexter. “Terserah padamu lah, jadi dimana mereka? kenapa tidak menyambut kedatanganku?” kesal Dexter. “Mereka sudah kupecat,” jawab Bella enteng. Dexter mendengarnya membulatkan matanya terkejut. “APA? Siapa yang mengijinkanmu memecat mereka hah?” kesal Dexter. “Hei aku ini istrimu, nyonya di rumah ini, aku tidak perlu ijinmu untuk memecat mereka kan,” bantah Bella dengan tampang polosnya. Dexter menganga tidak percaya mendengar perkataan Bella barusan. Sebenarnya perempuan seperti apa yang ia nikahi ini? Kenapa bisa bertindak semaunya terhadapnya begini? Sangat menyebalkan. Dan sama sekali tidak menghargainya sebagai seorang suami. Kalau alasannya adalah karena dia Gay lalu dia harus bagaimana? Walau bagaimanapun Dexter tetaplah seorang suami, kepala keluarga yang harus dihormati oleh istrinya. Tapi Bella benar-benar keterlaluan, sangat kelewatan. Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Kalau iya Bella pasti akan melunjak. Dexter pun mulai menatap Bella dengan serius, “Dengar… aku tahu ini semua terlalu tiba-tiba bagi kita, tapi kau tidak bisa seenaknya begini," ujar Dexter setelah mengatur emosinya. “Lalu aku harus bagaimana?” ujar Bella dengan tampang polosnya. “Kita harus membuat peraturan mulai sekarang," ujar Dexter kemudian.Second HoneymoonDexter memperhatikan istrinya yang sedang menyusui anaknya dengan seksama. Ia melihat sendiri bagaimana bayi mungilnya itu menghisap susu langsung dari tempatnya dengan sangat lahap. Dexter yang melihat itu malah salah fokus dengan bentuk dan ukuran payudara Bella yang membesar dan tampak sangat menantang. Tanpa disadarinya, Dexter menelan ludahnya melihat pemandangan itu.Bella yang menyadari tatapan Dexter pun menatap suaminya dengan tatapan anehnya.“Ada apa? Kenapa menatapku dengan tatapan seperti itu?” tanya Bella yang masih sibuk menyusui bayinya.“Itu… apakah aku boleh melakukannya juga?” tanya balik Dexter sambil menunjuk payudara Bella.“Maksudnya?” Bella merasa was-was dengan pertanyaan Dexter.“Apakah aku boleh meminum susu seperti Baby Aaron juga?” tanya Dexter lagi dengan pandangan tak lepas dari dada Bella.“What? Kau gila ya… kau ingin meminum ASI?” Bella terkejut mendengarnya.“Memangnya tidak boleh? Ayolahhh….,” rengek Dexter dengan tampang memelasnya
I'm A FatherDexter sedang menggendong baby Aaron yang sekarang sudah menginjak usia satu bulan. Bella sedang sibuk menyiapkan makanan untuk Dexter, sehingga dirinyalah yang harus mengurusi baby Aaron.“Hei Boy, kau bersemangat sekali digendong Daddy ya,” ucap Dexter memperhatikan baby Aaron yang tampak bersemangat dalam gendongannya.Bayi itu hanya memperhatikan ayahnya dengan senyuman merekah yang sangat indah dan menggemaskan. Bayi itu menepuk-nepuk dada Dexter dengan tangan mungilnya dan mata bulatnya menatap ayahnya dengan sangat menggemaskan.Melihat tingkah bayinya yang sangat imut itu membuat Dexter tidak tahan untuk tidak menciumi wajah anaknya itu. Dexter memberikan kecupan-kecupan ringan di wajah bayinya sehingga membuat bayi itu terkikik gelid an menepuk-nepuk pipi Dexter dengan senang.“Hahaha… kau senang dicium Daddy huh?” ucap Dexter yang mengajak main bayinya.Dexter masih bermain-main dengan anaknya dengan senang dan terlihat sangat manis. Pemandangan itu tak luput da
Baby BluesHari ini adalah hari kepulangan Bella dan Dexter beserta bayinya dari rumah sakit. Semua keluarganya sudah menyiapkan semua keperluan bayi di rumah Dexter. Kebanyakan barang-barang dari Tobias dari yang memenuhi kamar bayi yang telah didekorasi oleh mereka.Dexter sudah pasrah dengan semua keluarganya yang membelikan ini itu untuk keperluan bayinya. Ayahnya sudah membelikan banyak mainan untuk bayinya termasuk kereta dorong bayi, sementara ibunya sudah mendekorasi kamar bayinya sedemikian rupa lengkap dengan lemarinya. Belum lagi ibu mertuanya juga ikut membelikan banyak baju untuk bayinya. Sedangkan Tobias sudah banyak membelikan barang seperti perlengkapan mandi, susu dan perlengkapan makan bayi, selimut, bahkan kursi makan bayi. Dexter hanya kebagian membelikan tempat tidur bayi. Bahkan Bella tidak membelikan apapun untuk bayinya karena semua keperluan sudah tersedia.“Kami pulaanggg,” teriak Bella dengan senang saat masuk ke dalam rumahnya.“Aaaa…!!! Baby sudah pulaang…
Dexter berlari tergesa di lorong rumah sakit tanpa memperdulikan dirinya yang beberapa kali menabrak orang lain. Dirinya sedang rapat di kantornya tanpa Bella karena usia kandungan Bella yang sudah menginjak bulan ke-sembilan membuat Dexter harus ekstra menjaga keselamatan istrinya itu. Ia sedang berbicara ketika mendapat telepon dari ibunya kalau istrinya akan melahirkan. Tanpa memperdulikan rapatnya, Dexter menyerahkan semua urusan kantornya kepada Logan dan dirinya langsung berangkat ke rumah sakit dengan kecepatan mobil di atas rata-rata.Dexter melihat ibunya sudah bersama ibu mertuanya dan adiknya yang sepertinya sedang bertugas karena menggunakan jas dokternya. Sementara ayahnya saat ini sedang dalam perjalanan bisnis ke Eropa sehingga tidak bisa hadir di sini. Dexter segera berlari menghampiri mereka dengan nafas tersengal-sengal.“Dimana Bella?" tanya Dexter dengan napas tak beraturan.“Ada di dalam, sebaiknya kau temani istrimu, dia pasti membutuhkanmu,” jawab Cassandra.“Ay
Dexter menggenggam tangan Bella dengan erat dengan sebelah tangannya, karena Bella sedang mengemudi. Mereka dalam perjalanan pulang dari rumah sakit setelah mengunjungi dokter kandungan. Dexter sudah bertanya banyak mengenai kehamilan dan segala macam hal yang harus diperhatikan, termasuk kegiatan seksual mereka. Bella sampai mencubit Dexter karena merasa malu dengan pertanyaan Dexter.“Bagaimana kau mengetahui kau sedang hamil saat itu?” tanya Dexter tiba-tiba sambil menciumi tangan Bella.Bella menoleh sebentar sebelum kembali konsentrasi dengan jalanan di depannya. Padahal dirinya sedang hamil, tetapi karena kondisi Dexter yang belum terlalu pulih maka ia yang mengemudi. Kalau ditanya kenapa mereka tidak membawa Alan adalah karena Dexter yang merengek hanya ingin pergi berdua saja.“Aku memeriksakan diri tentu saja, dokter yang menanganimu menyuruhku untuk memeriksakan diri,” jawab Bella kemudian.“Tapi kau datang bersama Logan,” ucap Dexter lagi.“Tentu saja, dia yang menemaniku u
Bella sudah menceritakan semua yang ia bicarakan bersama Logan kepada Dexter. Dexter pun merasa sangat bersyukur karena sahabatnya itu sangat membantunya. Dexter juga sudah menjelaskan apa yang selama ini masih tersembunyi dari Bella, tanpa terkecuali. Bella menerimanya dan mengikhlaskan semua yang sudah terjadi.“Semoga kau senang di sana, Mommy dan Daddy sangat menyayangimu…,” ucap Bella pada sebuah makam kecil di taman pemakaman milik keluarganya.“We love you…,” tambah Dexter sambil mencium nisan kecil di sana.Mereka berdua menatap makan janin mereka yang sudah tiada. Mereka sangat sedih dengan kepergian janin itu, tetapi mereka sudah mengikhlaskan kepergian anak pertama mereka. Dexter dan Bella pun berjalan kembali menuju mobil mereka dengan Bella yang mendorong kursi roda Dexter. Di tengah perjalanan, angin berhembus lembut menyapa mereka seolah salam sayang dari anaknya.Bella menunduk pada Dexter yang juga tengah mendongak. Bella mengecup lembut bibir Dexter dan sedikit melum