Share

7. Perkara Remot TV

Usai melaksanakan sholat Maghrib, Namira memutuskan untuk duduk di ruang tengah, berniat untuk menonton televisi atau serial atau series atau semacam itulah. Sebelum itu, Namira sudah memesan cemilan untuk menemaninya saat nonton. Rencananya ia akan menonton ulang film Korea yang berjudul Descandent of the sun. Masih belum move on dan ada sedikit rasa rindu terhadap bapak-bapak tentara keren itu.

Namun tampaknya rencana menonton dengan tenang tidak akan berjalan dengan lancar, sebab Juna tiba-tiba duduk di sebelahnya tanpa permisi. Mana langsung meraih remot dan mengganti siaran ke siaran tv nasional. Langsung saja, Pak Kemet dan Dadang menjadi tontonan Namira.

"Kok lo ganti sih?!"

Juna menoleh, menatap Namira dengan air muka lugu. "Emangnya kamu mau nonton film apa? Dunia terbalik kan?"

Namira menatap Juna kesal. Sejak kapan tontonan Namira dunia terbalik? Tau saja tidak dia kalau ada serial itu di pertelevisian Indonesia. "Gue mau nonton Drakor, Juna! Apaan tuh dunia terbalik."

"Drakor? Bagusan dunia terbalik menurut saya, ada pelajarannya, lucu, menghibur."

"Drakor juga menghibur," ujar Namira membela.

"Palingan langsung halu tingkat dewa, padahal udah punya suami," cibir Juna. Ia kerap mendapati karyawannya di kantor berkhayal punya suami seperti Lee Min Ho. Mustahil punya suami seperti Lee min Ho kalau yang dia lakukan hanyalah nonton drakor sembari malas-malasan. Terkadang manusia bermimpi terlalu ekstrim.

Namira merotasikan bola matanya malas. Juna mana tau rasanya jadi perempuan. "Ya, ya, terserah lo tapi tolong balikin remotnya. Gue mau nonton drakor."

Juna tersenyum miring, lalu menyembunyikan remot di belakang punggungnya. "Ambil kalau kamu bisa."

"Ck! Jangan ngajak berantem ya, lo!" Kesal Namira.

Juna tersenyum lebar. Bergerak menjauh dari Namira sembari tetap menyembunyikan remot di belakang punggungnya. Ia mendadak punya mood untuk menjaili istri galaknya itu. "Ambil kalau bisa!"

Kemudian Juna berlari meninggalkan ruang tengah. Remot tv yang tidak ada duplikatnya itu juga ia bawa berlari. Namira melebarkan mata, tidak terima dengan tindakan Juna yang membawa kabur benda keramat itu. Lantas, ia turut bangkit, berlari mengejar Juna yang entah sudah lari sampai mana.

"Balikin remotnya, Juna!" Teriak Namira.

Juna tersenyum meledek ke arah Namira sembari berlari dengan gerakan mundur. Remot yang berada di genggamannya ia angkat tinggi-tinggi, lalu sengaja di gerakan, memancing emosi Namira.

Jelas saja perempuan itu kesal. Ia berlari semakin kencang, mengejar Juna yang malah berlari keluar dari rumah. Mana sudah malam, itu suami laknat ngajak marathon pula. Hadeuh, tampaknya rencana dating dengan Song Jong Ki telah gagal. Ia tidak jadi bertemu dengan para tentara keren itu malam ini karena Juna. Awas saja, Namira akan menghajar laki-laki itu sampai mohon ampun.

"Juna!"

"Apa?!"

"Berhenti lo!"

Juna menurut. Ia berhenti berlari secara tiba-tiba. Namira turut berhenti berlari. Kemudian tanpa aba-aba, Juna malah berlari ke arah Namira, membuat perempuan itu reflek berlari. Alhasil, posisinya jadi terbalik. Juna yang seharusnya Namira kejar malah balik mengejar dirinya.

"Lah, kok gue lari," ucap Namira tersadar. Ia berhenti secara mendadak, membuat Juna yang berada di belakang menubruk punggung Namira. Remnya blong dan mereka jatuh dengan posisinya Namira tertelungkup dan Juna berada di atasnya serta remot tv yang terlempar ke dalam kolam ikan.

Di malam yang sunyi, batin Namira berteriak. Remotnya masuk ke kolam ikan. Badannya remuk ditimpa babon macam Juna. Hah, benar-benar kesialan.

"Maaf, maaf." Juna bangkit setelah melamun selama beberapa detik.

Namira ikut berdiri. Matanya tajam, setajam silet. Wajahnya ditekuk, tampak seram. Macam Mak lampir yang siap memukul musuh menggunakan sapu terbang andalan.

"Juna! Lo ganti remotnya!" Teriak Namira seraya memukul lengan laki-laki itu beberapa kali. Kesal bukan main.

Juna mengaduh sembari menjauhkan diri dari Namira. "Iya, nanti saya ganti."

"Gue maunya sekarang!"

"Tapi udah malam."

"Bodo amat!"

"Yaudah."

"Kok yaudah?!"

"Terus?"

"Beli remot baru! Gue mau nonton film tapi gara-gara lo, semuanya gagal. Remotnya malah nyemplung ke kolam berenang Juna anj--ah, sial!"

Juna menaikkan sebelah alisnya. Tanggapan yang sangat tidak serasi dengan ekspetasi Namira. Seharusnya laki-laki itu merasa bersalah dan bergegas membelikan remot baru, bukannya malah melipat dahi macam orang stres. Seharusnya Namira yang stres menghadapi Juna. Tapi--ah, sudahlah. Percuma juga emosi, Yang ada malah darah tinggi.

"Mau remot baru?" Dan dengan tidak berdosanya Juna malah bertanya, lagi.

Namira tidak menjawab. Ia memilih menatap objek lain, ogah menatap ke arah Juna. Lebih ke tidak sudi sih sebetulnya. Anggap saja ia sedang merajuk. Jika Juna laki-laki sejati, ia harus merayu Namira agar tidak ngambek.

Namun, bukannya merayu dengan kalimat manis, Juna malah mengangkat tubuh Namira. Membopongnya ala bridal style. Namira jelas terkejut, spontan berteriak dan memukul-mukul dada bidang laki-laki itu. Ia serasa di culik om-om.

"Lo ngapain sih Arjuna?!"

"Gendong kamu."

Namira berdecak. "Turunin gue!"

"No!"

"Arjuna!"

"Kamu harus ikut saya ke toko elektronik. Kita beli remot baru."

"Nggak mau!"

"Harus mau!"

"Apaan sih lo?!"

Juna tidak menanggapi ucapan Namira. Ia membuka pintu mobil walau agak kesusahan. Lalu mendudukkan Namira di kursi depan. Setelahnya Juna duduk di kursi kemudi. Tak lupa mengunci pintu agar Namira tidak kabur atau melakukan drama ekstrem yang tidak terduga.

"Juna sialan!" Maki Namira. Emosinya benar-benar diuji setengah mati. Mau tenang kok rasanya begitu susah, heran.

"Dosa kamu sudah banyak. Awas saja, bakal dibakar sama api di akhirat," balas Juna yang tengah memasang sabuk pengaman.

"Sotoy!"

"Itu fakta. Kamu sudah durhaka sama suami sendiri," ujar Juna.

Namira semakin kesal. "Terserah."

"Nanti saya aduin ke papa."

"Aduin aja, gue nggak bakal takut."

"Oke."

Bruk!

Juna menginjak gas secara mendadak, membuat Namira yang tidak siap terdorong ke depan. Mana tidak pakai sabuk pengaman lagi.

"Kamu mau amnesia? Atau geger otak?" tanya Juna.

Namira mendengus. "Bawel lo."

"Pasang sabuk pengamannya," titah Juna.

"Ogah!"

"Pasang sendiri atau saya pasangin?" Juna menatap Namira tajam.

Namira menatap Juna dengan sorot tak kalah tajam. "Gue bisa sendiri."

"Baguslah. Soalnya saya nggak jamin kalau--" Namira meletakkan jari telunjuknya di depan mulut Juna.

"Diam atau gue teriak."

"Sorry, mobil saya kedap suara."

"Sialan!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status