Selepas meninggalkan kapal pesiar mewah New Starlet Goddess, Edward dan Meirasty naik mobil Honda Jazz putih yang diantarkan oleh anak buah Edward ke Pelabuhan Tanjung Priok. Dia menyetir sendiri mobil yang baginya berharga murah karena ia terbiasa menggunakan mobil import Eropa. Tujuannya agar Inez dan Mario tidak curiga bila ia mengunjungi rumah mereka bersama Meirasty. Pertemuan ini sudah lama ia tunggu-tunggu, waktunya menyusup masuk ke dalam kehidupan pasangan laknat itu, pikirnya riang."Nanti kalau sudah sampai di daerah Perumahan Menteng Permai aku pandu arahnya, Kak," ujar Meirasty kepada Edward yang sedang sibuk menyetir di tengah hiruk pikuk lalu lintas siang kota Jakarta."Oke. Siap, Sayangku," sahut Edward mesra agar istrinya tidak curiga. Dia diam-diam merasakan kepuasan tersendiri. Dulu Mario, kakak Meirasty adalah suami kontrak Inez. Sama statusnya dengan dia sekarang bagi adik Mario itu tanpa gadis itu sadari, pernikahan kontrak yang mereka jalani menjadikan Edward s
Sore itu Edward sengaja mampir ke bakery Minuette, itu adalah sebuah perusahaan waralaba yang menjual berbagai kue lezat asal perusahaan Perancis. Memory pria itu masih segar untuk mengingat segala kenangan manis di Paris bersama pujaan hatinya. Kadang saat sore ia pulang ke rumah mewahnya yang balkon lantai tiganya menghadap ke Menara Eifel, Edward biasanya menikmati Strawberry Cheese Cake dingin bersama secangkir teh madu bersama Inez yang saat itu berstatus sebagai istrinya. "Totalnya empat ratus lima puluh ribu rupiah, Pak!" ucap pegawai kasir bakery Minuette kepada Edward yang berdiri di depan konter kasir.Pria ganteng mirip bintang drakor itu menyerahkan sebuah kartu debit ke kasir untuk menyelesaikan transaksi pembelian kue favoritnya dan Inez. Dia tersenyum sendiri, penasaran apa yang akan Inez pikirkan bila ia mengorek kenangan manis mereka dengan membawakan Strawberry Cheese Cake buatan Minuette."Silakan kuenya, Pak!" Petugas kasir itu menyerahkan bungkusan plastik beris
Edward dan Meirasty sudah tinggal hampir sebulan di rumah Inez, mereka banyak berinteraksi dengan Inez serta Reyvan, putera Inez yang berusia setahunan. Sedangkan, Mario sesekali saja menghabiskan waktu bersama mereka di rumah. Jadwal pekerjaan Mario sangat padat karena selain menjadi model top internasional, ia juga atlet MMA pro yang sering diundang kemana-mana untuk berbagi pengalaman dan melatih petarung-petarung baru.Melihat situasi yang bercelah itu Edward pun mulai menyusun rencana yang rapi agar ia bisa mendekati Inez kembali pelan-pelan. Entah kenapa ia pun merasa Mario sedikit berbeda dari yang dulu saat mereka bertemu di London dan memperebutkan Inez. Apa pria itu sudah bosan dengan istrinya? Pagi itu Mario sudah siap dengan koper di depan pintu kamar tidurnya. Dia meninggalkan kopernya dan berjalan ke ruang makan untuk sarapan pagi bersama Inez dan yang lainnya. Mario duduk di sebelah kursi istrinya dan menyapa, "Selamat pagi, Semuanya!" Dia mengecup pipi halus Inez."M
"Mas Mario, nanti kita langsung check in dulu ke hotel ya baru setelahnya ketemu sama panitia fashionshow sore nanti," terang Justin mengenai jadwal Mario hari ini sesaat sebelum pesawat Singapore Airlines itu mendarat di Bandara Brandenburg.Mereka memang lebih sering pergi bertiga, Mario bersama managernya, Justin Balviere, dan kepala pengawalnya yang setia menjaganya selama 3 tahun terakhir ini yaitu Hernandes Perez. Dengan taksi bandara mereka bertiga diantarkan ke hotel bintang 5 tempat mereka menginap selama berada di Berlin, Grand Hyatt yang hanya sekitar 45 menit perjalanan dari bandara. Hotel Grand Hyatt Berlin berada di pusat keramaian jantung kota besar Jerman itu dikelilingi berbagai obyek wisata seperti museum dan Zoological Garden, juga museum patung lilin Madame Tussauds.Mario melihat pemandangan kota Berlin yang sibuk dari balik kaca jendela taksi yang melaju dengan kecepatan stabil ke hotel Grand Hyatt Belin. Hari sudah masih siang dan Mario sekalipun lelah dengan p
'Hai, Ganteng ... temui aku di museum malam ini!' Sebuah pesan dalam amplop putih yang diserahkan oleh karyawan hotel tempat Mario menginap ke tangan pria itu."Danke. Here is your tip," ucap Mario lalu masuk ke kamarnya dan menutup pintu.Dia duduk di tepi tempat tidurnya sambil memegangi secarik kertas dengan tulisan tangan Anna Bianca Blanche. Sebuah undangan untuk bertemu secara pribadi di museum tak jauh dari hotel. Madame Tussauds hanya beberapa menit saja berjalan kaki dari hotel tempat mereka menginap. Mario masih memiliki nomor ponsel Anna Bianca Blanche di ponselnya, dia ragu haruskah mengirimi wanita bule itu pesan? Alih-alih menghubungi Anna, dia malah berbaring di ranjangnya lalu tidur.Hari sudah nyaris tengah malam ketika Mario terbangun karena lapar, dia benar-benar mengacaukan jam makan normalnya semenjak tiba di Berlin. Dia pun bangkit ke meja tulis dimana terletak pesawat telepon lalu menelepon room service untuk memesan menu makan malam yang sudah sangat terlambat
Pagi hari berikutnya setelah fashionshow di Berlin, Mario menghabiskan waktu di atas ranjang bekerja keras membuat Anna Bianca memekik dan mendesah dalam kenikmatan. Ponsel Anna Bianca berbunyi pukul 07.00 waktu Berlin, ketika ia meraih benda pipih yang berdering berisik itu. Segera ia menjawab panggilan telepon dari tunangannya, Christo. Padahal Mario tengah menggenjotnya dengan begitu bergairah. "Aakkhh ... hello, Darling! Kenapa telepon pagi sekali? Hmmpphh—" Jawaban Anna Bianca menahan rasa nikmat gesekan tubuh intimnya bersama Mario terdengar agak janggal sebenarnya, tetapi Christo nampaknya tidak paham."Hello, apa aku mengganggu tidurmu, Baby? Aku bisa telepon nanti lagi agak siang—" Christo merasa tak enak hati.Sementara Mario menahan tawa gelinya karena Anna Bianca nekad dan begitu gila menjawab telepon tunangannya dalam posisi sedang horny seperti itu. "Ougghh ... SHITTT!" Anna Bianca melenguh dan mengumpat kasar saat Mario membuatnya menggapai klimaks. Ponselnya masih m
"Clara Sayang, kamu kuliahnya yang bener ya! Dikit lagi kamu sudah bisa wisuda 'kan, jangan sampai mundur lulusnya," pesan Max seraya mengecup kening istrinya sebelum turun dari mobilnya di parkiran kampus FK Universitas Trisakti."Ahsiiiaappp, Honey-ku!" sahut Clara yang sableng memberi gestur hormat dengan tangan kanan di pelipisnya."Buruan gih turun dari pada kamu telat masuk kuliah!" usir Max lalu membuka kunci central lock mobil Rush silver miliknya.Clara pun bergegas turun lalu menutup pintu mobil. Dari jendela mobil yang diturunkan kacanya dia dan suaminya saling bertukar senyum serta lambaian tangan sebelum wanita muda cantik itu berlalu dari area parkiran kampus yang penuh dengan berbagai merk mobil.Memang kuliah pagi ini adalah mata kuliah yang diampu oleh dosen killer, maklum usianya mendekati penghuni museum purbakala jadi sangat stricted dan kolot bingits. Dengan langkah ringan Clara berjalan menuju ke ruang kuliah 104. Adik angkatan banyak yang menyapa dan memberinya
"Anna, aku harus pulang ke Jakarta sore nanti!" ucap Mario yang masih bertelanjang badan di bawah selimut bersama Anna Bianca Blanche.Mereka memang bergumul panas dia atas ranjang semalaman dan baru beberapa jam lalu tertidur karena kelelahan. Anna Bianca pun bertanya, "Ada apa, Darling? Mendadak sekali—siapa yang tadi meneleponmu?""Karyawan tempat fitnessku yang menelepon, dia menyampaikan sebuah kabar duka. Rasanya sedih sekali ... sahabat karibku meninggal dunia secara tragis baru saja," jawab Mario yang langsung mendapat pelukan dari wanita itu."Aku turut berduka untukmu, Mario! Baiklah, kau bisa pulang nanti sore ke Jakarta. Aku juga akan memesan tiket pulang ke New York untuk hari ini. Mungkin kita tidak akan bertemu dalam jangka waktu lama, Mario," ucap Anna seraya mengecup mesra bibir pria itu."No problem, Anna. Kita berdua sudah punya pasangan masing-masing. Cobalah untuk melupakan aku dan cintai tunanganmu saat ini. Ehm ... ini masih pagi, tidurlah kembali, Anna. Kau pas