Saat mengira Edward Lincoln Sinaga sudah tewas dalam kecelakaan di Paris, ternyata Mario Chandra dan Inez Yansen salah besar. Pria hiperseks ambisius itu selamat dari ledakan mobil sport miliknya. Presdir Victory Eternal Shipping (VES) merekrut sekretaris baru yang anggun dan lugu, gadis perawan itu tak tahu bahwa ada rencana jahat yang ditebar untuk menjeratnya ke dalam konflik dendam cinta antara bosnya dan kakak laki-lakinya karena Inez. Meirasty terjebak dalam sebuah pernikahan kontrak yang tidak ia inginkan dengan bos VES yang misterius. Siapa sebenarnya yang terjerat dalam cinta rumit ini? Meirasty ataukah Edward sendiri? Season kedua dari novel SUAMI KONTRAK karya Agneslovely2014.
view more"Sialan, jangan harap bisa membawa kabur Inez dariku, Mario!" rutuk Edward seraya memukul gagang setir mobil Audi A6 yang ia kendarai untuk mengejar istrinya yang dibawa kabur Mario.
Dengan akselerasi tinggi mobil Audi A6 itu berhasil melewati mobil sedan BMW hitam yang dinaiki Mario dan Inez. Edward bermaksud mencegat jalan mobil itu. Namun, sebuah truk kontainer melintas di hadapannya dan ia pun tak sanggup mengelak dan terlambat mengerem mobilnya.
"Ciiiiiiiiiitttt!" Bunyi suara ban berdecit menggasak aspal jalan raya Paris.
Disusul suara benturan keras mobil Audi A6 yang dikemudikan Edward dengan truk kontainer yang melintas di perempatan jalan itu. "BRAAAKKK!" Mobil itu terpelanting keras dan terguling-guling dengan mendarat dalam kondisi terbalik atap mobilnya.
Sejenak kesadaran Edward hilang, dia pingsan dengan kepala terkulai di gagang setir mobil sport mewah itu wajahnya berlumuran darah karena kulitnya robek di bagian wajahnya akibat pecahan kaca depan dan benturan dengan gagang setir sebelum air bag mobil itu menggembung.
John Whitmann berlari-lari panik menuju ke mobil majikannya, dia mencium bau bensin yang bocor dari tangki bahan bakar mobil. "Shit! Mobilnya akan meledak—" John memecah kaca mobil Audi A6 itu yang terkunci dari dalam.
Akhirnya dia berhasil membuka key lock mobil lalu mengevakuasi Edward yang cedera sangat parah akibat benturan keras mobil itu dengan truk kontainer dan aspal jalanan. Baru beberapa meter mereka meninggalkan mobil Audi A6 itu, terjadi ledakan hebat yang menyambar seluruh bodi mobil.
John Whitmann dan Edward terjungkal ke aspal jalan raya Paris terkena api ledakan mobil. John pingsan dalam posisi tertelungkup melindungi tubuh Edward. Beberapa menit kemudian dia pun siuman lalu segera menghubungi rumah sakit di Paris karena bosnya masih bernyawa sekalipun kondisinya cedera berat.
Mobil ambulans menjemput Edward dan John di jalan raya Paris itu lalu membawa mereka berdua untuk dirawat di rumah sakit. Sirine ambulans meraung-raung di tengah malam memecah kesunyian kota Paris.
Pria berkebangsaan Inggris itu duduk di samping brankar tempat Edward terbaring tak sadarkan diri dalam mobil ambulans. John Whitmann mengetik pesan kepada orang tua majikannya memberitahukan kecelakaan tragis putera kedua pewaris kekayaan Grup Victory Eternal Shipping (VES).
Surat izin operasi Edward ditandatangani oleh John Whitmann karena keluarga bosnya itu berada di luar Perancis. Kakak sulung Edward ada di New York karena memang kantornya di sana, sedangkan papa mamanya ada di Medan, Indonesia.
Secepat apa pun mereka sampai ke Paris tetap saja sudah sangat terlambat untuk menandatangani surat itu karena semua berada di beda benua. Semua biaya pengobatan Edward dibayarkan via transfer ke rekening rumah sakit itu oleh Tuan Gultom Hotma Sinaga, papa Edward.
Dokter bedah yang menangani Edward bernama Dokter Alan Springfield. Dia berkata kepada John, "Sir, kondisi pasien sangat buruk ada trauma tengkorak yang menyebabkan gegar otak. Selain itu pasien harus menjalani beberapa operasi mayor. Tuan Edward mengalami patah tulang betis kanan dan tulang rusuk keempat kelima sebelah kanan, wajahnya juga banyak bekas luka dalam. Namun, untuk wajah, saran saya sebaiknya operasinya ditunda hingga pasien sadar untuk memutuskan akan seperti apa rekonstruksi yang dikehendakinya nanti."
John Whitmann mendengarkan dengan seksama sebelum bertanya, "Kapan pasien akan siuman, Dok?"
"Saya tidak bisa menjawab dengan pasti. Silakan menunggu hingga operasi selesai, Sir!" ujar Dokter Alan Springfield lalu bergegas masuk ke ruang persiapan operasi untuk menjalankan semua proses pembedahan yang diperlukan oleh Edward.
Rumah Sakit Bichat Claude Bernard memiliki reputasi bagus di Paris dan juga Eropa. Tim dokter yang turun tangan berjumlah 5 orang karena ada banyak cedera yang harus dioperasi. Monitor detak jantung, tekanan darah, dan kadar saturasi oksigen masih tampak normal tersambung dengan kabel ke tubuh Edward yang terbaring dalam kondisi hilang kesadaran.
Setelah menjalani 6 jam operasi mayor yang menegangkan, Edward dipindahkan ke ruang ICU untuk pemantauan ketat pasca operasi. John Whitmann tak berani meninggalkan bosnya sebelum keluarga Edward ada yang datang ke sana.
Pada malam harinya, Tuan Gultom Hotma Sinaga dan istrinya Rae Adeline Hutapea yang menaiki private jet dari Jakarta ke Paris telah sampai ke Rumah Sakit Bichat Claude Bernard. Mereka melihat John Whitmann, pengawal pribadi putera mereka dan bertanya kondisi Edward.
"John, bagaimana keadaan puteraku, Edward?" tanya Tuan Gultom sedikit terengah-engah karena berlari-lari dari parkiran mobil.
"Master Edward masih belum siuman, operasinya berjalan lancar pagi tadi. Ada terlalu banyak cedera di tubuhnya dan gegar otak akibat benturan sewaktu kecelakaan," jawab John Whitmann sebisa ia menjawab karena dia buta mengenai hal medis, "mungkin untuk detail kondisi Master Edward, Anda bisa tanyakan ke Dokter Alan Springfield yang menangani beliau langsung, Sir!"
"Baiklah, thank you, John!" sahut Tuan Gultom seraya menepuk-nepuk bahu John.
Kemudian papa mama Edward pun masuk ke dalam ruang ICU dengan mengenakan pakaian steril yang disediakan oleh rumah sakit.
"Pa, kasihan anak kita ...," isak Nyonya Rae Adeline Hutapea ketika melihat tubuh Edward yang babak belur dan wajahnya yang rusak sebagian akibat luka gores dalam.
Tuan Gultom memeluk istrinya yang menangis tersedu-sedu. Dia mendesah lelah lalu berkata, "Papa sudah memperingatkannya saat Edward merebut istri pria lain. Mungkin ini karma buruk dari perbuatannya. Kalau dia sudah sadar, Papa harap dia akan melupakan wanita bernama Inez itu. Masih banyak jutaan wanita yang bersedia untuk menerimanya sebagai suami, kenapa pula berebut satu wanita dan meregang nyawa di negeri orang seperti ini!"
"Ma–mama tidak terima, Pa. Wanita murahan sialan itu sebaiknya jangan mendekati Edward lagi ... atau Mama sendiri yang akan jadi dewi kematian untuk Inez Jansen. Mama membencinya!" rutuk Nyonya Rae Adeline.
"Sssttt ... jangan, Ma. Tolong jangan menjadi Tuhan dengan menentukan nasib orang lain apalagi membalas dendam. Itu akan jadi sebuah lingkaran setan yang mencederai semua pihak. Papa akan bicara dengan Edward bila dia sudah siuman dan bisa berpikir jernih. Kalau perlu, Papa akan minta dia menikah sesegera mungkin agar bisa melupakan Inez Jansen!" bujuk Tuan Gultom mengelus lembut rambut panjang istrinya yang masih hitam legam di usia nyaris kepala 6.
Nyonya Rae Adeline menatap tubuh putera kesayangannya dengan rasa terluka yang mendalam. 'Tak semudah itu orang yang membuat puteraku nyaris mati bisa melenggang bebas seenaknya di luar sana. Kita lihat saja nanti, seperti apa pembalasanku, Inez!' batinnya dalam amarah yang menggelegak.
Kedua orang tua Edward menginap di hotel bintang 5 yang terletak tak jauh dari rumah sakit tempat putera mereka dirawat. Sementara John Whitmann berjaga bergantian dengan rekan pengawal Edward yang lain. Tubuhnya begitu penat pasca rentetan kejadian tragis dan menegangkan yang ia alami bersama bosnya yang masih terbaring tak sadarkan diri di ruang ICU.
Sekitar pukul 04.00 pagi waktu Paris, pria itu perlahan membuka matanya dan merasa seluruh tubuhnya remuk redam. Satu nama yang terucap lirih dari bibirnya yang kering dan pecah-pecah. "Inez ..."
Tepat pukul 18.00 WIB, pesawat private jet membawa Edward dan Meirasty yang tetap dikawal oleh John Whitman beserta 2 rekan pengawal lainnya terbang menuju ke Amsterdam. Sekitar 16 jam durasi perjalanan itu tanpa mendarat transit sama sekali. Pukul 04.00 waktu Amsterdam mereka tiba di bandara, memang ada perbedaan waktu kedua negara yang lebih cepat 6 jam di Indonesia bagian barat dengan Amsterdam."Mey, kita check in hotel dulu saja buat istirahat, nanti pukul 11.00 baru mulai jalan-jalan ke kota," ujar Edward menggandeng tangan Meirasty menuruni undakan pesawat private jet itu."Aku ngikut rencana Kak Edu aja," sahut Meirasty mengikuti langkah-langkah lebar kaki suaminya yang bertubuh jangkung itu melintasi lobi bandara internasional Amsterdam. Mereka dijemput karyawan kantor VES dengan mobil SUV hitam merk buatan Belanda.Hotel yang dipilih Edward sengaja sama seperti saat dia menginap di kota itu bersama Inez, Inntel Hotels Amsterdam Zaandam. Saat memasuki kamar yang sama, dia t
"Halo, Pak Edward. Ada sebuah kiriman lukisan dari Nyonya Inez Jansen di kantor VES Jakarta," ujar David Sutomo, sekretaris pribadi Edward yang mengurusi kantornya yang ada di Jakarta Pusat.Pria itu mengerutkan keningnya, dia menduga itu pasti lukisan replika karya Rembrandt berjudul The Storm on The Sea of Galilee yang dulu pernah ia kirimkan untuk mengancam Inez. Kemudian ia pun bertanya, "Apa ada surat yang dikirimkan untukku juga, David?""Ada, Pak Edward. Saya belum membukanya, apa perlu saya fotokan isinya atau bacakan di telepon?" jawab David yang memang sedang memegangi sepucuk surat beramplop putih dengan tulisan tangan di alamat tujuan penerima."Bacakan saja, tapi nanti fotokan juga dan kirim ke nomorku, oke?" balas Edward lalu diam menunggu sekretarisnya membacakan surat dari Inez.David pun membacakan isi surat dari Inez itu, "Hai, Mas Edward. Semoga kabarmu baik-baik saja di sana. Inez ingin mengembalikan lukisan ini, aku harap Mas sudah mengakhiri dendam yang ada di an
Seusai makan malam di rumahnya yang ada di Paris bersama keluarga kecilnya, Edward duduk sendiri dalam ruang kantor rumahnya. Di genggaman tangannya ada beberapa lembar kertas bertuliskan "Surat Pernikahan Kontrak" dimana pada bagian bawah dari surat itu terdapat tanda tangan Meirasty dan juga tanda tangannya sendiri. Sudah hampir 2 tahun ini dia mengenal Meirasty, segalanya berjalan di luar dugaannya. Rencana awalnya untuk menghancurkan rumah tangga Inez dan Mario menggunakan adik kandung Mario memang awalnya berhasil. Namun, dalam perjalanannya justru dirinyalah yang terjerat dalam perasaan cinta yang sulit untuk ditepis olehnya.Inez terlalu keras kepala baginya, wanita itu lebih memilih untuk menjadi gila dibanding merelakan dirinya menjalin percintaan dengannya. Sungguh mengecewakan!Dari informan yang dia bayar untuk memata-matai Inez di rumah wanita itu yang ada di Jakarta, kondisi kesehatan mental dan kejiwaan Inez berangsur pulih sekalipun pada akhirnya dia berhenti bekerja
Sekalipun pernikahan kali ini adalah yang kedua bagi Clara, tetapi dia masih merasakan debaran kencang di dadanya saat mendengar calon suaminya mengucap janji di hadapan penghulu. Ketika semua mengucapkan kata "SAH", dia dan Tristan menghela napas lega. Sekarang mereka berdua adalah pasangan suami istri resmi di mata hukum dan agama."Tris, nitip puteri kesayanganku ya! Tolong kamu bahagiakan dan jaga dia selalu," pesan Inez saat dia menerima sujud sungkem mohon doa restu orang tua dari Tristan, menantu barunya.Kemudian dengan yakin Tristan pun menjawab, "Pasti, Nez. Ehh—Mama Mertua ... aku pasti serius jagain Clara. Mohon doa restunya ya!" Mario yang diam-diam mendengarkan pembicaraan istrinya dengan Tristan pun mendengkus geli. Pasalnya, kedua orang itu pernah terlibat cinta terlarang, sebuah one-night-stand. Dan itu pun karena Tristan merasakan obsesi cinta yang hampir sama dengan Edward. Bedanya, takdir berbicara lain untuk hubungan kedua pria itu dengan Inez."Mama ... Clara, m
Hari-hari selanjutnya setelah Inez kembali ke Jakarta terasa menenangkan. Dia memang terkadang seperti melamun saat sedang sendirian. Namun, histeria mimpi buruknya berangsur mulai jarang muncul. Mario pun mendukung penuh proses pemulihannya dengan tidak memaksakan harus berhubungan suami istri secara intim. Baginya kesehatan mental kejiwaan istrinya jauh lebih penting dibanding memaksakan ego serta kebutuhan biologisnya.Pagi jelang siang itu Nyonya Valeria Jansen, mama mertua Inez dari mendiang suami pertamanya dulu mengunjunginya di rumah. Dia sudah mendengar cerita dari Clara serta Mario mengenai penculikan Edward. Sekalipun bagi dirinya sebagai orang awam terasa absurd peristiwa itu. Namun, begitulah kenyataannya ... ketika seseorang dibutakan oleh obsesi gila segalanya dihalalkan untuk mendapatkan keinginannya."Pagi, Inez!" sapa Nyonya Valeria yang masih begitu sehat berjalan tanpa alat bantu sekalipun rambut sepunggungnya sebagian besar telah memutih. Inez menoleh lalu berjal
Sepasang kekasih yang akan segera menikah beberapa hari ke depan itu duduk berdekatan di bangku ruang tunggu bandara. Clara melihat-lihat berita yang sedang menjadi trending topik di jagad maya melalui layar ponselnya, sedangkan Tristan yang tidak terlalu peduli dengan hal-hal seperti itu lebih tertarik untuk bermesraan dengan kekasihnya.Dia menempelkan badannya dan wajahnya kepada Clara sambil membelai rambut panjang dan wajah pacarnya itu dengan gaya pria yang sedang bucin. Mau tak mau Clara pun menjadi geli sendiri dengan tingkah pacarnya yang menggemaskan. Memang Tristan itu seorang CEO perusahaan berkelas nasional, smart, ganteng, perfectlah pokoknya. Namun, kelakuannya kalau sedang bersamanya seperti bocah yang manja begitu kekanak-kanakan. "Mas Tristan nggak lapar?" tanya Clara iseng.Tristan langsung menegakkan tubuhnya dan menatap Clara. "Apa kamu lapar, Sayangku? Mau dibeliin apa?" tanyanya kembali."Hahaha. Hey, 'kan yang nanya duluan aku! Mas jawab dong," balas Clara ter
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments