Melihat guru akan membawa Eza keluar, aku melangkah pergi. Namun, Hamdi tiba-tiba berlutut di depanku dan menangis pilu."Erlinda, bukan istriku, aku benar-benar sadar akan kesalahanku. Ibu terbaring di rumah sakit dan nggak ada yang merawatnya. Aku masih harus bekerja untuk mencari uang, aku benar-benar nggak bisa mengurusnya sendirian. Bagaimanapun kita ini pernah jadi suami istri, jadi tolong pertimbangkan. Selama kamu mau kembali, aku akan menuliskan namamu di sertifikat rumah ...."Aku tidak peduli dengan pandangan dari orang-orang, menegurnya dengan tegas, "Suami istri? Aku saja mau muntah saat membicarakan tentang tahun-tahun yang aku habiskan bersamamu. Kenapa? Di rumah nggak ada pengasuh, jadi kamu ingat denganku? Kamu ingin aku jadi tumbal? Aku saja bisa hidup dengan baik bersama putraku, untuk apa aku merawat ibumu? Apa kamu mimpi?"Hamdi merasa terhina oleh perkataanku. Dia menundukkan kepalanya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Guru berdiri di depan pintu bersama Eza dan
Ayah mertua menatap ibu mertua. "Kamu yang menghentikan Erinda melakukan tes DNA! Ternyata kamu memang punya niat buat melimpahkan semuanya sama Erinda! Jelas-jelas kamulah yang melakukan tindakan memalukan! Kenapa selama ini aku nggak sadar! Katakan, Hamdi anak siapa?"Wajah Hamdi juga penuh dengan kebencian. "Ibu! Kamu yang membuatku dan Erinda bercerai. Eza itu putra kandungku!"Ibu mertua akhirnya kehilangan kendali atas emosinya dan menatapku. "Kamu sudah cerai dan dapat uang, kenapa masih kembali? Aku sudah menyembunyikan masalah ini selama tiga puluh tahun dan semuanya hancur karenamu!"Aku menatap kosong ke arahnya. "Kamu yang menyakitiku duluan. Eza baru tiga tahun, tapi kalian mengusir kami di tengah malam. Kenapa? Sudah begitu masih nggak mengizinkanku kembali? Aku beritahukan, hal buruk akan mendapatkan balasan buruk. Kamu pasti mengira bisa menyembunyikan semua ini seumur hidup, bukan? Apa kamu pikir aku akan diam saja setelah difitnah dan dijadikan kambing hitam?"Ayah me
Berita perceraianku dan Hamdi sampai ke telinga kerabat dan teman-temanku. Mereka menghujatku di grup keluarga, bahkan tidak peduli ketika aku masih belum keluar dari grup itu.Kata-kata yang tidak menyenangkan ini tercermin di mataku. Aku mengangkat alis, menyimpan semuanya sebagai bukti untuk diserahkan kepada polisi.Hamdi sangat marah, lalu bertanya kepadaku, "Kita sudah bercerai, apa lagi yang kamu inginkan? Dasar wanita beracun!"Aku tidak menjawab dan langsung pergi ke rumahku sebelumnya sambil membawa tas.Rumah itu dalam keadaan kacau. Karena aku melaporkan mereka atas pencemaran nama baik dan penyebaran berita bohong, sepertinya mereka dan para kerabat yang lain pergi ke kantor polisi.Aku mengetuk pintu dan yang membukakan pintu adalah Hamdi.Aku hanya tidak bertemu dengannya selama beberapa hari, tetapi dia terlihat seperti sudah menua sepuluh tahun dalam semalam. Penampilannya sangat berantakan."Kamu mau apa datang kemari? Masih belum cukup menyakiti kami?""Kamu lupa, ak
Wajah ibu mertua menegang. Dia mengatupkan giginya dan menatap Hamdi. "Nak, wanita seperti ini nggak perlu diambil pusing. Kita bukan orang yang suka buat masalah, jadi berikan saja apa yang dia inginkan. Biar nantinya dia nggak minta-minta lagi. Kita juga bisa tenang."Hamdi bertanya bingung, "Bu, Ibu bicara apa, sih? Dia selingkuh, jadi harus pergi tanpa membawa harta apa pun. Kenapa aku harus memberinya uang? Kalaupun pengadilan memutuskan, kitalah yang akan menang."Ayah mertua juga tidak bisa menahan diri dan langsung menegur, "Kalaupun rumah ini dibakar jadi abu, aku nggak akan pernah memberikannya kepada wanita sepertimu.""Kalau begitu, aku akan pergi ke pengadilan dan mengajukan gugatan cerai. Malam itu kamu mendorong Eza hingga terjatuh dan membuat kepalanya terluka. Ini sudah termasuk kekerasan, Eza adalah saksi. Aku ingin lihat, siapa yang akan dibantu hakim. Aku juga akan meminta kerabat kalian buat menyaksikan proses ini."Ibu mertua benar-benar cemas, bahkan sedikit meng
Aku sudah membaca laporan medis ayah mertua dan ibu mertua sebelumnya. Keduanya memiliki darah tipe O.Menurut bagan struktur di dinding, anak mereka pasti akan memiliki darah O, tidak mungkin golongan darah lainnya.Namun, aku ingat dengan jelas bahwa Hamdi sempat menjalani pemeriksaan kesehatan di perusahaan enam bulan sebelumnya dan akulah yang mengisi formulirnya saat itu. Ternyata dia memiliki tipe darah A.Bagaimana dia bisa ....Aku terdiam selama dua detik dan tersentak saat menyadari apa masalahnya.Pantas saja ibu mertua begitu menentangku, terus memaksa mereka untuk mengusirku dan Eza. Dia juga menghentikan Hamdi dan Eza untuk melakukan tes ulang tes DNA sampai beberapa kali. Ternyata itu karena ibu mertua menyembunyikan sesuatu.Aku tidak bisa menahan tawa saat menyadari akan hal ini.Alur cerita macam apa ini? Alur cerita yang begitu mantap bisa terjadi kepadaku. Jika ayah mertua dan suamiku tahu yang sebenarnya, masalah di keluarga mereka pasti akan sangat meledak.Aku me
Dia menatapku dengan marah. "Aku akan kasih kamu kesempatan terakhir. Katakan dengan jelas, Eza sebenarnya anak siapa? Kalau nggak, kalau sampai masalah ini terbongkar, kamu sendiri yang akan malu!"Aku menyentuh wajahku yang merah, bengkak dan panas, lalu tertawa mengejek. "Sebarkan saja, aku nggak takut karena aku nggak melakukan kesalahan. Kalian bisa mengatakan apa pun yang kalian inginkan!"Suami mencengkeram kerah bajuku, berkata dengan nada kasar, "Kamu sudah menyelingkuhiku sejak lama, masih nggak bolehin aku tanya? Kamu nggak malu, tapi aku yang malu! Cuma orang buta yang mau nikah sama wanita sepertimu!"Aku memejamkan mata. "Kalau begitu kita cerai saja! Aku nggak ingin mengatakan apa pun sama kalian. Eza akan ikut denganku, karena kamu juga nggak akan mengakuinya."Melihatku mengajukan cerai duluan, suamiku benar-benar marah, "Kamu masih berani minta cerai? Bawa anak sialanmu keluar dari rumah ini! Keluar sekarang! Aku jijik lihat kamu di sini! Seharusnya aku mencekiknya sa