Home / Rumah Tangga / Suami Lupa Diri / Permainan dimulai

Share

Permainan dimulai

Author: Nur Meyda
last update Last Updated: 2023-06-22 13:21:04

Bab 6

Pov Nadhifa.

Bukan aku tak sayang anak-anakku saat aku memilih menitipkan mereka di rumah Papinya. Justru aku ingin anak-anakku itu bisa membuka mata hati suamiku yang sudah tertutup agar sadar dan kembali pada kami keluarganya.

Aku tahu dia telah berbuat kesalahan, tapi bukankah manusia itu memang tempatnya salah dan dosa. Aku juga merasa bersalah, semenjak ada anak-anak aku kurang memperhatikannya.

 Jika Mas Fatan mau bertobat dan menyadari kesalahannya, aku akan mencoba memaafkannya dan menerima dia kembali.

Tanpa si ulet bulu Irene pastinya. Jika dia masih bersama ulet bulu itu takkan pernah kuterima dirinya kembali.

Ah sudah pukul enam lewat sedikit, saatnya menjemput anak-anak dirumah Mas Fatan untuk kuantar kesekolah.

Soalnya mobil Mas Fatan sudah aku sita, biar dia rasakan pergi ke kantor naik angkot atau ojol. Gajinya di kantor juga sudah kupangkas habis. 

Dari gaji 50 juta sekarang hanya 15 juta yang kuberi, dan dia menerimanya. Aku tahu dia malas untuk mencari kerja di luaran sana. 

Aku tiba di depan rumah Mas Fatan, kuhidupkan klakson sebagai kode agar anak-anak tahu aku telah datang.

Pintu terbuka, anak- anak menghambur kedalam mobil. Axel menangis dan wajah Alea merah-merah seperti alergi.

Aku keluar dari mobil dan bertanya pada Mas Fatan yang hanya berdiri termangu di teras rumahnya.

"Mereka kenapa Mas, kenapa menangis seperti itu. Dan Alea kenapa?" tanyaku kesal.

Mas Fatan hanya diam saja, Mama yang menjawab.

"Alea kemakan udang tadi Fa, dan Axel kepedasan!" 

Aku menggeram dengan kesalnya.

"Mas sekali lagi aku peringatkan, jika isttimu itu tidak becus merawat anak-anak dia harus angkat kaki dari rumah ini. Kasih tahu sama dia!" ucapku pelan tapi dingin.  

Mas Fatan hanya mengangguk dengan wajah merah. Biarin dia mau marah, bodo amat.

Aku masuk kedalam mobilku. Kuambil bekal yang sengaja aku bawa. Aku sudah menduga kalau anak-anakku bakalan gak sarapan.

"Ini makan ya Sayang, Alea juga. Nanti kita ke klinik dekat sekolah!" ucapku lembut.

Mereka senang sekali dan langsung melahap bekal yang kubawa. Sampai di klinik, Alea segera diobati. Dan syukur dia masih bisa sekolah karena alerginya hanya sedikit.

Sampai di sekolah bel telah berbunyi. Ale dan Axel turun lalu menyalamiku. 

"Nanti pulangnya dijemput Pak Tarjo ya!" pesanku. 

Pak Tarjo supir perusahaanku. 

"Iya Mi, Mami hati-hati ya. Besok jemput kita lagi kan?" tanya Axel.

"Iya sayang, buruan masuk gih. Udah bel tuh!" suruhku.

"Daghhhh Mami, assalamualaikum," ucap mereka kompak.

"Waalaikumsalam," jawabku sambil tersenyum.

***

"Wita, meeting hari ini pukul berapa?" tanyaku begitu sampai di kantor.

Mas Fatan melirikku sekilas lalu melanjutkan pekerjaannya. Hmm tampaknya dia ingin bermain cantik dengan tetap bekerja. 

Aku tau niat busukmu Mas. Takkan kubiarkan kau menangani proyek-proyek besar. Pasti kau punya niat ingin mencuranginya, aku sudah hafal dengan sifat licikmu. 

"Hari ini tidak ada Bu, hanya hari ini ada undangan dari Pak Subroto. Pertunangan anaknya di Hotel ABCD Bu!" jawab Wita.

"0h oke, nanti kamu temani saya Wit!" 

"Siap Bu!" 

"Hey, kenapa kau tak mengajakku. Aku ini masih suamimu kalau kau lupa!" ucap Mas Fatan kesal.

"Sepertinya tidak ada syarat harus membawa pasangan didalam undangannya!" jawabku ketus.

"Aku tak perduli, kau harus pergi dengan aku!" balasnya tak perduli.

Oke kita lihat Mas, siapa yang pulang nanti dengan wajah tertawa. 

Mas Fatan menyeringai penuh kemenangan saat aku akhirnya setuju ditemaninya.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Lupa Diri   Bed Rest

    Bab 86POV DhifaSatu Minggu kemudian, setelah dirawat dengan intensif, aku pun diperbolehkan pulang ke rumah. Tentu saja dengan berbagai persyaratan dari Dokter Boy yang sangat memperhatikan kesehatan pasiennya. Aku hanya mengangguk seraya mengucapkan terima kasih. Walau di dalam hati aku masih bingung dengan perusahaan milikku. Siapa yang akan menggantikan diriku selama aku bed rest? Aku juga belum tahu sampai kapan bisa beraktivitas dengan normal kembali. Aku mendesah resah, kehamilan kali ini benar-benar menguras pikiran dan perasaanku. Sangat berbeda dengan saat hamil Alea juga Axel dahulu. Aku masih bisa beraktivitas seperti biasa. Mungkin karena sekarang aku hamil di saat usai sudah lewat tiga kukuh tahu, jadi kondisi dan ketahanan tubuhku juga menurun. "Sayang, kita makan dahulu, ya!" ujar Mama Riko yang baru saja masuk ke kamar dengan membawa satu nampan berisi hidangan makan untukku."Aku belum lapar, Mas," jawabku malas. Memang perutku masih terasa kenyang, belum lapar s

  • Suami Lupa Diri   Tidak Baik-baik Saja

    Bab 85POV RikoTiiinnn!"Astaghfirullah, maaf-maaf," ucapku penuh penyesalan. "Hati-hati, Masih untung saya bisa ngerem tadi!" balas pengemudi motor yang hampir saja aku tabrak. Pengemudi itu pun meninggalkan diriku yang masih termangu di balik kemudi. Mungkin sekarang wajahku sudah seputih mayat saking kagetnya. Aku sedang tidak fokus karena ingin cepat sampai ke rumah sakit. Begitu mendengar kabar yang disampaikan oleh Alea tadi membuat aku terburu-buru mengemudikan mobil hingga hampir saja mencelakai orang lain. Sungguh aku sangat khawatir dengan keadaan Dhifa. Entah apa penyebabnya sehingga dia bisa pingsan. Mana sedang sendirian di rumah, Bik Ijah, sang pembantu sedang pulang ke kampung. Jadi semua urusan rumah tangga dipegang oleh Dhifa. Hanya untuk mencuci dan membersihkan rumah, dia memakai jasa pembantu pengganti yang hanya bekerja dari pagi sampai pukul 4 sore saja. "Ya ampun, kok, malah ngelamun begini, sih. Aku harus secepatnya sampai ke rumah sakit." Begitu tersadar

  • Suami Lupa Diri   Kabar bahagia 2

    Bab 84 "Apa? Mbak Dhifa hamil, Mas. Alhamdulillah," ucap Rini, adiknya Riko bahagia. "Iya, Rin. Ini baru pulang dari dokter kandungan. Alhamdulillah, Mbak kamu tengah hamil sekitar empat minggu," jawab Riko di ujung telepon. Dia melirik Dhifa yang tengah tertidur setelah muntah-muntah saat habis salat Subuh tadi. "Aku senang mendengarnya, Mas. Mama nanti siang kami ke sana, ya," ujar Rini. Mamanya Riko yang tengah menonton televisi pun ikut bahagia mendengar berita yang disampaikan oleh Riko. "Alhamdulillah, ya Allah. Mas, anak sulung kita akhirnya akan punya keturunan. Semoga kamu bahagia di sana, ya," bisik ya lirih. Dia jadi teringat akan almarhum suaminya yang sudah meninggal dunia saat kedua anaknya masih kecil-kecil. Mamanya Riko mengusap air mata yang keluar begitu saja saking bahagianya dia. Selesai berbincang dengan Riko, Rini pun duduk di samping mamanya. "Nanti kita ke rumah Mbak Dhifa, Ma. Katanya hari ini Mbak Dhifa libur," ucap Rini. "Iya, Rin. Aduh, Mama

  • Suami Lupa Diri   Kabar Bahagia

    Bab 83Riko berlari kencang ke dalam rumah sakit, dia baru saja tiba setelah mendapat telepon dari Wita. Sekretaris istrinya mengatakan kalau Dhifa pingsan dan sekarang sudah berada di ruang IGD rumah sakit. Riko mengatur napasnya setelah sampai di depan ruang IGD. Wita yang melihat kehadirannya Oun bergegas menemui suami bosnya itu. "Pak Riko, Ibu masih ada di dalam. Sedang diperiksa sama dokter," beritahunya sebelum Riko bertanya. "Kenapa dengan istri saya, Wit. Kenapa dia bisa pingsan?" tanya Riko. "Saya juga gak tahu, Pak. Tadi kami habis rapat, Bu Dhifa mengeluh kalau kepalanya pusing. Tiba-tiba pingsan begitu saja."Riko masih belum puas dan ingin bertanya lagi pada Wita. Namun, pintu ruangan IGD terbuka lalu keluarlah seorang suster. "Keluarganya Ibu Nadhifa!" serunya dengan lantang. "Saya Suster. Saya suaminya," jawab Riko kemudian mendekati suster tersebut. "Bapak suaminya Bu Nadhifa? Mari ikut saya menemui dokter di dalam!" Riko pun mengangguk lalu mengikuti suster t

  • Suami Lupa Diri   Dhifa Pingsan

    Bab 82Riko dan Dhifa baru saja kembali dari makan malam di luar. Saat itu sudah hampir larut malam. Setelah makan malam, sebelum kembali, Riko mengajak Dhifa untuk bersantai di taman yang masih ramai meskipun hari telah malam. Mereka berkeliling area taman sambil sesekali mampir di lapak pedagang kaki lima yang menjajakan aneka jenis makanan dan camilan yang enak. Tak terasa sudah hampir dua jam mereka berada di sana. "Enak juga bisa bersantai di tempat seperti ini, ya, Mas?" Dhifa melirik suaminya yang tengah duduk bersandar sambil menatap hamparan bintang di langit malam."Iya, Fa. Rasanya, Mas gak ingin malam ini cepat berlalu."Dhifa tersenyum mendengar jawaban Riko, dia melihat waktu di ponsel pintarnya. Dhifa pun berdiri lalu mengajak Riko untuk pulang. "Sayangnya, kita harus pulang sekarang, Mas. Sudah hampir tengah malam, taman juga sudah sepi."Riko menoleh ke sekitarnya, benar saja. Taman yang tadinya ramai dengan pengunjung, kini sudah mulai sepi. Hanya tinggal beberapa

  • Suami Lupa Diri   Mantan Madu Yang Baik

    Bab 81"Jadi dia nekat datang ke sini tadi?" Riko bertanya dengan heran. Heran dengan keberanian Vanessa mendatangi kediamannya. Riko baru saja pulang dari kantor, Dhifa pun langsung menceritakan tentang kedatangan Vanessa siang tadi. "Iya, Mas. Dan kamu tahu gak, dia sekarang sudah merubah penampilannya. Vanessa sekarang memakai hijab dan tampak anggun sekali, meskipun kelihatannya dia tidak nyaman dengan pakaiannya itu," beritahu Dhifa. "Memakai hijab? Tapi waktu malam itu pakaiannya sangat seksi dan terbuka. Aneh," ujar Riko makin heran. "Entahlah, Mas. Biarkan saja dulu, kita lihat apa yang akan dilakukan Vanessa Selan itu tanya. Lebih baik kamu sekarang mandi, terus kita makan malam di luar. Soalnya, Bik Ijah belum gak ada. Aku juga lagi malas masak.""Malas masak? Tumben?" Riko menggoda istrinya. Biasanya Dhifa akan memasak walaupun baru pulang dari kantor. "Tubuhku rasanya lemas dan tak bertenaga, Mas. Sangat lelah," jawab Dhifa. "Hm, wajah kamu juga sedikit pucat. Apa k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status