Share

Tak Tahu Malu

Author: Nur Meyda
last update Last Updated: 2023-06-22 13:24:17

"Selamat datang Pak Fatan dam Bu Dhifa. Terima kasih sudah mau hadir di acara kami!" sambut Pak Subroto dan istrinya.

Aku mengucapkan selamat dan terima kasih pada pasangan suami istri itu. 

Selesai berbasa-basi aku memilih mengambil minuman disudut ruangan. Lalu aku memilih duduk di sofa yang ada di dekat dinding yang terbuat dari kaca.

Lalu lalang kenderaan terlihat dari sini. Hotel ini memang terletak di tepi jalan yang selalu ramai.

"Dhifa, angin apa yang membawamu kemari. Mana suamimu, masih indehoy dengan istri barunya kah?" Suara seseorang mengagetkanku.

"Eh Mas Dera, apa kabar. Wah rupanya kabar Mas Fatan jadi trending topik ya!" jawabku sedikit gugup.

Gila, aku gak nyangka sudah banyak yang tau kelakuan Mas Fatan.

"Dia sering mengunggah beritanya di grup PPM. Foto-fotonya dengan istri barunya juga di pamerkan setiap hari," terang Mas Dera.

"PPM, Perkumpulan Pengusaha Muda itu. Luar biasa."

"Kami juga kaget Fa, yah sebejat-bejatnya kami. Gak akan sampai kebablasan kayak suamimu itu. Kami juga syok dan kaget dengan keberaniannya. Apalagi kami semua tahu posisi dia di perusahaannya!" 

Aku hanya menggeleng malu, bagaimanapun mereka pasti menganggap aku sebagai istri yang gak becus mengurus suami.

"Kamu jangan sedih Fa, kami mendukungmu kok!" sambung Mas Dera melihat aku diam saja.

"Ah Mas Dera, memangnya aku lagu Garuda Pancasila," candaku.

"Serius Fa, berapa nomor wa mu biar Mas masukkan ke grup!" 

Aku menyebutkan nomorku, dan dalam sejenak aku sudah masuk ke grup paling elit dan diminati para Pengusaha di kotaku ini.

"Jadi sekarang kamu yang mengurus bisnis ini?" 

"Iya Mas, sebenarnya aku malas Mas. Tapi mau bagaimana, aku gak mau Perusahaanku hancur karena dirongrong istri mudanya nanti!" jawabku.

"Benar itu, tindakanmu benar. Kalau kamu ada kesulitan, jangan sungkan hubungi kami. Mas dan yang lain siap membantu!" ucap Mas Dera tulus.

"Terima kasih Mas," jawabku terharu.

"Wah belum apa-apa kau sudah mulai tebar pesona Fa, memalukan!!" bentak Mas Fatan tiba-tiba.

"Jaga ucapanmu Mas, kampungan!" balasku. 

"Sabar Bro, kami hanya bertukar fikiran saja. Duduk sini Bro!" ajak Mas Dera pada Mas Fatan.

Mas Fatan hanya menoleh denga sinis, lalu menarik tanganku dengan kasar.

"Ayo pulang sekarang, aku muak melihatmu sibuk tebar pesona di sini!" 

"Gak Mas, kamu aja yang pulang. Urus anak-anak jangan sampai istrimu itu mencelakai mereka!" balasku mengancamnya.

"Kau memang tak tahu malu! Ibu macam apa yang menitipkan anaknya begitu!" ejek Mas Fatan.

"Itu urusanku Mas, nanti juga Mas akan faham maksud aku."

"Sudah Bro, kita bicara baik-baik aja. Malu dilihat tamu yang lain!" bujuk Mas Dera.

"Diam kamu Der, aku tahu kamu naksir Dhifa dari dulu. Jangan mimpi kau bisa mendapatkan dia sekarang. Karena sampai kapanpun aku gak akan melepaskan dia. Camkan itu!" teriak Mas fatan sambil menunjuk-nunjuk wajah Mas Dera.

Ya Allah, aku malu sekali jadinya.

"Tentu saja Dhifa gak akan pernah kau lepas Bro, takut jadi gembel lagi kan Bro?" ejek Mas Dera.

Mas Fatan terdiam tak menjawab. Hanya matanya melotot menahan amarahnya.

"Semua juga tahu Bro, harta siapa yang sering kau hamburkan untuk mentraktir kami dan pacar-pacarmu itu." lanjut Mas Dera lagi. 

"Bren***k, kau memang licik Der. Awas ya, kita belum selesai!" ancam Mas Fatan.

Mas Fatan berlalu, pulang dengan perasaan yang aku tak tau seperti apa.

Mungkin malu, marah atau tersinggung.

Itu belum seberapa Mas, desisku.

Bersambung

See u next part.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Lilis Srihartaty
malas baru 7 sdh digembok
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suami Lupa Diri   Bed Rest

    Bab 86POV DhifaSatu Minggu kemudian, setelah dirawat dengan intensif, aku pun diperbolehkan pulang ke rumah. Tentu saja dengan berbagai persyaratan dari Dokter Boy yang sangat memperhatikan kesehatan pasiennya. Aku hanya mengangguk seraya mengucapkan terima kasih. Walau di dalam hati aku masih bingung dengan perusahaan milikku. Siapa yang akan menggantikan diriku selama aku bed rest? Aku juga belum tahu sampai kapan bisa beraktivitas dengan normal kembali. Aku mendesah resah, kehamilan kali ini benar-benar menguras pikiran dan perasaanku. Sangat berbeda dengan saat hamil Alea juga Axel dahulu. Aku masih bisa beraktivitas seperti biasa. Mungkin karena sekarang aku hamil di saat usai sudah lewat tiga kukuh tahu, jadi kondisi dan ketahanan tubuhku juga menurun. "Sayang, kita makan dahulu, ya!" ujar Mama Riko yang baru saja masuk ke kamar dengan membawa satu nampan berisi hidangan makan untukku."Aku belum lapar, Mas," jawabku malas. Memang perutku masih terasa kenyang, belum lapar s

  • Suami Lupa Diri   Tidak Baik-baik Saja

    Bab 85POV RikoTiiinnn!"Astaghfirullah, maaf-maaf," ucapku penuh penyesalan. "Hati-hati, Masih untung saya bisa ngerem tadi!" balas pengemudi motor yang hampir saja aku tabrak. Pengemudi itu pun meninggalkan diriku yang masih termangu di balik kemudi. Mungkin sekarang wajahku sudah seputih mayat saking kagetnya. Aku sedang tidak fokus karena ingin cepat sampai ke rumah sakit. Begitu mendengar kabar yang disampaikan oleh Alea tadi membuat aku terburu-buru mengemudikan mobil hingga hampir saja mencelakai orang lain. Sungguh aku sangat khawatir dengan keadaan Dhifa. Entah apa penyebabnya sehingga dia bisa pingsan. Mana sedang sendirian di rumah, Bik Ijah, sang pembantu sedang pulang ke kampung. Jadi semua urusan rumah tangga dipegang oleh Dhifa. Hanya untuk mencuci dan membersihkan rumah, dia memakai jasa pembantu pengganti yang hanya bekerja dari pagi sampai pukul 4 sore saja. "Ya ampun, kok, malah ngelamun begini, sih. Aku harus secepatnya sampai ke rumah sakit." Begitu tersadar

  • Suami Lupa Diri   Kabar bahagia 2

    Bab 84 "Apa? Mbak Dhifa hamil, Mas. Alhamdulillah," ucap Rini, adiknya Riko bahagia. "Iya, Rin. Ini baru pulang dari dokter kandungan. Alhamdulillah, Mbak kamu tengah hamil sekitar empat minggu," jawab Riko di ujung telepon. Dia melirik Dhifa yang tengah tertidur setelah muntah-muntah saat habis salat Subuh tadi. "Aku senang mendengarnya, Mas. Mama nanti siang kami ke sana, ya," ujar Rini. Mamanya Riko yang tengah menonton televisi pun ikut bahagia mendengar berita yang disampaikan oleh Riko. "Alhamdulillah, ya Allah. Mas, anak sulung kita akhirnya akan punya keturunan. Semoga kamu bahagia di sana, ya," bisik ya lirih. Dia jadi teringat akan almarhum suaminya yang sudah meninggal dunia saat kedua anaknya masih kecil-kecil. Mamanya Riko mengusap air mata yang keluar begitu saja saking bahagianya dia. Selesai berbincang dengan Riko, Rini pun duduk di samping mamanya. "Nanti kita ke rumah Mbak Dhifa, Ma. Katanya hari ini Mbak Dhifa libur," ucap Rini. "Iya, Rin. Aduh, Mama

  • Suami Lupa Diri   Kabar Bahagia

    Bab 83Riko berlari kencang ke dalam rumah sakit, dia baru saja tiba setelah mendapat telepon dari Wita. Sekretaris istrinya mengatakan kalau Dhifa pingsan dan sekarang sudah berada di ruang IGD rumah sakit. Riko mengatur napasnya setelah sampai di depan ruang IGD. Wita yang melihat kehadirannya Oun bergegas menemui suami bosnya itu. "Pak Riko, Ibu masih ada di dalam. Sedang diperiksa sama dokter," beritahunya sebelum Riko bertanya. "Kenapa dengan istri saya, Wit. Kenapa dia bisa pingsan?" tanya Riko. "Saya juga gak tahu, Pak. Tadi kami habis rapat, Bu Dhifa mengeluh kalau kepalanya pusing. Tiba-tiba pingsan begitu saja."Riko masih belum puas dan ingin bertanya lagi pada Wita. Namun, pintu ruangan IGD terbuka lalu keluarlah seorang suster. "Keluarganya Ibu Nadhifa!" serunya dengan lantang. "Saya Suster. Saya suaminya," jawab Riko kemudian mendekati suster tersebut. "Bapak suaminya Bu Nadhifa? Mari ikut saya menemui dokter di dalam!" Riko pun mengangguk lalu mengikuti suster t

  • Suami Lupa Diri   Dhifa Pingsan

    Bab 82Riko dan Dhifa baru saja kembali dari makan malam di luar. Saat itu sudah hampir larut malam. Setelah makan malam, sebelum kembali, Riko mengajak Dhifa untuk bersantai di taman yang masih ramai meskipun hari telah malam. Mereka berkeliling area taman sambil sesekali mampir di lapak pedagang kaki lima yang menjajakan aneka jenis makanan dan camilan yang enak. Tak terasa sudah hampir dua jam mereka berada di sana. "Enak juga bisa bersantai di tempat seperti ini, ya, Mas?" Dhifa melirik suaminya yang tengah duduk bersandar sambil menatap hamparan bintang di langit malam."Iya, Fa. Rasanya, Mas gak ingin malam ini cepat berlalu."Dhifa tersenyum mendengar jawaban Riko, dia melihat waktu di ponsel pintarnya. Dhifa pun berdiri lalu mengajak Riko untuk pulang. "Sayangnya, kita harus pulang sekarang, Mas. Sudah hampir tengah malam, taman juga sudah sepi."Riko menoleh ke sekitarnya, benar saja. Taman yang tadinya ramai dengan pengunjung, kini sudah mulai sepi. Hanya tinggal beberapa

  • Suami Lupa Diri   Mantan Madu Yang Baik

    Bab 81"Jadi dia nekat datang ke sini tadi?" Riko bertanya dengan heran. Heran dengan keberanian Vanessa mendatangi kediamannya. Riko baru saja pulang dari kantor, Dhifa pun langsung menceritakan tentang kedatangan Vanessa siang tadi. "Iya, Mas. Dan kamu tahu gak, dia sekarang sudah merubah penampilannya. Vanessa sekarang memakai hijab dan tampak anggun sekali, meskipun kelihatannya dia tidak nyaman dengan pakaiannya itu," beritahu Dhifa. "Memakai hijab? Tapi waktu malam itu pakaiannya sangat seksi dan terbuka. Aneh," ujar Riko makin heran. "Entahlah, Mas. Biarkan saja dulu, kita lihat apa yang akan dilakukan Vanessa Selan itu tanya. Lebih baik kamu sekarang mandi, terus kita makan malam di luar. Soalnya, Bik Ijah belum gak ada. Aku juga lagi malas masak.""Malas masak? Tumben?" Riko menggoda istrinya. Biasanya Dhifa akan memasak walaupun baru pulang dari kantor. "Tubuhku rasanya lemas dan tak bertenaga, Mas. Sangat lelah," jawab Dhifa. "Hm, wajah kamu juga sedikit pucat. Apa k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status