Share

2. Tidak akan berpisah

Penulis: Apple Leaf
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-08 12:51:08

Dia datang bak antagonis yang merobohkan kehidupan pemeran utama. Menikah dengan ayah kandung dari putrinya, sekaligus merebut laki-laki itu dari tunangannya. Begitulah yang dikatakan orang-orang di sekitarnya. Padahal mereka tahu dengan jelas setelah Kalandra mengakhiri pertunangan lalu meminang Litha.

Mereka menyalahkannya karena mencari Kalandra setelah anak itu sudah besar.

5 tahun lalu ketika melahirkan Gemini, usianya baru menginjak 22 tahun. Menjadi ibu tunggal selama empat tahun sebelum menikah dengan Kalandra, ia berjuang sendiri tanpa dukungan psikologis.

Yang lebih menyesakkan lagi, Litha diusir oleh keluarganya karena merahasiakan kehamilannya yang dianggap merusak reputasi keluarga. Dan sampai sekarang tak sekalipun ia menghubungi keluarganya.

Diingatkan akan masa-masa itu membuat pelupuk Litha menjadi hangat. Dan kalau ia lanjutkan untuk mengingat kenangan itu, maka air matanya akan benar-benar tumpah.

“Lihat mata pelakor itu merah. Apa sebentar lagi dia akan menangis?”

“Haha! Menangis kamu bilang? Memangnya dia punya air mata?”

“Dia punya air mata palsu. Terlihat memelas adalah satu-satunya cara yang bisa dia lakukan untuk menjadi istri Kalandra.”

Ketika kalimat itu terlepas, semua orang menatap ke asal suara. Mereka cukup kaget karena Nyonya Rumah ikut mengemukakan pendapat tentang Litha, menantu daripada Nyonya Rumah sendiri.

Litha yang mendengar nada ejekan ibu mertuanya, hanya dapat mengepalkan tangan kuat-kuat agar rasa sakit pada telapaknya dapat merebut fokusnya dari kecaman keluarga suaminya.

Setiap kali datang ke rumah utama ia selalu mendengar ejekan dan kecaman. Bukan hanya dari para anggota keluarga yang tinggal di rumah utama, bahkan para pelayan di kediaman itu juga ikut meremehkannya. Kalau saja hari ini bukan jamuan untuk merayakan kelulusan adik perempuan Kalandra, ia tidak akan datang.

“Aku tidak tahan melihat wajahnya. Ekspresinya memuakkan.” Lagi-lagi ibu mertuanya melontarkan kebencian.

Litha seketika menegakkan badan, membuat semua orang kaget. Bahkan, ibu mertuanya juga terlihat membola.

Surai hitam bergelombang terurai sampai pinggang, perawakan rampingnya dibalut gaun toska. Fitur wajah ovalnya yang menawan memiliki ekspresi yang dibuat setenang mungkin membuat kecantikannya terpancar. Tak heran para lelaki yang duduk di meja seberang menatap dengan mata menginginkan.

Ia berjalan dengan elegan mendekati ibu mertuanya sambil menahan diri untuk tidak memaki. Kemudian ia berhenti di sebelah wanita setengah baya yang tengah menyesap cangkir teh.

“Setiap kali melihatku, Mama selalu terang-terangan mengutarakan kebencian. Mama tidak lelah mengatakan hal kasar itu padaku?” Litha berucap pelan, meski begitu masih dapat didengar oleh anggota keluarga yang duduk di dekat Rosella.

Rosella bukannya marah, tetapi menampilkan senyum sinis. Sekilas Rosella melirik Kalandra bersama Gemini berjalan semakin mendekat, sebelum ia membalas ucapan Litha.

“Sebenarnya aku lelah melihat wajahmu. Lelah menerima kenyataan bahwa kamu adalah menantuku. Membuatku sempat marah pada putraku karena keputusannya yang tiba-tiba ingin menikahi wanita tidak jelas sepertimu.” Rosella memang tidak pernah memikirkan perasaan menantunya dan mengutarakan apa pun yang ada di benaknya saat itu juga.

“Sampai sekarang pun kamu masih tidak bisa dibandingkan dengan mantan tunangan Kalandra,” imbuh Rosella. Wanita itu menyesap cangkir sejenak sebelum memulai kembali berucap, “Kepercayaan dirimu sungguh besar sampai tidak mau berpisah dengan putraku, padahal tawaran yang aku berikan sangat menguntungkan untukmu.”

Jelas sekali semua orang dapat mendengar suara Rosella yang cukup keras. Litha tahu Rosella sengaja untuk mempermalukannya di hadapan banyak orang.

Kalandra mendadak menghentikan langkah tak jauh dari Litha. Pria itu lantas meminta Gemini untuk bermain bersama para sepupunya. Kemudian ia melangkah kembali sembari mengamati punggung istrinya.

“Tawaran Mama tidak penting. Jadi aku sudah memutuskan tidak akan pernah berpisah dengan Kalandra,” kata Litha.

Ucapannya sempat menghentikan langkah Kalandra untuk sejenak. Lelaki itu seperti terbius akan kalimat kedua Litha.

“Oh, kamu lebih memilih untuk dibenci oleh semua orang. Silakan saja bertahan sampai kamu lelah dan memohon untuk meninggalkan putraku.” Rosella tak menyangka Litha memiliki kepercayaan diri yang besar untuk mempertahankan rumah tangga dengan cinta sepihak, menurut Rosella.

Litha tidak pernah memilih untuk dibenci, karena sepantasnya Kalandra menjadi suaminya. Rosella dan anggota keluarganya lah yang memilih untuk membenci Litha.

“Apa yang dikatakan Litha persis seperti apa yang ada di pikiranku.” Kalandra menimpali ucapan Rosella.

Lelaki berwajah bersih dengan bibir penuh itu menampilkan senyum teramat tipis. Kalandra sudah berdiri di sebelah Litha, melingkarkan lengan kanan ke pinggang istrinya. Saat berdiri berdampingan mereka terlihat serasi dan memunculkan aura pasangan harmonis.

“Kalandra....” Litha mendongak untuk melihat wajah Kalandra. Ia tahu Kalandra sedang membantunya.

“Kamu yakin tidak akan menceraikan dia, Kalandra?”

“Usia pernikahan kami menginjak satu tahun, tapi Mama sudah berpikir terlalu jauh. Kami tidak akan berpisah.”

****

Begitu acara tersebut usai, Litha dan keluarga kecilnya meninggalkan kediaman utama keluarga Kalandra. Sejak menikah tahun lalu, Kalandra membeli rumah untuk mereka tinggali bertiga. Dengan begitu Litha tidak perlu mendengarkan kebencian ibu mertuanya setiap hari.

Ia sesekali mencuri pandang pada Kalandra yang tengah mengemudi. Membuka bibirnya seperti hendak mengatakan sesuatu, tapi ia tak kunjung bersuara.

“Makasih karena kamu sudah membelaku tadi,” kata Litha yang akhirnya menyampaikan rasa terima kasih.

“Aku mengatakan yang sejujurnya pada Mama dan pada semua orang. Kamu pikir aku bercanda?”

“Jadi, kamu sungguh-sungguh?” tanya Litha memastikan. Ia pikir Kalandra menikahinya hanya karena rasa tanggung jawab, apakah lebih dari itu?

Namun, Litha enggan terlalu berharap.

“Selama satu tahun ini aku belum bisa meyakinkan Mama untuk menerima kamu. Tapi, aku berjanji sama kamu, aku akan bujuk Mama supaya menerima kamu.”

“Kamu tidak perlu melakukannya. Lagi pula, akan sia-sia.”

Litha menoleh ke belakang, mendapati Gemini masih tertidur pulas. Ia pikir Gemini akan terbangun karena percakapan mereka.

Kemudian pandangan Litha beralih pada suaminya yang masih menatap lurus ke depan. ‘Apa sih yang dia pikirkan. Dia ini terlalu polos. Rosella sangat kekeuh pada pendapatnya tentangku.’

Kalandra memarkirkan mobil ketika sampai kediaman. Rumah dua lantai itu sangat besar dan luas untuk ditinggali oleh keluarga tiga orang.

Pria itu mendorong pintu mobil, keluar dari mobilnya untuk membantu menggendong Gemini yang masih lelap.

“Tenang saja, aku tidak akan mengecewakanmu.”

Langkah keduanya terhenti tak jauh dari ruang tamu. Dikarenakan manik mereka menemukan sosok wanita anggun tengah menyesap cangkir kopi.

Bagi Kalandra, sosok wanita itu sudah tak asing. Namun, Litha perlu mengingat-ingat siapa kiranya wanita itu.

“Kamu sebaiknya ikut aku ke kamar Gemini,” pinta Kalandra.

“Kenapa? Di rumah ada tamu. Sebaiknya aku sapa dia.”

“Tidak perlu.” Suara Kalandra terdengar pelan dan dingin, membuat Litha mengurungkan niat untuk menyapa wanita itu.

“Kalau begitu, biar aku yang gendong Gemini ke atas.”

Kalandra menghiraukan Litha, ia berjalan beberapa langkah mendekati ruang tamu dan berkata pada tamu tersebut, “Tunggu di sini sebentar.”

Wanita itu nampak ingin berucap, tapi urung karena langkah Kalandra yang semakin cepat sudah menghilang dari pandangannya. Kemudian tatapan wanita itu jatuh pada Litha, tapi tak lama perempuan itu menoleh ke arah lain seolah mengabaikan kehadiran Litha.

Merasa dirinya diabaikan, ia pun melenggang naik mengikuti Kalandra yang mungkin sudah berada di kamar Gemini. ‘Aku tuan rumah ini, tapi diabaikan oleh tamu—yang tidak kukenal.’

Ia bersandar pada dinding di depan kamar Gemini, karena pikirannya terusik oleh kedatangan tamu tak terduga. Sesekali Litha menarik napas gusar sembari menunggu Kalandra.

Ketika mendengar suara pintu yang dibuka dan ditutup kembali, ia menegakkan badan. Senyum terpukau sempat terlukis di wajahnya ketika melihat sosok Kalandra berdiri tegap di depan pintu kamar Gemini.

Sudah beberapa hari sosok tinggi mempesona Kalandra membuatnya tak tenang karena selalu hadir dalam pikirannya. Ia menekan perasaan yang mulai tumbuh lantaran takut rasa itu akan membuatnya tenggelam.

“Kamu menungguku?”

“Aku ingin tahu siapa wanita itu?”

“Dia Indira,” sahut Kalandra.

Indira?

Nama ini mengingatkan Litha pada seseorang yang menangis patah hati karena tunangannya menikah dengan wanita lain.

“Jadi, wanita itu mantan tunangan kamu.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suami Mempesona Ternyata Mencintaiku    50. Tamat: Hadiah dan permohonan

    Seusai makan siang, Arvin dan Devita memilih pergi ke aquarium sebagai destinasi libur akhir pekan. Tak terasa sudah beberapa bulan ini mereka berkirim pesan singkat, dan kadang-kadang makan malam dan pergi ke tempat-tempat romantis. Layaknya pasangan kekasih pada umumnya.Namun, yang berbeda adalah status mereka masih tetap teman. Devita selalu menganggap jalan-jalan bersama Arvin adalah hal yang istimewa. Hal tersebut mengusik pikiran Devita sepanjang waktu.Apa yang telah dia lakukan selama beberapa bulan ini?Apakah Arvin memang hanya menganggapnya sebagai teman?Pria itu tak pernah mengutarakan perasaannya.“Pak Arvin, aku agak lelah. Aku mau pulang duluan.” Devita menarik langkah meninggalkan Arvin, yang saat itu sedang mengambil foto sebuah karang.Arvin segera menyusul dan mengikuti Devita. Perempuan itu berkata sedang lelah, tetapi masih kuat jalan kaki. Arvin pun mengira bahwa ia mungkin melakukan sesuatu yang tak disukai Devita.“Dev, mau saya pesankan taksi?”Sejak tadi Dev

  • Suami Mempesona Ternyata Mencintaiku    49. Membenahi hubungan

    Seharian penuh Rosella tinggal di rumah Kalandra. Dan sekarang dia ditemani oleh Kinasih. Sementara Gemini dan Kirana dijaga oleh Mbak Tina di kediaman utama. Sepulang kerja, Genta yang akan mengantar Gemini pulang nanti.Sebenarnya Kinasih agak enggan menemani Rosella, mengingat dia melontarkan kekesalan pada ibu mertuanya itu.“Semalam aku sangat emosional, Ma. Jangan menaruh kebencian Mama sama aku, ya?” Kinasih menggigit bibirnya ke dalam seraya memindai raut muka Rosella. Meskipun Kinasih kerap mencebik Litha, sebetulnya hati Kinasih cukup rapuh bila ditekan amarah Rosella.“Hm, jangan ulangi lagi.” Rosella seperti tak mempermasalahkan karena sebetulnya, dia belum ada tenaga berurusan dengan Kinasih.Kinasih mengembuskan napas lega. “Apa Litha beneran bakal pulang, Ma? Kenapa sampai sekarang dia belum pulang juga?”“Jangan cerewet. Mending kamu pijat kepala Mama.”“Oke, Ma.” Kinasih dengan segera mengambil posisi berdiri di belakang Rosella. Jari-jarinya menari di pelipis Rosella

  • Suami Mempesona Ternyata Mencintaiku    48. Kesepakatan

    Pagi-pagi sekali Kalandra bersiap berangkat ke rumah orang tua Litha. Dia bahkan melewatkan sarapan agar segera bisa bertemu istri dan anaknya. Padahal mereka hanya berpisah satu malam.“Aku berangkat, Ma.”“Mama tunggu kalian pulang.”Kalandra tiba-tiba saja menghentikan langkah karena menebak isi pikiran sang ibu. “Ma, aku sarankan Mama pulang saja kalau Mama menunggu Litha hanya untuk memarahi dia. Aku tak akan membiarkan Mama berkata kasar lagi di depan Litha.”Rosella berdecak serta mendelik tajam. Apa hanya itu yang mampu Kalandra pikirkan tentang dirinya. “Pokoknya kamu bawa saja dia pulang.”Kalandra tak berucap lagi dan segera melangkah menuju mobil. Dewa menunggu dengan mobil yang sudah siap berangkat.“Tunggu aku. Aku dalam perjalanan.” Begitulah isi pesan obrolan yang dikirim Kalandra pada Litha. Lelaki itu berlama-lama menatap layar ponsel—menunggu balasan dari Litha—yang tak kunjung muncul di layarnya.“Berapa menit lagi kita sampai?”“Sekitar 50 menit lagi, Pak.”“Lama

  • Suami Mempesona Ternyata Mencintaiku    47. Pembicaraan serius

    “Jer, tolong temani Gemini sebentar. Aku mau bicara sama Papa,” ucap Litha pada Jeremy. Mata dalam Litha menunjukkan kilatan keseriusan.Wajah Jeremy biasanya dihiasi keceriaan melihat sang kakak dan keponakan kecil yang lucu. Namun, melihat wajah serius dan guratan kegelisahan di wajah Litha, Hati Jeremy merasa ditusuk. Pria itu tahu kedatangan Litha pasti karena perusahaan Kalandra yang sedang dalam masalah.“Kakak ke atas aja. Gemini aman sama aku.” Jeremy dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya kala menoleh pada Gemini. “Gemini suka main apa? Kasih tahu Om, dong.”“Gemini suka main puzzle sama bersepeda.”“Kebetulan Om punya puzzle.”“Oh ya? Gemini mau main puzzle, Om.”“Om suruh Bibi bawain ke ruang keluarga.”Sementara itu, Litha membawa langkahnya menapaki anak tangga ke lantai dua. Ia sudah menyangka kalau sang ibu pasti sudah menunggu dan ingin mendahului berbicara dengannya.Elvira menarik Litha ke suatu sudut. “Apa yang ingin kamu katakan pada Papamu? Kamu bisa bicarakan du

  • Suami Mempesona Ternyata Mencintaiku    46. Pergi dari rumah

    “Bukannya Pak Kalandra adalah menantu beliau?”“Iya, itu memang benar.”“Tapi, kenapa mereka bertindak begini?”“Belum ada kepastian apakah Mahardhika Cita Multiusaha Group yang ada di belakang semua ini.”“Pagi ini mereka datang mengusulkan akusisi. Masih bilang tidak ada hubungannya dengan mereka? Hmph!”Setelah berdebat sejak siang hari, mereka menunggu Kalandra membuat keputusan. Setelah berdiskusi dan berpikir matang-matang Kalandra berkata, “Perusahaan ini akan berjalan dengan semestinya. Kita akan mendapatkan investor baru. Dan saya menyerahkan tugas ini pada Arvin.”“Saya tidak akan mengecewakan Bapak.”“Kita harus secepatnya mendapatkan investor Pak. Kalau tidak, produksi film kita akan terhenti.”Semua orang di ruang rapat tampak cemas memikirkan nasib perusahaan. Diskusi kembali berlanjut soal bagaimana mereka akan mendapatkan calon investor bagi perusahaan.Rapat itu usai mendekati waktu makan malam. Kalandra langsung pergi ke ruangannya, bahkan melewatkan makan malam. Ia

  • Suami Mempesona Ternyata Mencintaiku    45. Relung hampa

    “Kamu sudah selesai bekerja? Aku sengaja ingin mengantarmu pulang.”Wanita itu seolah merasakan getaran yang membuat tubuhnya terpaku. Namun, perlahan dia memutar wajahnya untuk melihat pria tak asing itu begitu dekat. Dia bahkan bisa merasakan embusan napas pria itu seakan meraba wajahnya.“Kamu demam? Wajahmu kelihatan agak merah.” Tanpa diduga Hedy menggenggam wajah Indira dengan kedua telapak tangan besarnya. “Sedikit hangat.”“Lepaskan,” perintah Indira lalu buru-buru menjauhkan diri. Hati Indira belum siap untuk menerima seseorang. Dia takut akan dikecewakan lagi. Dan lagi pula, Hedy memiliki penggemar wanita yang lebih banyak dari Kalandra. Ada berapa banyak perempuan yang ingin menjadi kekasih Hedy?Indira tak mau berharap meski untuk sedetik saja. Meski begitu Indira tak bisa menghindari pria itu karena Hedy akan selalu datang ke lokasi syuting atau menyuruh Indira datang ke apartemen—mencicipi masakan Hedy.Ini membuatnya seakan bisa gila.“Bereskan barangmu. Aku antar pulang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status