Share

Suami Mempesona Ternyata Mencintaiku
Suami Mempesona Ternyata Mencintaiku
Penulis: Apple Leaf

1. Ayah dari putriku

“Gemini bantu, ya, Ma!” Gadis kecil itu berseru kala melihat ibunya mengeluarkan beras seberat 10kg dari bagasi mobil. Mereka baru saja kembali dari toko kelontong.

“Ini tidak berat, kok, Gem,” sahut Litha dengan senyum terukir di wajahnya. Gem merupakan nama panggilan Gemini yang berarti permata.

“Gemini mau bantu,” katanya lagi meletakkan tangannya pada ujung karung beras yang dibawa Litha.

Keduanya berhenti di depan pintu, kemudian Litha merogoh kunci di dalam tasnya. Perlahan wanita itu memutar kunci, membuka pintu tersebut dan mendorongnya.

“Makasih bantuannya, ya, Sayang. Mama bisa bawa berasnya ke dapur. Kamu tunggu di sofa, nanti Mama bikinin susu.” Litha kembali mengangkat beras setelah mendapatkan anggukan dari Gemini. Gadis kecil itu menutup pintu di belakang Litha. Namun, tak lama kemudian, gadis itu mendatanginya ke dapur.

“Andai ada Papa, pasti Mama tidak perlu repot-repot bawa beras ke dapur,” oceh Gemini dengan suara manisnya ketika sampai di dapur.

Punggung Litha menegang seketika. Gadis ini lagi-lagi menyerukan topik yang sama setiap kali melihat Litha melakukan pekerjaan rumah sendirian.

“Mama sudah bahagia hanya dengan kamu di sisi Mama.” Litha membuka laci, mengambil kotak susu lalu mencomot gelas dari tempatnya.

“Jadi, apa Papa bahagia tidak tinggal sama kita, Ma?”

Pertanyaan ini membuat Litha berpikir keras memikirkan jawabannya. Ya, tentu saja pria itu sedang menjalani kehidupan bahagia bersama tunangannya. Bagaimana mungkin Litha mengatakan hal itu kepada putrinya. Salah Litha sendiri karena mengatakan ayah Gemini masih hidup. Harusnya dia bilang saja bahwa pria itu sudah di alam baka.

Litha tersenyum kikuk, berjalan ke ruang tengah membawa susu dan biskuit. Gemini mengekor di belakang ibunya. Bukan susu dan biskuit yang diinginkan Gemini, melainkan bertemu dengan ayahnya.

“Nah, Mama mau masak dulu buat makan malam kita. Gemini mau lauk apa?”

“Gemini maunya nasi goreng sama telur mata sapi. Kuning telurnya harus tetap bulat, ya, Ma.” Jika kuning telur itu sampai melebar saat dimasak, Gemini tidak akan mau memakannya lagi.

“Oke, sesuai pesanan.”

“Ma, sebentar lagi Gemini masuk TK. Di hari pertama nanti, Gemini pengen diantar sama Mama dan Papa. Kapan Gemini bisa ketemu Papa?” Bola mata Gemini berkaca-kaca. Gadis itu kemudian menunduk, membuat Litha terenyuh.

Dia ingat pendaftarannya tinggal sebulan lagi. “Kita minta ditemani Om Jeremy—”

“Tidak mau,” sela Gemini. “Om Jeremy Adik Mama. Dia bukan Papa aku. Lagian Kakek tidak mungkin mengizinkan Om Jeremy ketemu Mama.”

Anak ini rupanya mempunyai ingatan yang kuat. Bahkan, Gemini ingat kalau Litha sudah tidak dianggap sebagai anggota keluarga Guntur Mahardika Prasetya lagi. Ayahnya juga tidak mengizinkan keluarganya menemui Litha.

“Begini saja, Mama akan coba hubungi Papa kamu. Tapi, apa pun jawabannya, kamu tidak boleh sedih.”

“Iya, Ma. Asal Gemini dengar sendiri jawabannya dari Papa.” Gadis itu tersenyum penuh harap.

☘️☘️☘️

Jantung Litha meletup-letup lantaran rasa cemas menggerogotinya. Dia sudah berpikir dengan penuh pertimbangan sebelum menghubungi pria itu tadi malam. Pria yang hadir satu malam dalam hidupnya. Pria yang juga tidak ingin dia temui lagi.

Namun, ada keinginan kuat dalam dirinya untuk merampas kebahagiaan lelaki itu. “Mengapa aku harus membiarkannya menikahi wanita yang dia cintai? Dia harus menderita karena dicampakkan.” Litha tersenyum pahit.

Saat ini dia tengah menunggu lelaki itu di sebuah kafe. Litha datang lebih awal dan saking gugupnya, ia sudah menghabiskan dua cangkir kopi.

Kedatangan lelaki dengan setelan abu-abu mengambil alih fokus Litha. Sosoknya tak pernah dia lupakan sejak hari itu. Wajah Litha berubah datar ketika melambaikan tangan pada lelaki itu.

Kalandra mengerutkan kening begitu ingatan tentang Litha singgah dalam pikirannya. “Kamu ....”

“Ya, ini aku, Litha.”

Kalandra mengembuskan napas gusar, tetapi tetap duduk berseberangan dengan Litha. “Ada perlu apa mengajakku bertemu? Oh, sekarang kamu membutuhkan uang?” Tebak Kalandra dengan ekspresi datar. Beberapa tahun lalu, Litha meminta nomor kontak Kalandra, juga memperingatkannya agar tidak mengganti nomor tersebut.

Litha menarik tangannya ke bawah meja. Mengepalkan tinju kuat-kuat sembari mengamati wajah tampan pria di depannya. “Uang? Kamu bisa donasikan uangmu kalau kelebihan. Ada hal serius yang ingin aku katakan, Kalandra. Kuharap kamu siap mendengarnya.”

“Oh, ya? Coba katakan.”

“Kuharap kamu mau menemui Gemini untuk sekali saja,” tegas Litha.

“Siapa Gemini?”

“Anak kita.”

Untuk beberapa saat Kalandra seperti dihantam sesuatu sehingga kepalanya terasa berdenging. Ia sampai tak bisa berkata-kata.

“Anak? Kamu sedang menjebakku, Litha? Bagaimana mungkin ada anak....”

Litha menggeleng pelan dengan wajah yang masih terlihat serius. Litha tahu dengan jelas bahwa pria ini tidak akan mempercayai ucapannya.

“Ikut aku. Gemini sedang menunggu kita.”

☘️☘️☘️

Litha mengajak Kalandra ke sebuah pusat permainan dan hiburan—di mana Gemini saat ini berada bersama pengasuhnya.

Kalandra mau tak mau mengikuti Litha. Dia juga penasaran bagaimana wanita ini akan membuatnya percaya bahwa dia memiliki seorang anak.

“Gemini!” Litha berseru, melambaikan tangan pada Gemini.

Mendengar suara ibunya, gadis kecil itu menoleh sembari balas melambaikan tangan. Kedua netra gadis itu menangkap kehadiran seorang pria gagah dan tampan di sebelah ibunya. Ia pun berlari ke arah mereka.

“Papa!” seru Gemini lalu merengkuh paha Kalandra. Padahal Litha belum mengatakan siapa lelaki itu. Gemini mendongak untuk melirik Kalandra lalu berpaling pada ibunya. “Ini Papaku, ‘kan, Ma? Aku benar, ‘kan?”

Litha berjongkok di samping Gemini. “Iya, Sayang, tebakan kamu benar. Dan Papa juga bilang kalau dia akan mengantar kamu di hari pertama sekolah.”

“Yeah! Akhirnya aku ditemani Papa sama Mama.”

Kalandra amat terkejut. Kapan dia mengatakan itu? Jelas-jelas Litha sedang berbohong pada anaknya sendiri. Kalandra dengan lembut mendorong Gemini lalu berjongkok untuk mengamati gadis itu. Dia tidak mau percaya! Dia tidak percaya kalau Gemini adalah putrinya. Litha pasti berbohong.

“Papa kenapa diam saja, Ma?”

“Papa kamu kaget karena ternyata putrinya sangat cantik.”

Gemini tersenyum malu-malu. Kemudian gadis itu melingkarkan lengannya di leher Kalandra. “Papa beneran Papanya Gemini, ‘kan?”

☘️☘️☘️

“Kamu mau aku percaya begitu saja?” Kalandra membentak setelah mereka hanya berdua di ruang tunggu pusat permainan tersebut.

“Ini salahku karena tidak memberitahu lebih awal. Gemini hanya ingin tahu siapa ayahnya dan bertemu sesekali itu sudah cukup,” balas Litha.

“Sudah kuduga kamu menjebakku.” Kalandra mendaratkan tatapan dingin.

Litha menghela napas pelan sebelum berucap, “Aku tidak punya niat untuk menjebakmu. Aku menjadi ibu tunggal sejak melahirkan Gemini. Dia semakin besar dan bulan depan dia masuk TK. Kamu dengar sendiri, dia ingin diantar Mama dan Papanya.”

Ia mempelajari ekspresi Kalandra yang terlihat panik, tapi laki-laki itu berusaha keras untuk menahan ekspresinya.

“Litha, aku tidak yakin Gemini adalah anakku. Aku akan melakukan tes DNA.”

“Baik, lakukan saja.” Hati Litha seperti ditusuk jarum es begitu Kalandra tidak mau mempercayai kenyataan.

Hari itu juga mereka melakukan tes DNA di rumah sakit ternama. Hasil tes memerlukan waktu beberapa hari untuk sampai di tangan Kalandra.

Dia membaca kertas itu dengan saksama. Tidak ada rekayasa karena Kalandra yang menentukan rumah sakit tempat mereka melakukan tes DNA. Dia memasukkan lagi hasil tes tersebut ke dalam amplop. Pikirannya langsung kacau. Di satu sisi dia memiliki seorang putri dari wanita yang hanya ia temui sekali. Satu sisi lainnya, ada tunangannya yang siap dia nikahi.

Setelah berpikir matang-matang, Kalandra akhirnya bertamu ke rumah Litha. Dia harus menyelesaikan masalah ini secepatnya.

“Karena kamu sendiri yang membongkar rahasia ini, maka kamu jelas sudah tahu risikonya, ‘kan?”

“Risiko apa yang kamu maksud?” Seketika bahu Litha bergetar.

“Aku menginginkan hak asuh Gemini atau ...,” kata Kalandra yang terdiam sejenak.

“Hah? Hak asuh Gemini?” Litha membola tak percaya. “Saat kamu tahu memiliki seorang putri, kamu begitu saja ingin memisahkan kami? Kamu tidak tahu diri, Kalandra!”

Litha bangkit dari duduknya, sedikit mendongakkan wajah karena pelupuknya basah saat ini.

“Aku belum selesai bicara, Litha. Untuk menyelesaikan masalah ini, hanya ada satu pilihan,” sahut Kalandra. Dia bangkit dari sofa, netranya menatap dengan keseriusan. “Aku ingin menikahimu.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status