Share

3. Mantan Tunangan Bertamu

Author: Apple Leaf
last update Last Updated: 2023-05-08 12:52:44

Indira merapikan gaun branded yang dikenakannya begitu melihat Kalandra memasuki ruang tamu.

Raut muka Kalandra nampak tenang. Pandangannya memang tertuju pada wanita di seberangnya, tapi entah kenapa pikirannya tersangkut pada Litha.

“Alan, maaf aku datang ke sini tanpa mengabari,” kata Indira membuka percakapan. “Aku memaki kamu di depan banyak orang waktu itu. Aku minta maaf,” suaranya terdengar serak dan tulus.

Meski hubungan mereka sudah pupus satu tahun lalu, tapi kebiasaan Indira memanggil ‘Alan’ tak dapat wanita itu ubah.

“Aku paham. Kalaupun kamu tidak minta maaf, aku tidak menyalahkan kamu. Aku berada di posisi yang sulit waktu itu, dan semua itu memang salahku,” Kalandra menahan ucapannya sejenak. “Tapi kurasa keputusanku sudah benar.”

Mata Indira membelalak. Keputusan yang dimaksud Kalandra adalah memilih Litha dan Gemini. Cairan hangat tumpah dari pelupuk Indira dan debar jantungnya semakin kencang karena amarah yang dia pendam mulai berkobar.

“Kamu tidak menyesal menyakiti aku dan membuangku?” lirih Indira.

Kalandra tengah mengolah kata yang tepat. Lama tidak berucap membuat suasana ruang tamu mewah itu menjadi hening.

“Hatiku juga terluka karena menyakiti kamu. Tapi, bagaimanapun juga aku harus memilih putriku. Gemini membutuhkan figur seorang ayah dan aku juga harus bertanggungjawab pada ibu putriku.” Akhirnya Kalandra berucap.

Indira mengangkat wajah sehingga Kalandra bisa melihat bola matanya yang berkaca-kaca berusaha menahan air mata agar tidak kembali tumpah. “Alan, aku bersedia menjadi ibu tiri Gemini. Tapi... tapi kamu hanya boleh memiliki aku sebagai istri.”

Kalandra mengernyit dalam. “Indira, sepertinya kamu sudah salah paham—”

“Aku sangat mengerti, Alan. Kamu tidak mungkin meninggalkan putrimu, tapi kamu bisa menceraikan perempuan itu dan memberikan kompensasi. Setelah itu kita bisa menikah. Iya, ‘kan?”

Gagasan yang dipikirkan Indira selama beberapa waktu akhirnya dapat disampaikan pada Kalandra. Wanita itu penuh harap mendengar tanggapan positif Kalandra.

Justru yang didapat wanita itu adalah sorot mata dingin Kalandra.

“Aku dan Litha tidak akan berpisah dan aku tidak bisa menikahimu. Rumah tanggaku dengan Litha memang tidak sempurna, tapi kami menghargai setiap waktu bersama. Dan aku mulai terbiasa.”

Kalandra mengatakan kejujuran pada Indira, tapi di telinga Indira terdengar seperti kebohongan besar. Dikarenakan Indira masih percaya akan cinta Kalandra terhadapnya.

Indira menggeleng berkali-kali. Di sini dialah yang dikhianati dan merasa paling menderita. Tunangannya direbut dan harusnya Litha sebagai pelakor yang mendapatkan karma.

“Kurasa lebih baik kalau kamu tetap bersikap seperti sebelumnya, mengabaikan aku atau—”

“Apa yang kamu tahu?!” Indira memotong ucapan Kalandra. Suaranya cukup keras sampai para pelayan pun mendengar. Kemarahan Indira menguar dan dia berdiri seraya berkata,“Kamu bilang paham. Paham betapa sakitnya hati aku? Aku datang ke sini berniat baik memulai hubungan kita kembali. Tapi kamu malah menyuruhku untuk mengabaikan kamu.”

Wajah cantik perempuan itu sudah basah oleh air mata. “Kamu sudah berubah, Alan ... tapi aku ....” Suaranya tercekat. Indira menundukkan wajah dan bahunya terlihat bergetar. Dia berharap Kalandra menariknya ke pelukan dan menghiburnya, tapi itu tidak terjadi.

****

Gemini terjaga beberapa saat lalu. Anak itu terbangun karena mendengar suara keras di lantai bawah. Ditatapnya Litha yang tengah tersenyum sembari mengusap rambutnya.

“Mama kenapa di bawah ribut-ribut?”

“Mungkin para asisten rumah sedang membahas sesuatu sampai mereka berteriak,” kata Litha terpaksa berbohong.

Gemini meloloskan diri dari ranjang, kaki kecilnya dengan cepat berjalan menuju pintu. “Aku mau ke bawah.”

“Sayang, kamu mau apa? Biar Mama yang ambilkan.” Wajah Litha penuh kecemasan, mencegah Gemini di balik pintu yang masih tertutup, agar Gemini tidak bertemu Indira.

“Pasti Mama menyembunyikan sesuatu dari Gemini. Pokoknya aku mau ke bawah. Aku mau cari Papa.” Meski Gemini bersikeras, tetapi tangan kecilnya belum mampu meraih gagang pintu karena dihalangi oleh Litha.

“Tidak ada apa pun yang Mama sembunyikan dari kamu. Kalau mau cari Papa, kamu bisa ke kamar Mama.”

“Ya sudah, aku ke kamar kalian cari Papa.”

Dengan terpaksa Litha membuka pintu dan tanpa peringatan, Gemini menerobos keluar berlari dengan kaki kecilnya menuju tangga. Rupanya Litha telah dibohongi oleh putri kecilnya itu.

“Gemini jangan lari! Lantainya licin, Sayang.” Gegas ia pun mengejar Gemini dengan langkah lebar.

Sampai di atas tangga, Gemini perlahan menuruni anak tangga. Si kecil itu hanya menampilkan senyum polos ketika Litha berhasil menyamakan langkah. Ia menarik napas dalam karena cemas.

“Kamu bikin Mama jantungan tahu. Jangan lari-lari lagi, oke? Janji sama mama.”

“Iya. Iya, Gemini janji.”

“Katanya mau cari Papa? Kita cari ke kamar.”

“Papa ada di lantai bawah. Jangan halang-halangi Gemini, Ma,” sahut Gemini sembari menarik tangan ibunya.

Litha sudah berusaha menghentikan Gemini, tetapi anak itu keras kepala. Kalau dihalangi lagi, dia mungkin akan menangis keras.

Keduanya tiba di lantai bawah. Manik coklat gelap Gemini mengamati ruang tamu, melihat dua orang tengah duduk berhadapan. “Itu Papa.” Ia melangkah cepat menuju ruang tamu.

Kalandra terkejut oleh kedatangan bidadari kecil itu yang memanggilnya, “Papa!”

“Lho, kamu sudah bangun. Kenapa tidak lanjut tidur siang?” tanya Kalandra, mengalihkan fokusnya pada Gemini.

Sebelum menjawab ayahnya, Gemini memperhatikan perempuan yang menutupi wajahnya dengan telapak tangan karena sedang menangis. “Aku dengar suara keras tadi, terus aku kebangun, deh. Papa siapa perempuan yang menangis itu?”

Kalandra merasa bingung bagaimana caranya memperkenalkan Indira pada Gemini. Ia membantu Gemini duduk di sebelahnya bersamaan dengan Litha yang menempatkan diri di sebelah kanan Kalandra.

“Itu Tante Indira. Dia sedang ada masalah. Apa Gemini bisa balik ke kamar?”

Gemini menggeleng dan semakin lengket memeluk lengan Kalandra.

Tangisan Indira terhenti setelah mendengar kehangatan dalam nada Kalandra. Indira menatap sengit pada Gemini dan kemudian beralih menatap Litha.

Litha hanya membalas dengan tatapan datar. ‘Rupanya dia ke sini untuk merengek minta balikan sama Kalandra,’ batin Litha menyimpulkan keadaan saat ini.

“Anak sama ibu kelakuannya sama saja,” celetuk Indira yang sesudahnya menyapu air mata di wajahnya.

“Apa maksud kamu?” sergah Litha.

Bahkan, Kalandra pun merasa geram karena Indira berbicara kasar di depan putrinya. “Minta maaf sama Litha dan Gemini!” Itu bukan lagi permintaan, melainkan titah.

Punggung Indira sempat membeku sebelum dia bangkit sambil meraih shoulder bag-nya dengan kasar. Dia menancapkan kuku indahnya pada telapak tangannya, mengabaikan ucapan Kalandra. Wanita itu kemudian melenggang pergi, tanpa kata.

Litha merasa marah, mengambil langkah cepat untuk menyusul wanita itu.

“Berhenti,” ujar Litha ketika mereka sudah berada di halaman depan.

Indira membalik badan, langsung melontarkan kata-kata kasar, “Perempuan jalang seperti kamu tidak pantas hidup bahagia!”

Litha tersenyum datar seraya mengamati baik-baik wajah perempuan di depannya itu. “Buktinya aku bahagia. Artinya aku pantas mendapatkan kebahagiaan ini. Kalau kamu juga ingin bahagia, lupakan Kalandra. Kamu bisa membangun kembali bersama pria yang lebih pantas kamu dapatkan. Di kehidupan ini, Kalandra tidak bisa menjadi bagian hidupmu.” Litha benar-benar berucap seperti seorang antagonis.

“Dan jangan pernah berkata seperti itu lagi di depan Gemini. Ini bukan permintaan, tapi peringatan,” tegas Litha.

Bukan berarti ia jahat karena mengabaikan kepedihan Indira. Ia hanya seorang wanita egois yang memikirkan kebahagiaan putrinya.

“Dasar pelakor murahan!” Indira membentak lantang di depan wajah Litha, setelahnya menggertakkan gigi.

“Mengamuk saja di rumahmu. Pulang sana, calon pelakor murahan.” Litha geram karena orang-orang selalu menyebutnya sebagai pelakor. Menatap sengit pada dirinya. Melemparkan kata-kata yang menyakitkan. Litha sudah bertekad akan menjaga apa pun yang sudah dia dapatkan.

“Argh! Litha Lathaya,” Indira mendesis. “Beraninya kamu ngatain aku pelakor. Dari awal kamu memang tidak punya rasa malu, ya. Aku dengar satu pun di keluarga Kalandra tidak ada yang menyukai ataupun mendukung kamu. Itu yang kamu sebut kebahagiaan?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Mempesona Ternyata Mencintaiku    50. Tamat: Hadiah dan permohonan

    Seusai makan siang, Arvin dan Devita memilih pergi ke aquarium sebagai destinasi libur akhir pekan. Tak terasa sudah beberapa bulan ini mereka berkirim pesan singkat, dan kadang-kadang makan malam dan pergi ke tempat-tempat romantis. Layaknya pasangan kekasih pada umumnya.Namun, yang berbeda adalah status mereka masih tetap teman. Devita selalu menganggap jalan-jalan bersama Arvin adalah hal yang istimewa. Hal tersebut mengusik pikiran Devita sepanjang waktu.Apa yang telah dia lakukan selama beberapa bulan ini?Apakah Arvin memang hanya menganggapnya sebagai teman?Pria itu tak pernah mengutarakan perasaannya.“Pak Arvin, aku agak lelah. Aku mau pulang duluan.” Devita menarik langkah meninggalkan Arvin, yang saat itu sedang mengambil foto sebuah karang.Arvin segera menyusul dan mengikuti Devita. Perempuan itu berkata sedang lelah, tetapi masih kuat jalan kaki. Arvin pun mengira bahwa ia mungkin melakukan sesuatu yang tak disukai Devita.“Dev, mau saya pesankan taksi?”Sejak tadi Dev

  • Suami Mempesona Ternyata Mencintaiku    49. Membenahi hubungan

    Seharian penuh Rosella tinggal di rumah Kalandra. Dan sekarang dia ditemani oleh Kinasih. Sementara Gemini dan Kirana dijaga oleh Mbak Tina di kediaman utama. Sepulang kerja, Genta yang akan mengantar Gemini pulang nanti.Sebenarnya Kinasih agak enggan menemani Rosella, mengingat dia melontarkan kekesalan pada ibu mertuanya itu.“Semalam aku sangat emosional, Ma. Jangan menaruh kebencian Mama sama aku, ya?” Kinasih menggigit bibirnya ke dalam seraya memindai raut muka Rosella. Meskipun Kinasih kerap mencebik Litha, sebetulnya hati Kinasih cukup rapuh bila ditekan amarah Rosella.“Hm, jangan ulangi lagi.” Rosella seperti tak mempermasalahkan karena sebetulnya, dia belum ada tenaga berurusan dengan Kinasih.Kinasih mengembuskan napas lega. “Apa Litha beneran bakal pulang, Ma? Kenapa sampai sekarang dia belum pulang juga?”“Jangan cerewet. Mending kamu pijat kepala Mama.”“Oke, Ma.” Kinasih dengan segera mengambil posisi berdiri di belakang Rosella. Jari-jarinya menari di pelipis Rosella

  • Suami Mempesona Ternyata Mencintaiku    48. Kesepakatan

    Pagi-pagi sekali Kalandra bersiap berangkat ke rumah orang tua Litha. Dia bahkan melewatkan sarapan agar segera bisa bertemu istri dan anaknya. Padahal mereka hanya berpisah satu malam.“Aku berangkat, Ma.”“Mama tunggu kalian pulang.”Kalandra tiba-tiba saja menghentikan langkah karena menebak isi pikiran sang ibu. “Ma, aku sarankan Mama pulang saja kalau Mama menunggu Litha hanya untuk memarahi dia. Aku tak akan membiarkan Mama berkata kasar lagi di depan Litha.”Rosella berdecak serta mendelik tajam. Apa hanya itu yang mampu Kalandra pikirkan tentang dirinya. “Pokoknya kamu bawa saja dia pulang.”Kalandra tak berucap lagi dan segera melangkah menuju mobil. Dewa menunggu dengan mobil yang sudah siap berangkat.“Tunggu aku. Aku dalam perjalanan.” Begitulah isi pesan obrolan yang dikirim Kalandra pada Litha. Lelaki itu berlama-lama menatap layar ponsel—menunggu balasan dari Litha—yang tak kunjung muncul di layarnya.“Berapa menit lagi kita sampai?”“Sekitar 50 menit lagi, Pak.”“Lama

  • Suami Mempesona Ternyata Mencintaiku    47. Pembicaraan serius

    “Jer, tolong temani Gemini sebentar. Aku mau bicara sama Papa,” ucap Litha pada Jeremy. Mata dalam Litha menunjukkan kilatan keseriusan.Wajah Jeremy biasanya dihiasi keceriaan melihat sang kakak dan keponakan kecil yang lucu. Namun, melihat wajah serius dan guratan kegelisahan di wajah Litha, Hati Jeremy merasa ditusuk. Pria itu tahu kedatangan Litha pasti karena perusahaan Kalandra yang sedang dalam masalah.“Kakak ke atas aja. Gemini aman sama aku.” Jeremy dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya kala menoleh pada Gemini. “Gemini suka main apa? Kasih tahu Om, dong.”“Gemini suka main puzzle sama bersepeda.”“Kebetulan Om punya puzzle.”“Oh ya? Gemini mau main puzzle, Om.”“Om suruh Bibi bawain ke ruang keluarga.”Sementara itu, Litha membawa langkahnya menapaki anak tangga ke lantai dua. Ia sudah menyangka kalau sang ibu pasti sudah menunggu dan ingin mendahului berbicara dengannya.Elvira menarik Litha ke suatu sudut. “Apa yang ingin kamu katakan pada Papamu? Kamu bisa bicarakan du

  • Suami Mempesona Ternyata Mencintaiku    46. Pergi dari rumah

    “Bukannya Pak Kalandra adalah menantu beliau?”“Iya, itu memang benar.”“Tapi, kenapa mereka bertindak begini?”“Belum ada kepastian apakah Mahardhika Cita Multiusaha Group yang ada di belakang semua ini.”“Pagi ini mereka datang mengusulkan akusisi. Masih bilang tidak ada hubungannya dengan mereka? Hmph!”Setelah berdebat sejak siang hari, mereka menunggu Kalandra membuat keputusan. Setelah berdiskusi dan berpikir matang-matang Kalandra berkata, “Perusahaan ini akan berjalan dengan semestinya. Kita akan mendapatkan investor baru. Dan saya menyerahkan tugas ini pada Arvin.”“Saya tidak akan mengecewakan Bapak.”“Kita harus secepatnya mendapatkan investor Pak. Kalau tidak, produksi film kita akan terhenti.”Semua orang di ruang rapat tampak cemas memikirkan nasib perusahaan. Diskusi kembali berlanjut soal bagaimana mereka akan mendapatkan calon investor bagi perusahaan.Rapat itu usai mendekati waktu makan malam. Kalandra langsung pergi ke ruangannya, bahkan melewatkan makan malam. Ia

  • Suami Mempesona Ternyata Mencintaiku    45. Relung hampa

    “Kamu sudah selesai bekerja? Aku sengaja ingin mengantarmu pulang.”Wanita itu seolah merasakan getaran yang membuat tubuhnya terpaku. Namun, perlahan dia memutar wajahnya untuk melihat pria tak asing itu begitu dekat. Dia bahkan bisa merasakan embusan napas pria itu seakan meraba wajahnya.“Kamu demam? Wajahmu kelihatan agak merah.” Tanpa diduga Hedy menggenggam wajah Indira dengan kedua telapak tangan besarnya. “Sedikit hangat.”“Lepaskan,” perintah Indira lalu buru-buru menjauhkan diri. Hati Indira belum siap untuk menerima seseorang. Dia takut akan dikecewakan lagi. Dan lagi pula, Hedy memiliki penggemar wanita yang lebih banyak dari Kalandra. Ada berapa banyak perempuan yang ingin menjadi kekasih Hedy?Indira tak mau berharap meski untuk sedetik saja. Meski begitu Indira tak bisa menghindari pria itu karena Hedy akan selalu datang ke lokasi syuting atau menyuruh Indira datang ke apartemen—mencicipi masakan Hedy.Ini membuatnya seakan bisa gila.“Bereskan barangmu. Aku antar pulang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status