Home / Romansa / Suami Minta Rujuk, tapi Cintaku Sudah Mati / Bab 32. Lebih Suka Aku atau Dia

Share

Bab 32. Lebih Suka Aku atau Dia

Author: Astraea
last update Last Updated: 2025-08-06 19:59:40

Camila mencari William kemana-mana, tapi pros itu tak ada dimanapun.

Patrick masih di luar, mengantar para tamu dengan senyum yang lebih mirip sebuah grimace. Ia menemani Aaron dan Tessier sampai ke mobil mereka sambil berkata, “Pak Aaron, Pak Tessier, semoga kerja sama kita ke depan makin lancar.”

Aaron menatap wajah Patrick dengan nada geli, melihat bekas luka di wajahnya. “Pak Whitmore, sebaiknya kamu ke dokter dulu. Wajahmu parah begitu," katanya. "Tapi... sepertinya Anda tidak bisa dipanggil dengan nama Whitmore, kan? Itu bukan nama Anda."

Kedua direktur itu naik ke mobil mereka dan pergi.

Patrick kembali ke ruang tamu dengan wajah kelam. Ia berjalan cepat ke arah Melanie. “Melanie, jadi ini rencanamu? Bikin aku malu?!”

Orang yang paling sulit menerima kenyataan itu justru Melanie. Dia masih tidak mengerti kenapa semua berantakan, padahal dia sudah menyiapkan segalanya dengan rapi.

Melanie meraih lengan Patrick. “Sayang, aku bisa jelasin…”

Patrick menepis tangannya kasar,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Suami Minta Rujuk, tapi Cintaku Sudah Mati   Bab 42. Gadis Malam Itu

    "Theo ngasih kamu tas?" William bertanya dari pintu balkon, lalu berjalan masuk ke kamar.Grace menatap pria itu dan bertanya, "Kamu yang bilang ke Theo kalau aku suka tas, ya?"William mengangkat alis. "Memang kamu suka, kan?"Grace tersenyum tipis. "Kamu tuh gak tau apa-apa tentang aku, ya?" katanya, penuh ironi. "Aku nggak suka tas. Aku suka barang yang lebih mahal, kayak kalung berlian. Lain kali, suruh Theo kasih aku itu."Wajah William menegang, membuat suasana mendadak dingin. Tapi dia mengalihkan pembicaraan."Ayah angkatmu ngirimin apa hari ini?" tanyanya kemudian.Sebenarnya Grace sempat ingin cerita soal foto dan Frank, tapi dia berubah pikiran. Dengan nada datar, dia menjawab, "Foto aku waktu kecil, yang dia ambil dulu."William berniat bertanya lagi. "Dia ..."Grace memotong cepat. "Pak Donovan, kamu nggak ada kerjaan lain, ya? Kalau punya waktu luang, mending kamu kumpulin berkas buat kita ajukan ke pengadilan biar cepet cerai. Habis itu, langsung aja nikah sama Camila b

  • Suami Minta Rujuk, tapi Cintaku Sudah Mati   Bab 41. Loyo

    Grace buru-buru memasukkan kembali foto itu ke dalam kotak. "Nenek, ini foto masa kecilku. Jelek banget, nggak usah dilihat," ucapnya sambil tersenyum tipis, tapi di matanya tersimpan sedikit kecemasan.Barbara menarik tangannya, lalu tersenyum lembut. "Memangnya kamu pernah jelek?"Henry, sang pelayan, yang sedari tadi berdiri di sudut ruangan, langsung menimpali, "Itu nggak mungkin, Nyonya."Grace hanya menunduk, menyembunyikan senyumnya di balik cangkir cokelat hangat. Ia menyeruput pelan, berharap bisa mengalihkan perhatian semua orang dari dirinya.Tak lama kemudian, suara salah satu pembantu terdengar dari arah pintu. "Tuan muda."Seketika, Grace mengangkat kepala dan melihat William baru saja masuk.Barbara yang duduk di sofa menoleh, matanya langsung berbinar. "William, kamu sudah pulang?"William melepas jas dan menyerahkannya pada pembantu, lalu berjalan mantap ke ruang tamu.Saat itu juga, Grace menyadari ada sesuatu yang berbeda pada rasa cokelat hangatnya. Ada aroma dan r

  • Suami Minta Rujuk, tapi Cintaku Sudah Mati   Bab 40. Nasihat untuk Mendekati Grace

    Ketika Grace sedang sarapan, William keluar dari kamar dan langsung pergi tanpa banyak bicara. Sebuah senyum kecut tersungging di bibirnya. Ia yakin pria itu terburu-buru karena dipanggil Camila. Tak lama kemudian, deru mesin mobilnya terdengar meninggalkan halaman Silvergate Estate. * * * Di Donovan's group, suasana di lantai atas terasa tenang. William pergi pagi-pagi karena Theo menelepon bahwa ada hal penting yang ingin dia bicarakan. Dan sekarang, di ruang kerja CEO, William duduk santai di kursi kulit hitamnya. Theo menyeruput kopinya lalu bersandar santai di tepi meja kerja. "Aku ke sini mau minta saran sama kamu." William, dengan pena di tangan, memberi catatan cepat di beberapa dokumen. Sebuah senyum tipis menghiasi wajahnya. "Jarang-jarang kamu datang karena butuh bantuan. Ada apa?" Theo mengangkat alis. "Kasih tahu aku... gimana caranya aku bisa deketin Grace?" Tangan William yang memegang pena tiba-tiba terhenti sesaat. "Hubunganku sama Grace sebenarnya udah banya

  • Suami Minta Rujuk, tapi Cintaku Sudah Mati   Bab 39. Daddy? Serius?

    "Ya udah jangan nangis, Ibu di sini."Kata "Ibu" yang keluar dari mulut William membuatnya langsung terdiam sendiri. Ia benar-benar bersyukur tak ada orang lain yang mendengar kejadian konyol itu.Apa dia sebegitu pedulinya sama Grace sampai tak peduli pada citra diri?Seumur hidupnya, William belum pernah melakukan hal seperti itu.Untungnya, Grace tampak tenang setelah mendengar kalimat yang dia ucapkan. Wanita itu menyusup ke dalam pelukannya, kedua tangan mungilnya menggenggam erat tubuh William yang berotot, dan tak lama, ia pun tertidur pulas.William sempat menunduk menatap wajahnya. Gadis itu benar-benar nempel seperti permen karet. Tapi tangisnya sudah reda. Bulu matanya masih basah oleh sisa air mata, berkilau dalam cahaya lampu. Ada sisi polos dan rapuh dalam wajah itu yang entah kenapa... sangat memikat.Senyum geli terbit di bibir William.“Aku bukan mamamu, tahu. Aku ini Daddy-mu. Ayo, Grace... bilang ‘Daddy’.”"Daddy..." Grace bergumam hampir tidak jelas dalam tidurnya

  • Suami Minta Rujuk, tapi Cintaku Sudah Mati   Bab 38. Ia Tak Pernah Datang Kembali

    Sejak istri Frank meninggal, Grace hanya tinggal berdua dengan pria itu.Gadis kecil itu secara perlahan mengambil alih peran sang ibu—mencuci pakaian, menyiapkan makanan, dan menanggung kekerasan Frank setiap hari.Ia menarik rambut Grace, menendangnya, bahkan tak jarang memukulnya dengan sabuk. Hari-hari terasa begitu berat dan menyesakkan saat itu.Seiring waktu berlalu, Grace tumbuh menjadi gadis yang semakin cantik. Di lingkungan pedesaan tempat ia tinggal, kecantikannya justru memancing bencana yang lebih mengerikan.Tatapan Frank makin lama makin jahat. Ia mulai memaksa Grace duduk di pangkuannya, mencium wajah gadis itu dengan napas yang bau alkohol dan keringat. Setiap malam saat mandi, Grace selalu mengunci pintu kamar mandi rapat-rapat. Tapi tetap saja, saat menoleh, ia melihat sepasang mata liar mengintip dari celah pintu—penuh nafsu dan tawa menjijikkan.Itu adalah mimpi buruk yang terus menghantuinya sejak kecil.Pernah suatu malam, Frank membawa dua temannya pulang. Mer

  • Suami Minta Rujuk, tapi Cintaku Sudah Mati   Bab 37. Dalam Bayang-bayang Ayah Angkat

    "Berapa yang kau mau?" tanya William, nada suaranya agak sinis.Frank diam sejenak sebelum menjawab, "Pak Donovan, terserah. Berapapun yang menurut Anda pantas."William menatapnya sebentar. "Lima puluh ribu dolar, cukup?"Lima puluh ribu?Mata Frank langsung berbinar. Ia tak menyangka William akan mengajukan angka sebesar itu begitu mudah."Cukup," jawabnya singkat.William mengeluarkan buku cek, menandatanganinya, lalu menyerahkannya.Saat menghitung nolnya, Frank memastikan jumlah itu benar-benar lima puluh ribu. "Terima kasih, Pak Donovan. Saya permisi."Ia melangkah keluar dengan senyum lebar, menggenggam cek itu erat-erat seolah takut hilang.Begitu pintu tertutup di belakang Frank, ruangan kembali sunyi. William menarik napas panjang, lalu berjalan ke kamar, dan Grace sudah menunggunya di sana.Tatapan Grace tajam. “Frank tadi bilang apa ke kamu?”William mengangkat satu tangan, membuka kancing teratas kemeja hitamnya, memperlihatkan lehernya yang kokoh. Ia tersenyum tipis. “Me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status