Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa

Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-31
Oleh:  AfnasyaBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
3 Peringkat. 3 Ulasan-ulasan
91Bab
601Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Eleanor harus menelan pil pahit saat mendapati adiknya hamil karena ulah sang calon suami. Pernikahan yang diharapkan indah, justru berakhir petaka. Tak ingin Eleanor dicap buruk, William berinisiatif menikahkan Eleanor dengan Darren, pria misterius yang tak pernah menampakkan wajah dan dianggap buruk rupa. Pernikahan kilat tanpa saling kenal terlebih dahulu membawa banyak kejutan tak terduga di hidup Eleanor. Lalu, sanggupkah Eleanor menghadapi semuanya? Akankah Eleanor menemukan kebahagiaan dengan pernikahannya?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Pembatalan Pernikahan

“Aku mau pernikahan ini dibatalkan!”

Suara lantang Eleanor langsung menarik perhatian semua anggota keluarga, pun dengan tamu yang hadir di sebuah gedung resepsi. Ya, hari itu rencananya Eleanor akan menikah dengan Alden, pria yang telah berpacaran dengannya selama lima tahun.

“Jangan bercanda kamu, El. Kamu akan menikah sebentar lagi.” Suara tegas dan berwibawa milik seorang pria paruh baya bernama William itu terdengar memenuhi ruangan.

“Aku tidak bercanda, Kek. Aku serius akan membatalkan pernikahan ini karena ....” Eleanor menarik napas berat sebelum menatap calon suami yang duduk di sampingnya. “Karena Alden telah menghamili Agatha.”

“Elea, a-apa maksud kamu?” tanya Alden tergagap. Wajahnya seketika memucat.

Alden langsung menatap Agatha yang tengah menyunggingkan seringai tipis di sebelah ibunya.

Kakek William yang sedang duduk langsung berdiri dan menatap Eleanor dengan tatapan tidak senang. “Hari ini adalah hari baik, Elea. Bagaimana bisa kamu bercanda dengan membawa topik seperti ini disaat kamu akan menikah sebentar lagi.”

Mendengar itu, Eleanor menyunggingkan senyum miris yang hampir tak kelihatan. Dalam hati, dia juga berharap kalau semua ini memang hanya sebuah lelucon yang akan hilang setelah semua orang tertawa. Namun, kenyataan tak sebaik itu padanya.

Sebab, alih-alih menemukan bunga sebagai kejutan pernikahan, Eleanor malah menemukan sebuah surat berstempel rumah sakit yang menyatakan bahwa Agatha sedang mengandung. Dan saat menanyakan kebenarannya, Agatha dengan bangga menyebut Alden adalah ayah dari bayi yang dikandung.

Hati wanita mana yang tak sakit saat mendengar bahwa sang pacar yang akan menjadi suaminya malah tega berkhianat dengan kakaknya sendiri. Hal itulah yang dirasakan Eleanor. Dunia serasa runtuh karena mimpi yang dibangunnya bersama Alden harus hancur karena mimpi yang dibangun orang lain.

Oleh karena itu, dengan mantap Eleanor mengeluarkan surat itu dari genggaman tangan dan menyerahkannya pada Kakek William.

“Tidak, Kek. Agatha memang sedang hamil Anak Alden dan kandungannya sudah berusia 4 minggu.”

Ekspresi pria paruh baya itu berubah dingin dan kelam. Kakek William langsung melayangkan tatapannya pada Alden.

“Kakek, a-aku ti—“

“Diam!” Kakek William memotong perkataan Alden dan menampar cucunya itu hingga tersungkur ke lantai.

“Alden, kamu tidak apa-apa?”

Agatha buru-buru mendekat dan menyentuh pipi kiri pria itu yang memerah. Tak menyadari kalau tindakannya itu telah membuat ekspresi Kakek William berubah semakin kelam.

“Tidak tahu malu! Berani-beraninya kamu mengkhianati Eleanor dengan naik ke ranjang calon kakak iparmu, bahkan sampai membuatnya hamil. Di mana pikiran kamu, Alden!”

Suara Kakek William menggelegar kencang memenuhi ruangan. Dia menatap cucunya itu dengan penuh amarah. Napasnya tersengal karena menahan amarah yang membuncah. Setelahnya, dia kembali duduk dan mengusap wajah dengan kasar.

“Mau kamu taruh dimana wajah keluarga kita, Alden? Bagaimana dengan pernikahanmu dengan Eleanor?” Pria paruh baya itu kembali melanjutkan ucapannya.

Kali ini, genggaman Kakek William pada tongkat di tangan kanannya itu mengerat dan bergetar penuh amarah.

Melihat itu, Alden menatap ke arah kakeknya dan berkata dengan nada penuh penyesalan. “Maafkan aku, Kek. Mungkin aku mabuk waktu itu. Tapi aku ....”

“Kita tidak mabuk waktu itu, Alden! Kita sama-sama sadar dan mau melakukannya!” Agatha memotong perkataan Alden. Hal itu langsung membuat Alden menatapnya nyalang. Lalu, menyentak tangan Agatha yang masih memegangi pipinya.

“Diam, Agatha! Jangan mengarang kamu!” Alden membentak dengan frustasi. Dia bahkan menjambak rambut karena Agatha makin memperkeruh suasana dengan ucapannya.

“Aku tidak peduli apa alasanmu, Alden!” Kakek William menanggapi. “Harusnya kamu pikirkan dulu konsekuensinya sebelum berani tidur dengan wanita lain! Sekarang nasi sudah menjadi bubur. Apa yang mau kamu lakukan?”

“Aku akan tetap menikahi Eleanor, Kek? Aku sangat mencintainya.”

Eleanor menggigit bibir untuk menahan air mata yang hendak tumpah. Di saat seperti ini, bisa-bisanya Alden masih mengakui mencintainya.

“Tapi aku tidak, Al! Mana mungkin aku menikah dengan orang seperti kamu, yang dengan mudahnya tidur sama wanita lain.”

“Aku mohon, El. A-aku hanya khilaf.” Mata Alden bergerak liar karena mencari alasan agar tetap bisa menikahi Eleanor. Lalu, tatapannya tertuju kepada Agatha yang masih mengumbar senyum sebelum beralih kepada Eleanor. “Bisa saja anak yang ada dalam kandungannya itu bukan anakku.”

“Beraninya kamu bilang begitu, Al! Ini anak kamu! Kita melakukannya karena suka sama suka. Bahkan kamu bilang lebih mencintaiku daripada Eleanor.”

“Diam kamu, Agatha!” Alden kembali menjambak rambut karena frustasi. Dia bingung harus memakai cara apalagi agar Kakek William dan Eleanor mempercayainya. “El, aku mohon jangan batalkan pernikahan ini. Aku dijebak Agatha. A-aku di—“

“Cukup, Alden! Jangan mencari-cari alasan lagi!”

Bersamaan dengan bentakan Kakek William, Alden tak lagi mampu menjawab dan memilih untuk memalingkan muka saat bisik-bisik terdengar menyudutkan dirinya dan Agatha. Dia makin frustasi karena melihat Eleanor mematung di tempat duduk sambil menatapnya kecewa. Mata wanita itu memerah karena berusaha keras menahan air matanya agar tidak tumpah.

Perlahan Kakek William berbalik, menatap Eleanor dengan penuh penyesalan. “Elea, maafkan keluarga Wijaya yang tak bisa mendidik Alden dengan baik, tapi Kakek akan memastikan kalau keluarga Wijaya tidak akan lari dari tanggung jawab.”

Mengerti arti perkataan Kakek William, Eleanor hanya bisa menggelengkan kepalanya sebelum menggenggam tangan pria paruh baya itu erat.

Selama lima tahun menjalin hubungan dengan Alden, Eleanor sanggup mengambil hati Kakek William yang notabene sangat tegas dan berwibawa. Pria paruh baya itu sangat berpengaruh dalam keluarga Wijaya, jadi semua keputusannya adalah mutlak harus dilakukan.

Namun, bisa menjadi lembut dan murah senyum kala bersama Eleanor. Hal yang tak bisa dilakukan semua anggota keluarga Wijaya.

Di kota Malima tempat mereka tinggal, wanita yang gagal menikah biasanya memang akan berkemungkinan besar untuk mengalami diskriminasi dan hinaan. Mereka dianggap membawa pengaruh dan nasib buruk, sehingga biasanya wanita yang gagal menikah akan kesulitan untuk mendapatkan jodoh baru.

Mengingat hal itu, Eleanor pikir Kakek William merasa bersalah karena takut dia tak bisa mendapatkan jodoh di kota Malima. Oleh karena itu, pria paruh baya itu berkata akan memastikan keluarga Wijaya harus bertanggung jawab.

Oleh karena itu hubungan Eleanor dan Kakek William memang sudah seperti kakek dan cucu kandung, sehingga semakin wajar bagi Eleanor untuk mendapat perkataan itu dari Kakek William.

Meski begitu, dia sama sekali tak lagi berniat untuk menikah dengan Alden sehingga dia melepas tangan kakek William untuk bersiap pergi ke ruangan ganti.

“Hari ini biarkan Agatha yang menggantikan aku menikah dengan Alden, Kek.”

Perkataan Eleanor membuat Agatha yang berdiri di belakang Alden menyunggingkan senyum penuh kemenangan dan bersiap mengikuti Agatha untuk pergi bertukar pakaian.

Namun, sebelum keduanya sempat melangkah lebih jauh, Kakek William sudah lebih dulu berkata dengan tegas.

“Tidak akan ada yang menggantikan pernikahanmu hari ini, Elea. Kamu akan tetap menikah, tapi bukan dengan Alden. Melainkan dengan Darren, cucu sulung kakek.”

Eleanor membeku di tempat, sedangkan senyum Agatha mengembang semakin lebar. Andai boleh memilih Eleanor akan kabur saja dari sana. Mana mungkin dia akan menikah dengan orang yang sama sekali tak pernah dilihatnya.

'Oh, Tuhan. Takdir apa yang Engkau berikan ini? Apa yang harus aku lakukan sekarang? Haruskah aku menikahi Darren?'

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Moh dwi Kusbandrio
wah bagus...
2025-05-18 11:24:09
0
user avatar
Moh dwi Kusbandrio
wah novel ini sangat bagus saya suka...
2025-05-18 11:21:32
0
user avatar
Afnasya
karya baru setelah Hiatus selama setahun. semoga suka membacanya. yuk, mampir dan berikan komentar positif.
2025-03-06 23:56:17
0
91 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status