Suami Minta Rujuk, tapi Cintaku Sudah Mati

Suami Minta Rujuk, tapi Cintaku Sudah Mati

last updateHuling Na-update : 2025-08-02
By:  AstraeaIn-update ngayon lang
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Hindi Sapat ang Ratings
24Mga Kabanata
18views
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Tiga tahun William Donovan terbaring koma. Tiga tahun pula Grace Whitmore tak pernah pergi dari sisinya. Ia rela mengorbankan karier, harga diri, bahkan hidupnya—demi lelaki yang dicintainya. Tapi saat William membuka mata, yang ia cari bukan Grace… Melainkan cinta lamanya yang tiba-tiba kembali. Dan Grace? Dia hanyalah pengganti. Pengisi kekosongan. Sosok yang bisa dibuang kapan saja. Tak butuh waktu lama sebelum orang-orang mulai berbisik: "Putri yang asli sudah kembali. Yang palsu bisa angkat kaki." Grace terluka. Namun ketika surat cerai itu sampai pada William, satu kalimat membuatnya terpaku: Alasan perceraian: disfungsi pria. Setelah itu, Grace menghilang. Dan saat William kembali mencarinya, ia tak lagi menemukan wanita lembut yang dulu setia. Ia berhadapan dengan sosok baru—anggun, percaya diri, dan tak lagi bisa dihina. Dengan senyum tenang, Grace hanya bertanya satu hal: "Tuan Donovan, Anda ke sini untuk konsultasi disfungsi pria?"

view more

Kabanata 1

Bab 1. Hadiah Ulang Tahun Terakhir

Hari itu seharusnya menjadi hari istimewa bagi Grace, karena hari ini adalah hari ulang tahun William, suaminya.

Ia sudah menghabiskan sore di dapur untuk menyiapkan makan malam spesial untuk William. Ia tak menginginkan apa pun yang mewah, hanya momen sederhana yang berarti. Meja sudah rapi. Lilin sudah dinyalakan. Aroma rosemary dari daging panggang memenuhi ruangan.

Namun, saat Grace kembali ke ruang tamu, sebuah notifikasi dari ponsel William yang tertinggal di atas sofa menarik perhatiannya.

Ding.

Pesan masuk dari seorang wanita.

“Aku kebentur pas ambil kue... Sakit banget.”

Terlampir sebuah foto.

Bukan wajah, bukan juga tubuh secara utuh. Hanya sepasang kaki yang difoto dari sudut bawah. Stoking putih terlihat sedikit tergulung, memperlihatkan kulit mulus yang sangat muda. Sepatu hitam kecil berujung bulat bertengger rapi di ujung kaki ramping itu, dan rok pendek digulung cukup tinggi, menampilkan paha halus yang tampak menggoda.

Lututnya terlihat memerah, seolah baru saja terbentur keras. Tapi yang membuat napas Grace tercekat bukan lukanya, melainkan kesan yang ditampilkan—terlalu sensual untuk disebut kebetulan.

Usia muda. Kulit bersih. Gaya menggoda yang dicampur dengan kepolosan yang khas. Kombinasi yang, konon katanya, mampu membutakan pria-pria sukses seperti William.

Jari-jemari Grace mencengkeram ponsel itu begitu keras hingga buku-buku jarinya memutih.

Ding.

Satu pesan lagi muncul.

“Tuan Donovan, ketemu yuk di Hotel Celestine malam ini... Aku pengen rayain ulang tahun kamu.”

Ulang tahun William. Dan seseorang jelas sedang menyiapkan kejutan untuknya. Seseorang selain Grace.

Dalam hitungan detik, Grace mengambil tasnya dan melangkah keluar rumah tanpa mematikan kompor. Ia bahkan tidak tahu ke mana harus pergi terlebih dahulu. Tapi langkahnya membawanya ke Hotel Celestine.

Ia tak ingin menebak lagi, ia harus melihat semuanya sendiri.

Siapa gadis ini sebenarnya?

Begitu tiba di depan hotel, Grace baru saja hendak masuk ketika sebuah pemandangan menghentikan langkahnya. Di seberang lobi, berdiri dua sosok yang begitu ia kenal. Patrick dan Melanie Whitmore.

Orangtuanya.

Terkejut, ia segera mendekat.

“Dad? Mom? Ngapain kalian di sini?” tanyanya dengan napas sedikit tercekat.

Patrick dan Melanie saling bertukar pandang. Ada keraguan di mata mereka, juga rasa bersalah yang samar.

“Grace... Adikmu di San Francisco. Dia nginap di sini,” jawab Patrick, nada suaranya terdengar seperti orang yang berusaha menyembunyikan sesuatu.

Adiknya? Camila?

Rasa tidak nyaman menjalari tubuh Grace. Ada sesuatu yang tidak benar. Kepalanya menoleh secara naluriah ke arah jendela besar hotel itu.

Dan waktu seolah berhenti.

Di balik jendela, ia melihat sosok seorang gadis berdiri membelakangi kaca. Rambut panjang bergelombang. Pakaian yang sama persis seperti foto yang barusan ia lihat. Stoking putih. Sepatu hitam. Rok tergulung tinggi.

Camila.

Grace tidak percaya. Suaranya tertelan. Seluruh tubuhnya membeku.

Gadis dalam foto itu adalah adiknya sendiri.

Camila Whitmore. Adiknya termasuk gadis paling cantik di San Francisco, dijuluki Rose of San Francisco karena kecantikannya yang luar biasa. Setiap pesta, setiap perayaan, semua mata selalu tertuju padanya. Kakinya yang jenjang dan sempurna bahkan jadi legenda di kampus dan klub sosial.

Sekarang, kaki yang sama itu digunakan untuk merayu suami orang. Suami kakaknya sendiri.

Grace ingin tertawa, tapi tidak ada humor dalam kenyataan ini. Semuanya begitu menyakitkan dan konyol dalam waktu bersamaan. Ia menarik napas panjang, menoleh perlahan ke arah Patrick dan Melanie, lalu berkata dengan suara yang dingin dan mantap, “Guess I’m the last one to know.”

Patrick menghela napas, lalu tersenyum lemah seperti seseorang yang akhirnya menyerah menghadapi badai. “Grace... William emang nggak pernah cinta sama kamu,” kata sang ayah tanpa iba.

Ibunya menambahkan dengan cepat, suaranya terdengar tenang tapi menyakitkan. “Sayang... kamu tahu nggak, banyak banget wanita di luar sana yang rela mati buat dapetin posisi kamu sekarang. Tapi daripada suamimu direbut orang asing, lebih baik dia jatuh ke tangan adikmu sendiri.”

Tangan Grace mengepal tanpa sadar. “Ayah... Ibu... aku juga putri kalian,” katanya lirih.

Ia berbalik, ingin segera pergi, namun suara tajam Melanie menghentikannya. “Grace, jujur deh. William pernah nyentuh kamu nggak selama kalian nikah?”

Langkah Grace langsung terhenti di ambang pintu. Ia menatap lantai tanpa berkata apa pun.

Patrick menyusul dengan nada suara yang lebih tenang, tapi jelas tidak menyisakan ruang untuk penyangkalan. “Jangan bohong sama diri sendiri, Grace. William sama Camila itu udah ditakdirin bersama. Semua orang tahu itu. Kalau aja waktu itu dia nggak kecelakaan dan koma, kamu nggak akan pernah jadi istrinya. Kamu nikah sama dia cuma buat gantiin posisi Camila, sementara dia hilang.”

Melanie memandang Grace dari ujung kepala sampai kaki, matanya penuh penilaian dan penghinaan yang nyaris tak tertutupi. “Lihat dirimu. Tiga tahun menikah, dan kamu nggak lebih dari ibu rumah tangga biasa yang ngikutin suamimu ke mana pun, jadi bayangannya terus. Sementara itu, Camila udah jadi balerina prima, dan bintang di atas panggung. Dia angsa putih, kamu cuma... bebek yang salah tempat. Apa yang kamu punya buat ngelawan dia? Grace, kamu seharusnya tahu diri. Balikin William ke Camila.”

Setiap kata yang dilontarkan ibunya terasa seperti pisau yang menusuk pelan-pelan ke dalam hatinya. Air mata sudah mulai menggenang di mata Grace, tapi ia tidak menjawab sepatah kata pun. Ia hanya membalikkan badan dan berjalan pergi.

* * *

Ketika ia kembali ke rumahnya, langit sudah gelap. Kota San Francisco telah berubah menjadi lautan lampu. Rumah itu tampak sepi, dingin, dan gelap, karena Sophie, asisten rumah tangganya, sudah diberi libur malam.

Grace melangkah pelan ke ruang makan, duduk sendirian di meja yang sudah tertata rapi. Hidangan yang ia siapkan dengan cinta kini sudah dingin. Kue ulang tahun berdiri diam di tengah meja, dengan dekorasi sederhana dan kata-kata yang ia tulis sendiri dengan icing berwarna putih di atas permukaannya.

“Selamat ulang tahun, cintaku.”

Kini kalimat itu terdengar begitu menyakitkan. Ironis. Sama seperti seluruh pernikahan ini—penuh kebohongan yang dibungkus manis.

William dan Camila selalu menjadi pasangan ideal dalam dunia sosial elite San Francisco. Camila Whitmore, “Rose of San Francisco,” wanita yang dicintai semua orang—terutama William.

Namun tiga tahun lalu, sebuah kecelakaan mengerikan membuat William koma. Dan Camila, entah kenapa, menghilang begitu saja.

Di saat itulah, keluarga Whitmore menarik Grace kembali dari kehidupan tenangnya di pedesaan. Mereka memaksanya menikahi pria yang tidak sadarkan diri, hanya karena ia satu-satunya yang bisa ‘menggantikan’ Camila.

Tapi ketika ia tahu bahwa pria yang akan dia nikahi adalah William, pria yang telah diam-diam ia cintai sejak lama, ia menerima pernikahan itu tanpa ragu.

Selama tiga tahun, ia mengabdikan diri. Ia tidak mengejar karirnya, tidak bersosialisasi, tidak bersenang-senang. Hidupnya hanya berputar di sekitar suaminya. Ia yang merawat dan menjaganya dengan harapan agar William bangun kembali.

Dan pada akhirnya, berkat dirinya, William kembali dari ambang maut.

Grace memadamkan lilin-lilin di meja satu per satu.

Dalam pantulan kaca buffet di seberangnya, ia menangkap bayangan dirinya sendiri. Sosok perempuan dengan gaun hitam-putih yang sederhana, wajah lelah dan kosong, berdiri kaku seperti boneka porselen yang diletakkan di pojok ruangan.

Ia terlihat membosankan. Tak punya pesona. Tak seperti Camila, yang bersinar di panggung sebagai balerina berbakat. Angsa putih yang menawan. Sedangkan dirinya? Ia hanyalah itik buruk rupa yang tak pernah benar-benar bisa terbang.

Sekarang, setelah William terbangun, ia kembali kepada angsa putihnya. Meninggalkan Grace yang telah mengorbankan segalanya demi dia.

Tiga tahun... sia-sia.

Ia menyalakan kembali satu lilin, lalu meniupnya perlahan, matanya basah oleh air mata.

Kegelapan kembali menyelimuti rumah itu.

Tiba-tiba, dua lampu terang menyinari jalan masuk. Sebuah Rolls-Royce Phantom meluncur dan berhenti dengan tenang di halaman depan.

Grace tertegun. Bulu matanya bergetar. Ia pikir William tidak akan kembali malam ini. Namun kenyataannya, ia kembali.

Beberapa detik kemudian, pintu depan terbuka. Udara malam yang dingin menyertai sosok yang masuk ke dalam rumah.

William Donovan.

Sebagai pewaris keluarga Donovan, William tumbuh di tengah gemerlap dan prestise. Sejak usia 16 tahun, ia telah memiliki dua gelar dari Universitas Havre, lalu mendirikan perusahaan sendiri yang sukses di Redwood City. Ia adalah sosok yang dikenal cerdas, tajam, dan luar biasa karismatik. Kini, ia menjadi salah satu pengusaha paling berpengaruh di San Francisco.

Pria itu melangkah ke dalam dengan percaya diri. Suaranya yang dalam mengisi keheningan rumah.

“Kenapa rumahnya gelap banget?” tanyanya. Tanpa menunggu jawaban, ia menyalakan lampu di dinding.

Cahaya yang mendadak terang menyilaukan mata Grace, membuatnya memejamkan mata sesaat sebelum menatap William.

Pria itu mengenakan setelan hitam rancangan khusus, elegan dan sempurna di tubuhnya. Wajahnya tegas, tatapannya tenang namun dingin. Ia adalah mimpi setiap wanita di dunia elite—sayangnya, mimpi buruk bagi Grace.

Dengan suara pelan namun mantap, Grace berkata, “Hari ini ulang tahun kamu.”

William tidak menunjukkan ekspresi. Tatapannya hanya melirik sekilas ke arah meja makan, lalu ia menjawab tanpa emosi. “Lain kali, jangan buang waktu kamu. Aku nggak ngerayain beginian.”

Grace tersenyum kecil, seolah ia sudah mendengar kalimat itu ribuan kali. Bibir merahnya melengkung halus. “Kamu nggak ngerayain ulang tahun... atau kamu cuma nggak pengen ngerayain bareng aku?”

William menoleh, menatapnya sebentar. Tapi sorot matanya tetap datar. “Terserah kamu mau mikir apa," katanya, lalu melanjutkan langkahnya, menaiki tangga tanpa menoleh lagi.

William selalu seperti itu. Seberapa keras pun Grace mencoba, hatinya tetap dingin dan tak bisa disentuh.

Grace berdiri, memandangi punggung pria itu yang semakin menjauh. Ia menarik napas dalam, lalu berkata dengan tenang. “Hari ini ulang tahun kamu. Aku punya hadiah.”

Langkah William tak melambat. Ia hanya menjawab sambil terus naik. “Aku nggak butuh hadiah.”

Grace tertawa pelan, hambar namun terasa seperti ironi yang manis. Senyumnya tipis. Namun di balik senyum itu, ada keputusan yang telah dibuat. “William,” katanya pelan. “Ayo kita cerai.”

Langkah William terhenti. Ia diam beberapa detik sebelum perlahan berbalik. Matanya yang gelap menusuk tajam ke arah Grace.

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

Higit pang Kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

Walang Komento
24 Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status