Share

19. Belajar Mengaji

"Lebih cantik dari Maharani," ucapku sedikit bergumam.

"Apa, Bang?" tanyanya lagi, mungkin suara gumamku sedikit terdengar di telinganya.

"Tidak, tidak apa-apa," jawabku, aku dibuatnya menjadi serba salah. "Itu yang kamu pegang buku apa?" Paras wanita itu terlihat heran. Matanya memperhatikan aku.

"Abang bukan orang Islam?" tanyanya. Setahuku keluargaku Islam. Kami ikut berlebaran, tetapi memang tidak ada nilai-nilai keagamaan dalam rumah besar kami.

Sedari TK hingga kuliah, aku sekolah di yayasan Katholik yang terbilang ternama di Jakarta. Walaupun SMA, tetapi murid-muridnya hanya khusus lelaki semua. 

Di rumah besar kami pun penghuninya tidak ada yang ibadah, karena lingkungan perumahan elit tempat aku tinggal dikelilingi mayoritas etnis Tionghoa. Dan kakekku sepertinya penganut kepercayaan, begitupun Mamah. Kolom agama kupikir hanya supaya terisi saja.

"Sebentar," jawabku, sembari mengambil kartu pengenal dan melihat kolo

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (14)
goodnovel comment avatar
edy susanto
nice. ini kisah setback ( mundur masa lampau), kok panjang yah? wkwkwk
goodnovel comment avatar
Nah Rashid
betul ke 50m keluasan Tanah. pondok pun x blh buat. mungkin reban ayam kut. 500m persegi kut.
goodnovel comment avatar
Putri Rainun
bagus novelnya tapi bacanya dibatasi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status