Samsiah mulai menangis, meratapi nasibnya. Dia bingung harus melakukan apa, ditambah lagi Samsiah sudah menandatangani surat perjanjian jika dirinya tidak bisa menuntut apa pun terhadap Mursan.
"Mungkin hanya masuk angin saja, Yah," ucap Ela, bermaksud menenangkan hati adiknya tersebut. Samsiah tidak menjawab, dia masih terus saja menangis.
"Kamu sudah berapa lama tidak dapat haid?" tanya Ela, berjongkok di samping Samsiah yang masih terduduk di lantai kamar mandi.
"Hampir enam Minggu, Teh," jawab Samsiah, sembari mengusap air matanya. Ela sekarang yang terdiam mendengar jawaban adiknya tersebut, dahulu pun dia merasakan mual-mual seperti itu dan diusia kehamilan yang hampir sama dengan yang Samsiah rasakan.
"Mungkin hanya haid kamu yang tidak teratur," ucap Ela lagi, kembali menenangkan hati Samsiah.
"Sepertinya ngga, Teh. Biasanya tiga Minggu yang lalu seharusnya dapat haid." Samsiah mulai memukul-mukul perutnya, sepertinya dia memang tidak siap
SUAMI YANG DIHINAKAN TERNYATA KAYA 7 TURUNANPreman BayaranPART 57Daniel dan Nathan yang keduanya juga adalah saudara sepupu Riswan jatuh terjerembab di lantai luar ruang resepsi Risma dan Riswan diselenggarakan. Para wartawan yang memang banyak meliput pesta resepsi itu langsung mengerubungi mereka, ingin mengetahui asal muasal penyebab kedua pria muda ini berlaku rusuh.Daniel dan juga Nathan menatap Toni dengan pandangan marah dan emosi, alkohol yang berasal dari minuman keras yang mereka tenggak di luar pesta, sepertinya sudah menguasai mereka berdua." Bangsat kau jongos! Tidak usah sok ikut campur dengan urusan kami!" sentak Nathan dengan penuh amarah, sembari berusaha bangkit dari lantai dengan sedikit terhuyung."Heii! Kuli! Mau cari mati Lo!" Daniel kali ini yang bicara membentak, sembari menunjuk-nunjuk ke wajah Toni. Beberapa rekan kerja Toni yang juga bodyguard Riswan yang terlihat emosi sempat ingin men
Riswan benar-benar dibuat panik dengan musibah yang menimpa Toni, karena berusaha melindungi dan menjaga dia dan keluarganya, juga salah satu orang yang paling dia percaya dan loyal terhadapnya."Bagaimana dengan yang lain, ada yang cidera juga?" tanya Riswan lagi kepada salah seorang anak buahnya."Alhamdulillah tidak ada, Pak." Ferdi, nama orang yang berbicara dengan Riswan tersebut lantas menunduk, wajahnya berubah menjadi sedih. "Bang Toni pun terkena sabetan parang karena ingin melindungi saya. Ya Allah, saya benar-benar merasa bersalah jika terjadi sesuatu terhadapnya," ucap Ferdi lagi, matanya mulai berkaca-kaca.Riswan lantas menepuk-nepuk bahu Ferdi, begitu pun dengan rekan-rekan kerjanya yang lain, mencoba ingin menghiburnya."Semua yang terjadi sudah suratan takdir dari Yang Kuasa, kita hanya bisa berpasrah dan berdoa, minta yang terbaik
Suasana pagi Desa Cibungah tetap seperti biasanya. Udara yang terasa dingin, dengan hembusan angin khas pegunungan yang lembab menyegarkan menyelimuti desa ini dari hari ke hari.Ela terlihat sedang termangu di depan teras rumahnya yang tidak terlalu luas, hanya selebar satu meter tepat dari depan pintu masuk. Wajahnya terlihat seperti sedang berpikir, atau mungkin sedang dalam kondisi kebingungan.Hari ini dia bingung harus masak apa, bukan terkendala bahan-bahan, tetapi dia sudah benar-benar tidak lagi memiliki uang. Uang simpanan miliknya yang dahulu dia kumpulkan sedikit demi sedikit, sudah benar-benar habis untuk membiayai segala keperluan akomodasi dan pegangan uang untuk Tohir, saat harus menjenguk berkali-kali di ruang tahanan, belum lagi harus memberikan uang diam kepada oknum aparat yang berjaga agar dimudahkan untuk bisa menjenguk.Saat ini putrinya Naya masih tertidur, bagaimana jika dia terbangun lalu meminta
Surti lantas mempersilahkan Risma untuk masuk ke rumahnya, mempersilahkan Risma untuk duduk di sofa ruang tamu yang terkesan mewah dengan banyak furniture, tetapi Risma merasakan kesan seram di dalam rumah ini. Rumah pemain riba, yang mungkin juga tidak pernah dipakai untuk beribadah di dalamnya.Surti lantas masuk ke dalam ruangan yang lebih dalam, balik kembali ke tempat Risma menunggu, sembari membawa sebundel tumpukan map yang dia letakkan di atas pangkuannya. Sementara ke dua orang penjaga Risma menunggu tidak jauh dari pintu rumah.Surti lantas membuka, dan mencari-cari sertifikat atas nama Hasyim, setelah dia temukan lantas diletakkan di atas meja."Ini Mbak, sertifikatnya. Pinjamannya 60 juta, tapi karena telat maka harus ditebus 100 juta," ucap Surti santai saja. Risma tersenyum sinis mendengar ucapan Surti."Bisa sampai seratus juta bagaimana hitungannya? T
"Insya Allah dalam waktu dekat kita sudah bisa pergi umroh sama-sama Ustaz, Umi," jelas Risma kepada kedua orang guru agamanya tersebut. "Alhamdulillah ... saya tidak tahu bagaimana caranya harus berterima kasih mendapatkan rejeki yang luar biasa ini, selain hanya bisa bersyukur dan berdoa, semoga Allah selalu memberikan rahmah, hidayah, kesehatan, dan perlindungan untuk Neng Risma, Riswan, dan seluruh keluarga tercinta," ucap Ustaz Arief berterima kasih. "Aamiin ya Allah, terima kasih atas doa-doanya Ustaz," jawab Risma, yang dia pun tidak henti-hentinya bersyukur jika memang diberikan kesempatan untuk dapat beribadah ke tanah suci, hal yang tidak pernah terpikirkan bisa terlaksana dahulu, mengingat bagaimana susahnya hidup mereka hingga menjadi bahan hinaan dan celaan saudara-saudara, bahkan oleh bapak kandungnya sendiri. Bahkan setelah kebenaran
Amran dan Ela yang memang pada dasarnya selalu merasa apa yang mereka lakukan adalah benar, tidak menerima tuduhan Risma begitu saja, mereka tetap ngotot mengajak berdebat."Tetapi kamu jauh lebih jahat, Risma! Lihat, gara-gara perbuatan suamimu si Riswan itu, istriku Nengsih pergi bersama kedua anakku, coba jika seandainya aku masih menjadi penampung sampah di pabrik milik suamimu, mungkin istri dan anak-anakku tidak akan pergi.""Iya! Kang Tohir juga tidak akan masuk penjara," sambung Ela, berdua dengan Amran selalu menyalahkan Riswan dan Risma akan musibah yang telah menimpa mereka. Risma masih terdiam, belum mau menjawab. Samsiah pun hanya memperhatikan sembari sesekali mengusap air-matanya."Saudara macam apa kamu Risma, hidup enak bukannya ajak saudara agar ikut enak, justru malah sebaliknya, membuat kehidupan kami susah, jahat kamu Risma," tuduh Amran lagi.&n
Part 75Satu tangan mencengkram bahu Samsiah, tangan yang satunya lagi digunakan untuk menutup mulut Samsiah agar tidak bergerak, tidak berteriak, lalu menyeret janda muda tersebut ke balik pohon rambutan berukuran besar guna bersembunyi. Lantas membisikkan suara agar Samsiah jangan bersuara.Pintu dapur rumah Rohani terbuka lebar, sehingga ada keluar cahaya dari dalam rumah menerangi keadaan malam yang tadinya terlihat sangat gelap."Nggak ada siapa-siapa, Buk." Terdengar suara Mursan, saat dua sosok manusia keluar dari pintu belakang tersebut."Mataku belum buta, jelas-jelas tadi aku lihat seperti Samsiah yang sedang mengintip kamar kita." Rohani menjawab. Dadanya naik turun menahan emosi yang terpendam. Seandainya saat itu tidak ada pak kades dan warga desa, sudah dia habisi Samsiah. Tetapi rasa cintanya yang besar terhadap Mursan, membuat Rohani pun tidak ingin ditinggalkan."Ibu pasti salah lihat, mana berani dia malam-malam keluyuran se
Selepas jam istirahat makan siang, Riswan dengan ditemani dua orang pengawalnya menuju ke rumah Toni, berniat ingin melihat keadaan orang kepercayaannya itu selepas keluar dari rumah sakit karena terkena bacokan saat mencoba melindungi Riswan dan keluarganya.Ke daerah perbatasan kota tempat Toni tinggal. Sebuah perkampungan tepat sisi jalan, jadi kendaraan yang membawa Riswan bisa tepat berhenti di depan rumah Toni. Lebih tepatnya rumah mertua Toni, karena orang kepercayaan Riswan itu sendiri berasal dari luar pulau.Di ruang tamu keluarga Riswan diterima dengan sangat baik dan terbuka. Rumah yang ditempati Toni sekarang ini pun direnovasi menjadi lebih bagus atas bantuan Riswan. Makanya, keluarga dari istrinya Toni itu sangat menghormati keberadaan dari Riswan."Bagaimana keadaanmu Ton, sudah lebih baik, kan?""Alhamdulillah, sudah jauh lebih baik, Pak, secepatnya saya akan segera kembali bekerja." Toni memang sudah terlihat bugar, hanya ada perban yang