Namun, semuanya sia-sia. Walau berulang kali mencoba dan berusaha, Reva tidak kembali. Wanita itu menyerah, tanpa membiarkan para tim medis melakukan pertolongan terhadapnya.
Mungkin, wanita itu memang tidak ingin berjuang, walau untuk Putrinya sekalipun. Reva pergi dengan damai, senyum indah terlukis di bibirnya, dengan wajahnya yang bercahaya seolah tengah tertidur pulas. Rasa sakit dan beban wanita itu seolah lenyap seperti abu.
"Maaf, kami tidak bisa menyelamatkan pasien!" ungkap dokter lirih. Tidak berani menatap wajah Sulis yang terus menggelengkan kepalanya dengan bibir terus terisak pilu. Entah sudah berapa banyak air mata yang sudah dikeluarkan oleh Sulis, tapi sepertinya tak pernah surut.
"Gak! Reva gak boleh pergi. Putrimu masih butuh kamu, Va!" Sulis terus berteriak menyuarakan ketidakberdayaannya.
Sejak hari itu, yang dunia tahu kedua bayi dalam kandungannya lahir dengan selamat. Malik yang berusia lima tahun menyambut gembira kelahiran adiknya di dalam ruangan perawatan Hasan saat dua box bayi datang menghampirinya.Hasan yang baru siuman hanya dapat mengadzani kedua putrinya dengan terbaring lemah. Mengecup putrinya bergantian dengan bibir gemetar dan uraian air mata. Ia merasa haru dan tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Dua bayi kembar itu terlihat sangat cantikMengingat itu, Sulis merasa sesak di dada. Kejadian itu seolah baru terjadi beberapa hari yang lalu, dan sekarang Yoora mengakuinya dengan lantang. Bahwa dirinya bukanlah putri mereka. Padahal, selama ini Yoora selalu melarang Sulis untuk mengungkapkan kebenaran pada siapapun."Jika Yoora bukan putriku, lantas siap kedua orangtuanya. Yoo
"Gak! Kenapa? Kenapa aku harus melarikan diri?" jawabnya bertanya balik. Sebisa mungkin Yoona menutupi kegugupannya. "Mereka sudah lama menunggumu, Yoona. Ini bukan karena Alandra, kan?" Yoona menggeleng, memeluk Dante erat. Satu hari tanpa melihat pria itu membuatnya sakit kepala. "Aku merindukanmu, Dante. Boleh kita langsung naik ke atas?" tanya Yoona penuh harap. Yoona hanya tidak ingin bertemu dengan keluarganya. "Aku akan mengajakmu pulang besok. Sekarang temui dulu keluargamu. Mereka sangat merindukanmu, Yoona. Terutama Bunda. Beliau terlihat lebih kurus dan sangat tidak baik-baik saja," bujuk Dante agar Yoona mau masuk dan menemui ibu mertuanya. Bunda Sulis memang terlihat sangat kurus dengan kelopak matanya yang terlihat sedikit membengkak. Siapapun tahu betapa ibu mertuanya itu sangat merindukan Yoona. Sejak hari itu, dimana Yoona pergi dengan marah, Bunda Sulis memang tidak pernah diberi kesempatan untuk mendekati Yoona. "Benarkah
Seharusnya Yoona bisa menebak semua ini, sesuatu yang ditutupi oleh ibu dan kakaknya, dan hari itu—hari dimana semuanya berubah. Hari dimana gadis kecil yang tumbuh bersamanya berkata sangat kasar untuk pertama kalinya."Pergi Yoona, aku bukan kakakmu, aku anak yang dipungut oleh Bunda!"Teriakan Yoora hari itu tidak pernah Yoona lupakan, walau beberapa hari kemudian Yoora meralat ucapannya dengan berkata sangat manis namun penuh misteri."Aku ini kakakmu, Yoona, aku lahir beberapa menit sebelum kamu. Jadi, kamu harus nurut sama semua ucapanku, ingat itu!"Tapi, bagi Yoona kata-kata Yoora menyimpan banyak makna tersembunyi dan semua itu didukung dengan sikap kasar dan pendiam Yoora, kelembutan dan kepura-puraannya, sikap dramatis dan egoisnya semakin menjadi-
Dion mendelik dengan alis yang melengkung tinggi. Jelas ia paling tidak suka diancam, apalagi oleh kakaknya ini. "Emang kenapa?" tanya Dion menantang Dante, "emang apa yang Abang tau soal Anggara?" Bagi Dion kakaknya ini tidak mungkin tahu apa yang ia ketahui baru-baru ini yang bahkan membuatnya syok dan patah hati dalam waktu yang bersamaan. "Dia suami Alandra, dan Shaan diputuskan oleh Al karena kepergok satu kamar dengan sekretarisnya. Aku bahkan sudah pecat pria itu tadi karena korupsi proyek di Bandung!" jelas Dante geram. Dante bersyukur sahabat istrinya itu tidak menikah dengan Shaan, pria yang sudah menggelapkan dana untuk membeli bahan bangunan. Mata Dion semakin membola yang membuat semua orang ikut bingung dengan apa yang mereka bicarakan. Dion tidak menyangka kakaknya ini lebih tahu segalanya dibandingkan dengan dirinya. Padahal, Anggara adalah bawahannya, orang kepercayaannya. Tapi, ia bahkan tidak tahu apa-apa selain Anggra dipaksa menik
Pintu di belakang tubuh mereka terbuka, tubuh Yoora muncul kemudian dengan senyumnya yang penuh misteri hingga mau tidak mau membuat dua orang yang tengah saling menautkan bibir berhenti saat menatap wajah wanita itu penuh waspada."Apa tidak bisa mengetuk?" Sarkas Dante dengan rahangnya mengetat hebat. Bukankah jelas tadi ibunya mengatakan untuk meninggalkannya berdua agar tidak diganggu. Tapi lihat, Yoora begitu lancang masuk tanpa mengetuk pintu lagi!"Tidak apa-apa sayang, kedepannya kamu harus terbiasa dengan kehadirannya yang tiba-tiba dan mengganggu kita berdua." Yoona menarik lengan suaminya keluar dari ruangan itu dan meninggalkan Yoora yang terus berjalan mengacuhkan keduanya dan mengambil tas tangannya.'kamu benar, Yoona, kalian harus terbiasa dengan kehadiranku diantara kalian agar Dante tidak kehilanganmu saat kamu tidak berada disisinya," desis wanita itu tajam.Yoora menyusul Dante dan Yoona yang sudah jauh di depannya, menarik kursinya dan duduk dengan tenang."Lalu ke
Yoona sangat tidak nyaman berada satu mobil bersama dengan Mr Barack. Andai ia tahu akan pergi meeting dengan bosnya ini sudah pasti Yoona akan menolaknya dengan tegas. Sayang, mommy Mona tidak menjelaskan apapun selain berkas itu.Barack memainkan ponselnya selama dalam perjalanan. Ia tahu Yoona sangat tidak nyaman berada satu mobil dengannya. Hal ini ia juga tidak dapat ia hindari. Barack sama sekali tidak tahu kalau yang menggantikan Mommy Mona adalah Yoona, istri sahabatnya, wanita yang paling ia cintai. Bagaimana Barack bisa tahan?"Ehem." Pria itu berusaha membersihkan tenggorokannya agar Yoona tahu bahwa ia ingin mengatakan sesuatu. Sementara wanita itu hanya sibuk dengan leptop dipangkuannya dan terus mengetikan sesuatu, bahkan sama sekali tidak mengidahkan dehamannya."Dengar, Yoona. Aku tahu kamu sangat membenciku. Tapi, akan perasaanku padamu itu tulus dan benar adanya. Namun, aku juga tidak segila itu hingga merebutmu dari t
Yoona merasakan tubuhnya melayang bersama dengan Barack. Karena takut ia mencengkram kemeja pria itu erat saat angin dan sekelebat bayangan hitam melintas di belakang tubuhnya."Ahhh!" jeritnya saat tubuhnya mendarat dan kembali menantul di atas tubuh pria itu dengan setengah berdiri. Yoona hanya mampu menyembunyikan wajahnya dalam dada Barack Merchant.Mobil hitam dengan rodanya yang besar melesat pergi hingga hampir menabrak mobil lain di jalanan yang saat ini sangat ramai."Sial! Apa-apaan ini!" Geram pria itu. Tangannya masih melingkar di pinggang Yoona, berusaha agar tidak melepaskannya.Bukan menggambil kesempatan, tapi jika ia melepaskan pelukannya Yoona pasti langsung jatuh ketanah.Untung saja ia cepat saat menyadari ada mobil yang hendak menabrak mereka.Yoona membuka matanya dan berusaha untuk berdiri. Namun, kejadian yang baru saja terjadi membuat tubuhnya lemas dan tidak bisa berdiri dengan baik hingga membuat ia kem
Yoona masih belum mengatakan apapun. Istrinya masih mengunci bibirnya rapat sampai mereka selesai mandi. Dante hanya membuatkan roti goreng dengan omelet dan irisan tumis ayam bawang putih sebagai makan malam mereka. Untuk masak nasi, ini terlalu lama. Sepertinya Yoona sangat kelelahan dan sedikit cemas."Apa kamu percaya padaku?"Pertanyaan Dante membuat tubuh Yoona menegang. Wanita itu menatap Dante lekat dan menelan asal makanannya.Bukan karena tidak percaya, tapi ia hanya takut akan melukai pria itu. Yoona tidak sanggup kehilangan cintanya lagi."Kenapa tidak percaya?" Yoona balik bertanya. Suaranya dibuat sesanti mungkin, "aku tidak akan pernah meragukan cintamu, Dante! Hanya saja … aku takut pada diriku sendiri!" Dengan telapak tangannya yang besar dan sedikit kasar, Dante mengelus pipi istrinya, menatapnya penuh cinta yang membuncah.Dengan suaranya yang parau, Dante berusaha menenangkan istrinya, "Aku akan selalu ada disana, mendukungmu. Bahkan, saat kamu tidak percaya pada