All Chapters of Suami Mutualisme: Chapter 1 - Chapter 10
147 Chapters
Bab 1 Tetangga Menyebalkan
Dug! Dug! Dug! Tek. Dug! Tek. Bunyi seperti seseorang sedang yang sedang memantek paku pada dinding. Bahkan sesekali terdengar suara mesin bor yang sangat nyaring. Yoona menutup kepalanya dengan bantal, masalahnya tembok yang sedang di ketuk-ketuk oleh tetangganya itu bertepatan dengan jendela kamarnya. Sunyi malam membuat suara itu begitu nyaring, sehingga mata yang baru saja terpejam kembali terbuka karena bunyi gaduh yang dilakukan oleh tetangga menyebalkannya itu.  "Hentikan suara terkutuk itu! Apa kalian tidak sadar ini jam dua dini hari?" teriak Yoona dibalik bantalnya. Yoona berusaha menekan sekuat mungkin telinganya dengan bantal.  Yoona sudah benar-benar muak pada tetangganya itu yang sudah seminggu ini mengganggu jam istirahatnya dengan suara yang sangat menyakitkan telinga. ** Bunyi alarm membangunkan Yoona yang baru saja terlelap. Entah sudah berapa lama jam itu berteriak membangunkan Yoona yang seolah enggan membuka mata
Read more
Bab 2 Pria Aneh Yang Mengerikan
"Yang ada ni, si Yoona di gantung di pohon toge sama ayahnya," sahut Alandra. "Kalau Ayah gw tau, gw nyentuh minuman terkutuk itu. Yang ada gw bakalan dihapus dari daftar ahli waris." ucap Yoona bergidik ngeri membayangkan ayahnya yang membawa map dan bolpoin. "Si Shaan, emang bikin ulah apa lagi, Al?" tanya Yoona pada Alandra. "Dia bilang udah gak sanggup kerja sama bosnya yang Workaholic. Dia selalu marah dan ngedumel persis seperti mulutnya emak-emak komplek," keluh Alandra. "Kalau udah gak betah dan berat banget untuk di jalanin kenapa gak berhenti aja!" usul Sarah. "Gw setuju banget sama Sarah, kalau kerja dengan beban dan udah gak betah, mending berhenti. Sumpah, kalau sudah seperti itu, rasanya udah gak enak banget," Elsa menimpali. "Tapi, bukannya udah di suruh ya sama Alandra!" Yoona masih mengingat benar saat beberapa hari lalu Alandra bercerita soal Shaan yang menolak disuruh berhenti. "Itu dia, gw juga gak ngerti." Alandra
Read more
Bab 3 Orang Sinting yang Mabuk
"Aku menyalakan musik sudah jam 8 pagi, di mana orang Indonesia sudah terbangun ... dan bukan mengetuk-ngetuk dinding rumah jam dua dini hari seolah besok akan terjadi kiamat, sehingga, Kau." Yoona menunjuk dada pria aneh itu dengan ujung telunjuknya, Ia pun menengadahkan kepalanya dan menatap wajah pria di hadapannya yang ternyata sangat tinggi dengan bola mata yang yang ingin keluar. "harus menyelesaikan pekerjaanmu saat itu juga." hardik Yoona geram.  Dengan cepat Yoona menarik jarinya dan tanpa sadar ia mengelapnya di celana yang ia kenakan. Pria aneh itu melipat tangan di bawah dadanya. Menatap Yoona dengan lekat. "Well, Aku memang harus melakukannya. Pipa ledeng bocor jika tidak langsung dibetulkan akan membanjiri seluruh rumahku, sementara Aku butuh air untuk mandi, malam itu juga." "Cih, alasan," sangkal Yoona masih tidak terima, terutama pada kenyataan bahwa pria di hadapannya ini adalah tetangganya "Jika, saya masih mendengar suara musi
Read more
Bab 4 Bertemu Calon Suami
Sore itu Yoona yang baru saja tiba di Villa milik keluarganya yang berada di Bandung, dengan penuh amarah ia kembali menghentak-hentakkan kaki karena merasa jengkel setelah dijemput paksa oleh kakak laki-lakinya. Yoona memasuki Villa dengan memasang wajah merengut, ia tak ingin memandang siapapun yang ada di sana. Sulistiana Malik ibunda dari Yoona hanya bisa menatap kemarahan Putri bungsunya yang selalu saja bersikap semaunya. Sudah beberapa kali Sulistiana menjodohkan putrinya namun selalu saja ditolak oleh gadis bungsunya itu. Umur Yoona yang sudah terbilang sudah sangat dewasa membuatnya sangat khawatir, di tambah lagi kegagalan dalam asmara putrinya yang selalu saja kandas di tengah jalan membuat Bunda Sulis sangat khawatir. Sulis melihat putranya memasuki rumah dengan koper milik Yoona. "Si Ade masih marah ya, Bang?" tanaya bunda Sulis merasa khawatir.  Malik Nauval Sidiki putra sulung dari Sulis dan Hasan, hanya bisa menghembuskan nafas ka
Read more
Bab 5 Aksi Protes Yoona
Ayah dan Bunda Yoona terhenyak mendengar ucapan putri bungsunya, padahal Barack adalah tipe menantu idaman setiap ibu dari mereka yang memiliki anak gadis. "A-apa maksud Kamu Yoona!" Sulis benar-benar tidak mengerti dengan pola pikir putrinya itu. "Mr. Merchant itu atasan Yoona, bisa dibilang pemilik MJM Teknologi di mana Yoona bekerja. Tapi maaf, Ayah, Bunda," Yoona memalingkan wajahnya ke arah Barack. "tanpa mengurangi rasa hormat Yoona, Yoona tidak bisa menikah dengan orang yang tidak Yoona cintai." "Saya hargai keputusan kamu Yoona. Tapi, apa karena sudah ada laki-laki lain, sehingga Kamu menolak saya dan selalu menutup diri?" tanya Barack. Barack semakin penasaran dan menaruh hati pada Yoona. Menurutnya baru kali ini ada wanita yang menolaknya, padahal wanita itu tahu apa yang dimilikinya. "Yoona! Apa ada alasan yang lebih masuk akal dari cinta, Barack selain tampan juga baik, Nak. Bagaimana bisa kamu menolak sebelum mengenalnya!" Sulis benar-ben
Read more
Bab 6 Melarikan Diri Bersama Tetangga Menyebalkan
Mendengar itu Yoona melirik tajam ke arah Dante. "Apa maksud kamu berdecak seperti itu?!" Yoona masih menatap wajah Dante dengan tatapan tajam dan menghunus. "Sepertinya Kamu senang sekali tidak jadi menikah dengan pria itu?" Dante mengangkat sudut bibirnya. "Siapa? Yang tadi?" tanya Yoona memastikan siapa orang yang dibicarakan oleh pria di hadapannya ini. "Iya. Dia yang menjemputmu di Jakarta bukan?" Dante masih ingat saat tidak sengaja melihat gadis di depannya ini pergi dengan pria yang mengejar mereka tadi. "Dari mana kamu tahu, apa kamu menguntit?!" tuduh Yoona dengan lirikan tajam. Yoona sendiri bingung mau disebut keberuntungan atau malapetaka bisa bertemu dengan pria ini di Bandung. Apa memang benar adanya jika dunia ternyata hanya selebar daun kelor. Jika tidak mengapa dia bisa bertemu dengan pria menyebalkan ini. "Aku, menguntit!" Dante menunjuk dirinya sendiri. "Cih, kamu pikir kota ini milikmu?! Enak saja aku di bilang penguntit!"
Read more
Bab 7 Kamu Harus Mempertanggungjawabkannya
Dering ponsel berhenti digantikan dengan notifikasi pesan masuk. Bunda: [ Yoona siapa pria itu?! Jika dia alasanmu menolak Barack maka aku harap dia lebih tampan dan mapan darinya. Jika tidak. Besok akan aku nikahkan paksa Kau dengan Barack!! ] Membaca itu Yoona langsung membuang ponselnya. "Ohhh.. tidak. Aku terjebak antara jurang dan neraka," gumamnya menatap ponsel yang terjatuh dari tempat dia duduk. "Ini jelas bencana. Jika Bunda sudah berkata itu, maka keputusannya mutlak," gumamnya lagi. Dante yang duduk tak jauh dari Yoona hanya bisa menautkan alis melihat perubahan dari marah menjadi seputih kapas setelah membaca pesan. Dante bahkan dapat mendengar jelas apa yang diucapkan oleh wanita yang kini hanya memandangi pensil yang terjatuh begitu saja. "Sepertinya kabar yang Kamu terima lebih mengerikan dari apa yang dapat aku lihat!" sindir Dante tajam. Mendengar apa yang diucapkan pria yang beberapa lalu menyentuh bibirnya yang sampai saat ini masih ia rasakan akibat janggu
Read more
Bab 8 Pemandangan Indah di Pagi Hari
Hari masih terlalu pagi menurut Yoona, karena jam masih menunjukan pukul 05:30. Bisanya Yoona bangun jam enam jika ia beruntung dapat mendengar jam wekernya berbunyi. Dengan penuh semangat Yoona berjalan keluar kamar hanya dengan menggunakan kimononya saja, bahkan rambutnya masih basah. Yoona mulai menyalakan mesin pembuat kopi dan mengeluarkan beberapa lembar roti yang dimasukan kedalam mesin pemanggang. Pagi itu Yoona menikmati sarapan paginya dengan ditemani kopi yang mengepul dan roti bakar yang hanya di olesi dengan butter. Setelah sarapannya habis Yoona mencuci semua peralatan yang kotor di atas bak cuci piring. Dari dalam jendela dapurnya Yoona dapat melihat dengan jelas rumah di seberang sana dengan lampu yang masih padam. Namun sesaat kemudian lampu itu menyala diikuti oleh sosok sang pemilik rumah. Yoona begitu terpanah menyaksikan pemandangan indah di pagi hari yang membuat jantungnya berdebar hebat dengan kaki yang mendadak lemas seolah tak bertul
Read more
Bab 9 Menikahi di Catatan Sipil
Yoona melihat Dante dengan motor Taiger keluaran tahun 2000 yang masih sangat terawat walaupun sudah sedikit tua. Yoona menghampiri Dante dengan senyum mengembang, ia membayangkan kemarahan ibunya jika melihat ini. Calon suaminya begitu terlihat sederhana bahkan di bawah kata mapan dan standar yang ibunya miliki. Mungkin menurut Yoona Dante pria bule ter kere yang pernah ia temui. Tidak masalah, semakin miskin Dante, Yoona akan semakin senang. Dengan begitu ia akan semakin puas melihat kemarahan Bunda dan kembarannya. Yoona menerima helm dari tangan Dante dan langsung memakainya, setelah itu Yoona langsung duduk manis di belakang dengan tangan yang sudah melingkar manis di pinggang Dante. Yoona tanpa ragu menyandarkan kepalanya di bahu Dante tanpa rasa malu. Selama dalam perjalanan Yoona hanya berkata ketika hendak menunjukkan jalan dan dimana letak kantornya berada. Dante mengantarkan Yoona tepat di depan lobi, "Aku akan menjemputmu jam 12 tepat. Jan
Read more
Bab 10 Mahar 100 Ribu
"Apa ada yang kamu inginkan, Yoona. Sebagai maharmu yang lain?" tanya Dante ketika memperhatikan setiap pergerakan Yoona yang membolak-balikkan berkas yang harus ditandatangani. Dante tahu ini memang sudah sangat telat menanyakan hal ini. Tapi demi mempersingkat waktu hanya sebuah kalung dan sepasang cincin yang ia dapatkan pagi ini sebagai mahar. "Tidak, ini sudah sangat banyak. Malah, jika bisa aku ingin hanya uang 100 Rb sebagai maharku," ucap Yoona tanpa keraguan. Mendengar itu Dante begitu terhenyak, disaat banyak wanita yang meminta mahar semewah mungkin atau saham disalah satu perusahaan bonafit di negaranya, tapi wanita yang kini menjadi istrinya beberapa menit lalu malah terlihat kecewa dengan apa yang diberikan sebagai mahar yang bernilai ratusan juta. Sepasang cincin dan sebuah kalung perhiasan yang dibeli oleh Dante adalah berlian dengan karat 0,7 gram, itu adalah kadar yang lumayan bagus jika di investasikan. "Jadi bagaimana, apa kamu mau
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status