Sepanjang malam Dante terus menatap wajah istrinya dengan tangan yang tidak pernah melepaskan barang sedikitpun genggamannya dari tangan Yoona.
"Siapa sebenarnya yang berusaha mencelakai Yoona? Apa motifnya dibalik semua ini?"
Tadi malam saat Yona berada di UGD, Alandra dan Elsa jelas mengatakan, bahwa Yoona sempat menghindar saat diberitahu ada mobil yang melaju kencang ke arahnya, tapi mobil itu langsung berbelok arah ke tempat Yoona menepikan tubuhnya.
"Aku berjanji akan segera mendapatkannya," ucap Dante dengan tatapan nanar, apalagi saat matanya melihat perban di kepala Yoona.
**
Keesokan harinya Dante langsung bergegas menuju kepolisian di mana mereka tengah menangani kasus yang menimpa istrinya. Dante ingin tahu kabar yang didapatkan oleh Sersan Yanto. Jika benar kecelakaan itu sudah direncanakan maka dengan tangannya sendiri Dante akan membuat siapapun di balik semua itu terkapar.
Salah
"Bab ketiga meluncur ... Up lagi hari Sabtu siang ya guys stay safety stay healthy be positive thinking ... Love you guys 😘😘
"Aku bertemu Alan di sebuah resto saat meeting dengan Barack, dia lumpuh dan tidak bisa menggunakan kakinya, dan itu terjadi sebelum hari pernikahan kami," ujar Yoona menjelaskan. "Tapi yang kakak tahu rumah itu kosong sampai hari ini Yoona! Dan Kenapa mereka menyembunyikan semua ini dari kita?" tanya Malik. "Itu yang sedang aku cari tahu! Bukannya aku terlalu percaya diri tapi aku masih melihat Cinta dari Alan untukku dan penyesalan yang terlihat jelas karena meninggalkanku tanpa alasan," ujar Yoona tidak berani memandang semua yang ada disana. "Apa kamu masih merasa kecewa Yoona akan gagalnya pernikahanmu?" tanya Demian dengan bibir tersungging. "Apa aku harus menjawabnya Kakak ipar? Yoona menjeda ucapanya dan menatap Demian. "Akan aku jawab. Ya aku memang masih merasa kecewa karena tidak mendapatkan penjelasan ataupun kabar darinya. Tapi jika boleh aku berkata jujur, aku berterima kasih kepada siapapun yang telah memisahkan kami. Dengan begit
"Benarkah? bahkan kamu belum mencobanya Yoona, belut pemuasku—ohh tidak, bukan belut. Bagaimana kalo anak piton?" tanya Dante sudah mulai berjalan kearah Yoona. "Apapun itu aku tidak perduli. Walaupun kata kata orang sex tidak harus soal cinta, itu omong kosong," ucap Yoona melirik Dante tajam. "Ayolah, kamu bahkan pernah terhanyut dan terbuai oleh sentuhanku. Jika bukan karena Mommy sudah bisa dipastikan kamu akan terkapar dan mendesah sangat kuat di bawah kungkunganku." Dante menarik tangan Yoona yang sedang memegang es krim dan melumat es krim itu dalam sekali suap. "Aku sarankan untuk Kamu mencobanya sebelum merasakan dinginnya kateter." ucap Dante dengan menyapukan bibirnya di bibir Yoona. 'Ohhh tubuh sialan kenapa kamu selalu berkhianat dari pikiranku sendiri,' Maki Yoona pada tubuhnya sendiri yang saat ini memang sedang benar-benar terhanyut dalam buaian bibir Dante yang sedang menyesap dan mengulumnya penuh nafsu bibirnya yang dingin dan lembu
Dante berdecak sambil membuang wajahnya ke samping. "Cik, ayolah Yoona! Ini bukan soal berniaga, tapi kita sedang berusaha membina rumah tangga yang bahagia." Melihat senyum mengejek Dante dengan cepat Yoona menepis ibu jari pria itu yang sedang memegangi dagunya. "Aku tahu, dan aku hargai itu, tapi masalahnya disini hatiku sebagai jaminannya. Aku tidak bisa membuatnya terluka lagi, ayolah!" "Baiklah, apa yang kamu inginkan sebagai jaminan. Aku pria miskin asal kamu tahu Yoona," ucap Dante mengingatkan. Yoona sedikit menundukkan wajahnya merasa malu jika kembali mengingat hal itu. "Aku tahu, jika kamu pria kaya mana mau aku menikah denganmu." Yoona kembali membenamkan wajahnya di dada Dante dan mulai mencari kenyamanan. "Ya, dan maaf soal itu. Aku tidak bisa mengikuti semua permainanmu," desah Dante yang juga merasa bersalah. "Jadi bagaimana? apa kita bisa memulai dari awal? Aku tidak akan memaksamu untuk melakukan hubungan ranjang, Yoona. Kit
Entah mengapa Yoora sudah bisa memastikan bahwa Dante akan mencecar dirinya dengan berbagai pertanyaan. Walau bagaimanapun itu memang hak Dante untuk meminta kejelasan lebih detail dari masa lalu mereka. "Baiklah Mom, aku akan mengantarnya," sahut Dante cepat. "Tidak usah repot," tolak Yoora dengan tegas. "Tapi aku memaksanya kakak ipar, karena aku memang melewati tempat tujuanmu," desak Dante lagi seolah itu adalah perintah mutlak. Dante mendekati Yoona berdiri tepat di sisi Yoora yang sedang berdiri di sisi lain ranjang "Untuk nanti malam kamu ingin dibawakan apa?" Suara lembut Dante benar-benar terdengar indah di telinga Yoora membuat dadanya berdegup seolah pertanyaan itu terlontar untuk dirinya. "Aku ingin pizza dan chicken wings," pinta Yoona terlihat begitu gembira dengan perhatian dari Dante. Dengan mengacak rambut Yoona Dante kembali berkata. "Baiklah, akan aku bawakan. Ada lagi?" tanya dante memastikan karena dia tahu
"Karena aku belum bisa membalas budi mereka Dante. Aku ingin bekerja dan membuat mereka bangga karena telah membesarkanku," jawab Yoora cepat. "Bukankah selama ini kamu sudah menjadi anak yang baik dan penurut Yoora. Semua orang tua pasti bahagia jika melihat anak-anaknya bahagia, bukan?" "Tapi hidupku tidak sesederhana itu Dante! Tidak semudah yang orang lihat," desah Yoora dengan menghapus sudut matanya. Sejak hari itu Dante tidak pernah tahu apa alasan sebenarnya Yoora selalu menolak untuk memperkenalkan dirinya kepada orang tua Yoora. Yang Dante tahu Yoora memang gadis pendiam dan lembut. Selalu tampil rapi dan feminim, hanya itu yang Dante tahu tentang Yoora. Dante memang merasa kecewa kepada Yoora karena tidak memberitahukan kebenaran akan masa lalu yang sebenarnya terjadi. Mungkin jika mendengarnya sebelum menikah yang pertama kali dia akan bersimpuh dihadapan Yoora dan meminta wanita itu kembali. Tapi Dante bisa memastikan pada dirinya sendiri
'Sial, ternyata dia sedang berbicara dengan seseorang. Aku pikir dia memanggilku sayang. Tunggu apa aku cemburu? Dan siapa yang dipanggil sayang?' Karena penasaran walaupun dengan jalan tertatih Yoona menghampiri Dante dan memeluk pria itu dari belakang. "Aku mau es krim Dante. Ajak aku makan es krim." pinta Yoona semakin mengeratkan pelukannya. "Nanti Deddy telpon lagi." Dante langsung memutuskan sambungan dan memasukkan ponselnya kedalam saku. "Siapa yang kamu panggil sayang Dante? Apa kamu mulai selingkuh dariku?!" Yoona melepaskan tangan yang tadi memeluk Dante erat. Padahal jelas tadi Yoona sendiri mendengar Dante memanggil dirinya Daddy. Tapi sepertinya Yoona memang sedang membuat perkara dengan Dante. "Apa kamu mulai cemburu." Dante menahan pergerakan Yoona dengan menarik tangan wanita itu. Dengan gerakan dan sangat hati-hati Dante mengangkat tubuh Yoona hingga membuat Yoona dengan cepat melingkarkan ta
Yoona tersenyum menatap wajah Hasan. Memang benar apa yang dikatakan oleh Hasan, Dante memang sudah membuatnya bahagia. "Dante pria yang baik Ayah. Dia juga sangat perhatian pada Yoona. Ayah tidak usah khawatir," jelas Yoona menenangkan. Dengan ditemani oleh Hasan, Yoona menikmati sorenya dengan begitu damai. Sampai Dante pulang Yoona masih bersandar pada tiang gazebo dengan mata terpejam. Dante hanya bisa menatap lekat wajah Yoona yang sedang terlelap sambil duduk. "Bagaimana bisa dia tertidur dengan posisi seperti itu?" "Begitulah Yoona, dia bisa tidur dimanapun dan kapanpun dia mau. Lebih baik kamu pindahkan ke atas karena angin semakin kencang di sini." ujar Malik dengan menepuk pundak Dante. "Ya, Bang. Akan saya angkat." Tanpa menunggu lagi Dante langsung membawa Yoona pindah ke kamar mereka dan membaringkannya dengan sangat hati-hati. "Sepertinya dia habis minum obat makanya tidak terbangun saat aku pindahkan." Sete
"Ya sudah ayo turun!" Dante sedikit mendorongnya bahu Yoona. "Aku mau gendong Dante," rengek Yoona manja yang langsung mendapatkan kerutan di wajah Sulis dan Anna. "Kamu ini berat Yoona, saat Malik menggendongmu dari atas ke bawah itu masih mudah, tapi ketika Dante menggendongmu dari bawah ke atas pasti dia sangat keberatan," desak Sulis mengingatkan. 'Yoona minta di gendong oleh Bang Malik? Cik perempuan ini bisa-bisanya masih bersikap seperti itu!' keluh Dante dalam diamnya. "Biar Dante gendong Bun." Dante langsung berdiri dengan mudahnya walaupun Yoona dalam pangkuannya. "Jangan lupa minum obatmu Yoona!" teriak Sulis saat Dante sudah menaiki tangga. "Akan Dante ingatkan Bunda!" jawab Dante sedikit berteriak menjawab ucapan Sulis. Dante membaringkan tubuh Yoona dengan sangat hati-hati. Menurut Dante tubuh Yoona terasa lebih ringan dari biasanya semenjak istrinya sakit. Dante mengambil obat Yoona yang harus diminum malam hari