Sulis dan Hasan menatap wajah Demian dan Yoora bergantian, ada perasaan yang aneh ketika melihat keduanya begitu serius."Ada apa ini? Apa Ayah dan Bunda melewatkan sesuatu?" tanya Sulis mulai cemas.Padangan Yoora sangat tidak terbaca, dan Sulis sangat takut akan hal itu. Dulu saat Yoora ketahuan telah memotong rambut Yoona, tatapan Yoora hampir sama seperti hari ini. Melihat itu kembali Sulis merasa cemas.Demian menatap satu persatu wajah yang ada disana. Milik dan Anna terlihat biasa saja, tapi tidak dengan Sulis dan Hasan yang begitu menuntut kepastian."Ayah, Bunda, Kak Malik," Demian menjeda ucapanya, masih melihat respon mereka. Setelah semua aman Demian kembali berucap, "Kami ingin menyampaikan bahwa kami sudah tidak bersama lagi." Kini Demian menundukkan kepalanya, dia sedikit khawatir Ayah mertuanya mungkin akan menampar wajahnya."Mak—" ucap Sulis tertahan saat ingin bertanya maksud kalian. Lengan wanita itu di cengkraman oleh Has
Sepertinya tidak, Dante tahu istrinya ini wanita yang penuh misteri. Lebih mengerikan daripada misteri gunung Merapi. Selain ratu drama, Yoona juga ratu akting.Seperti sekarang, Dante tidak tahu istrinya ini sedang merayunya atau hanya menggoda saja. Tapi, belaian lembut jemari Yoona sudah membangkitkan gairahnya. Apalagi pinggul Yoona tidak bisa diam, membuat Mr happy terjaga dan mulai menegang."Stamina?" ulang Dante dengan suara yang parau.Yoona menghentikan gerakan jarinya dan menatap Dante tajam dengan tangan yang mulai dia rangkulkan ke leher pria itu."Yah, buah kelapa memang mengembalikan stamina tubuh, bukan? Itu yang aku tahu. Apa lagi jika ditambah perasan jeruk nipis dan sedikit garam, reaksinya lebih cepat." Yoona bangun dari duduknya dan mulai melangkah meninggalkan pria itu. "Sepertinya kamu tidak menginginkannya, sebaiknya aku mengelilingi pulau saj—Ahhh!" ucapan Yoona terhenti dan tergantikan dengan teriakan Yoona yang nyaring.
Dante menggulingkan tubuhnya setelah puas mengecupi seluruh wajah istrinya yang sangat kelelahan, peluh masih membasahi dahi Yoona. Tapi Dante tidak peduli, baginya Yoona tetap yang paling cantik. "Bagaimana bisa aku menyetujui permintaan konyol 'mu dulu, Sayang ...? Jika tahu tubuhmu senikmat ini, sudah pasti aku akan menolaknya," ujar Dante masih dengan nafas tersengal. "Kamu sudah menikmati bibirku di pikup dulu, kan? Kamu yang lebih dulu mengambil ciuman pertama kita!" keluh Yoona dengan bibir cemberut. Semua kenangan satu bulan lalu masih dapat dia ingat dengan jelas. "Aku akan melakukannya dan terus melakukannya, Yoona … apapun resikonya, Kamu adalah madu termanis di dunia." Dante kembali menarik tubuh Yoona dan mendekapnya erat. Dante sama sekali tidak bisa membayangkan jika dirinya harus kehilangan Yoona. Tidak, Dante tidak akan membiarkan itu terjadi. "Jangan pernah tinggalkan aku, Yoona … percayalah, aku hanya mencintaimu, walaupun b
Yoona terbuai mendengar tawaran Dante. Jika saja tamu bulanan itu tidak datang, dengan senang hati dia akan menerima tawaran suaminya yang bisa di pastikan dia akan mendesah karena nikmat."Mana bisa, Dante. Ini soal hari merah," lirihnya hampir saja menangis.Sakit di perutnya yang menyerupai sayatan kecil semakin dia rasakan hingga menghasilkan butiran keringat sehingga membuatnya tidak nyaman.Dante memeluk Istrinya dengan erat. "Aku tidak peduli, Yoona. Suatu saat kamu pasti akan melahirkan anakku, dan aku akan membantumu membersihkan diri setiap hari.""Aku akan mandi sebentar, setelah itu minum obat pereda nyeri," ucap Yoona akhirnya. Dia sama sekali tidak ingin merepotkan suaminya, apalagi disaat seperti ini.Dante sudah merasa kecewa karena honeymoon mereka yang berantakan dan dia tidak ingin semakin membuat repot pria itu. Tapi, kenapa tamu itu harus datang sekarang, tidak bisakah menunggu seminggu lagi? Ahh, kenapa semuanya menjadi
Udara begitu dingin saat Dante menunggu kedatangan seseorang yang begitu dia sayang di sebuah landasan helipad.Angin laut yang begitu kencang tak membuatnya mengeluh. Malam ini untuk yang pertama kali dalam hidupnya Dante begitu bersemangat. Jantungnya bahkan berdebar lebih cepat dari biasanya."Daddy!"Suara itu begitu nyaring di tengah sunyi malam. Dengan gerakan cepat Dante membalik tubuhnya dan mendongakan kepala.Gadis kecil dengan mental bulunya melambai dari jendela helikopter, memberitahu bahwa dia ada di atas sana.Dante melambaikan tangan dengan senyum yang begitu lebar. Dia begitu tidak sabar ingin memeluk bidadarinya, ok putrinya, Putri Priyanka Drupadi Guillermo. Anaknya dengan Anita, wanita kelahiran Bali.Saat heli itu mendarat dengan sempurna, Dante langsung berlari menuju putrinya berada dan membantunya turun dari helikopter."Hai! Sweety … bagaimana perjalanan malammu?" tanya Dante saat putrinya sudah dalam g
"Ya, Daddy," ulang Dante dengan nada sedikit bergetar, "dia bidadariku Yoona, yang ingin aku perkenalkan padamu," ungkap Dante mulai merasa cemas. Apa kedua wanita ini bisa berdamai? Dante harap, ya."Daddy!" panggil Priyanka yang sudah berdiri tepat di ambang pintu. Kekesalan terlihat diwajah cantiknya.Yoona memiringkan kepalanya melihat sosok yang memanggil suaminya dengan sebutan Daddy. Entah sejak kapan tangannya sudah melingkar manis di leher suaminya.Pandangan mereka bertemu dan saling mengunci, keduanya sama-sama menyelidiki satu sama lain.Gadis kecil di hadapan Yoona sangat cantik dengan rambut ikalnya yang sedikit berantakan karena bangun tidur, garis bantal masih tercetak di pipinya. Apalagi anak sungai yang mengering juga ada di sudut kanan bibir.Namun, pengamatan Yoona langsung buyar ketika mendengar suara cempreng gadis berambut ikal itu. Sama sekali tidak menarik."Lepaskan tanganmu dari leher Daddyku!"Suarany
Stepmother"Kemarilah, Sweety … Kamu akan mendapatkan sarapanmu segera. Tapi sebelum itu, kamu harus berkenalan dulu dengan Ibu barumu," pinta Dante lambat.Dalam hati dia merapalkan doa semoga paginya damai, dan dua wanita cantik ini bisa bersahabat."She is not my new mother, but she is my stepmother!" (Dia bukan ibu baruku, tapi ibu tiriku. Priyanka duduk di samping Dante, memberi jarak antara Yoona dan Daddy-nya. "And the stepmother I know is all cruel, I saw her on the Disney channel, and my friend also said the same thing. (Dan ibu tiri yang aku tahu itu jahat, aku tahu itu di acara Disney channel, dan temanku juga mengatakan hal sama." ucapnya lagi sambil minum susu hangatnya.Wajah gadis itu terlihat begitu tenang ketika mengatakannya, seolah sedang bercerita acara favoritnya yang buruk.Dante muai dag dig dug, takut Yoona mengeluarkan racunnya lagi. Dia melirik istrinya yang masih asik dengan koran. Tapi, itu tidak berlangsung
Yoona melihat kukunya dengan satu tangan terlipat di dada, bibirnya terus bergerak bingung."Aku tidak menggodanya, hanya membujuknya saja," ujarnya sungguh-sungguh.Yoona masih terus melihat cat kukunya, dia berpikir seharusnya melepaskan semua manik-manik kecil yang ada diatasnya sebelum tidur, dan Yoona memang tidak bermaksud menggoda suaminya, Yoona tahu resiko jika dia melakukan hal itu ditengah hari merahnya. Itu sama saja membuatnya menderita.Yoona memalingkan wajah ke arah Priyanka, gadis itu tengah menatapnya penuh tanya. Yoona tahu … Priyanka pasti tidak percaya dengan semua ucapanya."Kamu tahu, di panggil dengan sebutan yang tidak kita suka itu sangat menyebalkan!" Yoona mencondongkan tubuh ke arah Priyanka, "Apa kamu suka jika di sekolahmu, kamu dipanggil dengan sebutan kriting bahkan kriwil?" Priyanka menggeleng cepat, "Ya … walaupun memang penampilan kita seperti itu, aku juga. Aku tidak ingin menjadi ibu tiri dari siap