"Lan, kalau sampai Ayahmu dan Irish tahu aku enggak hamil gimana?" tanya Vikha pada Alan saat dalam perjalanan pulang ke rumahnya."Jangan sampai mereka tahu, pandai-pandailah kita bersandiwara nanti. Gak ada cara lain untuk membuat Ayahku dan Irish menerimamu. Aku cape selalu menjalani hubungan secara sembunyi-sembunyi denganmu."Tangan kiri Alan menggenggam tangan Vikha. Meredam kehawatiran wanita yang sangat di cintainya."Tentang ucapanmu pada Irish, apa benar setelah pernikahan kita kamu akan menyentuhnya sesuai yang kamu janjikan padanya?"Kembali Alan melirik ke arah Vikha. Alan paham perasan khawatir Vikha kali ini. Dia dan Vikha memang sepakat menikah dan membuat Irish mundur pelan-pelan. Tetapi sebagai seorang wanita, Vikha pasti akan tetap merasa ketakutan kalau Alan kelak akan melanggar janjinya. Vikha mengakui kecantikan Irish, bukan tak mungkin diam-diam Alan sudah mempunyai sedikit perasaan pada Irish tanpa sepengetahuannya."Apa kau takut aku akan melanggar janjiku pad
"Makin sukses saja kamu Lan. Sukses di karir sukses juga di percintaan." Vina teman SMA Alan dan Vikha memuji Alan setelah dia dan dua teman lainnya duduk."Kamu terlalu memuji." balas Alan sambil memamerkan gigi putihnya."Bener-bener cinta sejati. Aku pikir saat tahu Alan menikah dengan wanita lain sejak saat itu juga hubungan kalian benar-benar berakhir. Kisah kalian membuktikan kalau cinta sejati benar-benar ada." sahut Hanin. Irish yang geram dengan ucapan Hanin hanya bisa menahan emosi sambil terus menyembunyikan wajahnya di balik buku menu."Kamu kapan nyusul Liam. Alan saja akan punya dua istri, masa kamu satupun belum punya. Usia kita sudah menginjak kepala tiga, kamu mau jadi bujang tua?" ceplos Vikha pada lelaki yang duduk di depannya. Lelaki yang bernama Liam tersebut tersenyum sebelum menjawab."Aku belum ketemu wanita yang bisa membuat jantungku berdebar-debar saat bersamanya. Dari pada aku memaksakan hubungan dengan wanita yang tidak aku cintai, lebih baik aku menunggu
Pov AlanAku dan Vikha memang sudah menjalin hubungan sejak kami di bangku sekolah, tapi kami berdua tidak pernah melakukan hal di luar batas saat berpacaran. Aku menjaganya betul-betul tanpa pernah berniat merusaknya.Waktu terus berlalu, hubunganku dengan Vikha makin dekat. Orangtua Vikha sudah memberi lampu hijau pada hubungan kami dan aku sangat bersyukur akan hal itu.Hingga suatu ketika hal buruk terjadi pada Ayahku. Dia mengalami gagal ginjal kronis tahapan akhir. Aku sedih, sangat sedih akan hal itu. Aku sangat takut Ayahku pergi. Sedari kecil hanya dia yang aku punya, ibuku sudah meninggal bahkan sejak aku masih berumur dua tahun.Pak Tarjo tukang kebun di rumahku mendatangiku yang tengah menangis di depan ruang rawat inap Ayahku. Mungkin karena tak tega melihat keadaanku dia bilang akan menjadi pendonor ginjal untuk Ayahku.Sesaat aku merasa terhipnotis akan kebaikannya, namun itu tak berlangsung lama. Setelah kesembuhan Ayahku aku terkejut mendengar keputusan Ayahku yang ak
"Gimana, apa kamu sudah bisa menghubungi istrimu?" tanya Liam sambil meraih ponsel yang Alan berikan."Orang rumah bilang dia sudah pergi kesini dari sejam yang lalu, tapi sampai sekarang dia belum sampai juga." jawab Alan dengan raut wajah khawatir."Kenapa kamu enggak langsung menghubungi istrimu?" tanya heran Liam sambil terus mengamati kehawatiran di wajah temannya."Nomornya enggak aktif. Tapi aku sudah mengiriminya pesan melalui ponselmu. Nanti kalau ada balasan, tolong kasih tahu aku." ucap Alan. Berulang-ulang dia menoleh kearah jam tangannya, sepuluh menit lagi acara ijab kabul di mulai tapi Irish belum juga memperlihatkan batang hidungnya.Liam ikut berpikir sejenak, dia tahu Irish tipe wanita ceroboh. Takutnya kejadian malam itu terulang, saat wanita itu dengan tidak sengaja telah menyerempet mobilnya.Sesaat kemudian calon ibu mertua Alan mendatangi Alan. Menyuruh Alan bersiap untuk ijab kabul. Alanpun menurut, kemudian pamitan pada Liam.Ijab kabul di mulai. Alan dua kali
"Ayah menyuruhmu mencarikan satu toko untuk Irish. Kamu bisa memanfaatkan keadaan ini untuk lebih bisa dekat dengan wanita itu." ucap Sarah dalam kamar anaknya."Bu, berhenti merencanakan hal jahat. Aku sudah penat menjadi penjilat di keluarga ini. Aku sudah bisa menghasilkan uang sendiri, jadi mulai sekarang aku tidak mau menuruti semua perintah konyol ibu lagi." tolak Yudha sambil mendudukan pant*tnya di atas ranjang."Mau jadi anak durhaka kamu? gajimu yang tak seberapa itu kamu pikir cukup untuk membahagiakan ibu?" Yudha menatap kecewa kearah ibunya. Selama ini dia sudah menjadi anak berbakti untuk ibunya, tapi wanita yang sangat dihormatinya itu sedikitpun tidak tersentuh dengan pengorbanannya."Aku akan mencarikan toko untuk Irish tapi ini aku lakukan atas dasar kemanusiaan bukan bertujuan menyenangkan hati ibu." tegas Yudha. Sarah terlihat sangat geram dengan ucapanya."Yudha sayang, apakah kamu belum paham juga pada tujuan ibu sebenarnya? keserakahan ibu, ambisi ibu menciptak
"Mas, aku dapat kabar yang kurang mengenakan. Aku bingung mau ceritakan ke kamu enggak." ucap Sarah pada suaminya. Suaminya menoleh kearah wanita yang tengah berbaring di sebelahnya."Kabar tentang apa?""Irish dan Alan." jawab singkat Sarah."Memangnya ada apa dengan mereka?" Adit kemudian merubah posisi menjadi duduk dan bersandar di bibir ranjang, begitupun dengan Sarah."Mas janji tidak akan marah pada Alan setelah aku menceritakan semuanya?" tanya Sarah sok peduli pada anak tirinya. Hal yang sebenarnya ia inginkan justru sebaliknya. Dia ingin suaminya membenci anak kandungnya setelah dia menceritakan ketidakharmonisan hubungan Alan dan Irish selama tiga tahun ini."Iya, ceritakan saja apa yang sebenarnya terjadi pada mereka." ucap kemudian Adit."Yudha hari ini cerita padaku, kalau sebenarnya selama ini Irish dan Alan tidak seharmonis apa yang mereka pamerkan."Adit diam dan terus menyimak ucapan istrinya."Sebelum Alan berani membawa Vikha kerumah ini, Yudha memergoki Irish dan
Irish sibuk membuat kue di dapur, dia mencoba resep-resep baru yang nantinya akan dia jual di toko kue yang akan di kelolanya.Beberapa kali ponselnya berdering di kamar, namun dia tidak tahu."Bu Irish, saya mau bantuin ibu saja di toko. Membuat kue enak seperti ini sepertinya menyenangkan." ucap Linda, asisiten rumah tangga di rumah mertua Irish. Usianya memang jauh lebih tua dari Irish, namun entah kenapa Irish sangat nyaman mengobrol dengan wanita itu."Beneran Bibik mau membantuku di toko?" tanya Irish senang."Iya Buk, bener. Saya mau." ucap Linda penuh antusias."Kalau begitu, nanti aku bilang pada Ayah untuk mencari orang lagi menggantikan Bibik mengurus rumah.""Wah, makasih ya Buk. Makasih sudah mau mendengarkan permintaan saya. Kalau saya punya uang nanti, saya akan membangun toko kue juga di kampung.""Iya. Sama-sama. Nanti soal gaji, aku juga bakal tambahin buat Bibik, jadi Bibik bisa banyak-banyak menabung.""Beneran, Buk?" tanya girang Linda, Irish tersenyum sembari men
Pov AlanAku tidak bisa duduk dengan tenang di rumah Vikha. Semua fasilitas dari Ayahku ditariknya termasuk mobil yang dia belikan untukku. Aku memang punya uang tabungan cukup banyak dalam rekening. Tapi mengingat gaya hidup Vikha dan keluarganya, aku tak yakin uangku bisa bertahan lama untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka semua.Pikiranku buntu, harus bagaimana aku sekarang. Seandainya saja aku tak egois menuruti kemauan Vikha untuk terus berada di rumah ini, mungkin Irish tidak akan sampai mempengaruhi Ayahku untuk bertindak sejauh ini.Aku tidak tahu, apa kelebihan Irish sampai-sampai Ayahku tega membuangku demi untuk membelanya. Aku anak kandungnya, namun dia malah memihak orang lain. Bukankah selama ini aku sudah berusaha menjadi anak baik yang selalu menuruti krmauannya? Tapi karena kesalahan kecilku, Ayahku tega membuangku dengan cara seperti ini.Suara pintu kamar terbuka, Vikha datang sambil mengomel. Rambut dan bajunya basah. Make up nya terlihat berantakan. Aku tidak tahu