Pov Putra[Cit, aku butuh uang untuk beli mobil. Nanti datang, ya!]Ku kirimkan satu pesan untuk adikku. Dia yang memang sekarang menjadi simpanan om-om kaya segera membalas pesanku.[Mau mobil apa, Mas? jangan keluar kemana-kemana, bahaya. Biar nanti orang Om Farhan saja yang kirimkan mobil itu padamu.]Aku tersenyum membaca pesan adikku. Awalnya aku sangat kasihan saat mendengar dia di jual pada orang kaya. Namun melihat kebaikan lelaki yang kini mengencaninya, aku sudah tidak terlalu merasa bersalah lagi. Toh, sekarang hidupnya justru menjadi lebih baik, jauh berbeda jika di banding ketika dulu saat dia ikut bersamaku.Kalau saja dari dulu dia mau melakukan ini, mungkin aku tak perlu repot-repot lagi mencari orang kaya palsu seperti Dita yang telah membuat hidupku sekacau ini.Sehari menunggu, Mobil mewah yang ku pesan datang. Seandainya aku bukan buronan, aku sudah berkeliling kota dengan mobil ini. Membawa Abel jalan-jalan tentunya."Mas, jangan buat masalah dulu. Semua orang men
Pov AbelDasar lelaki aneh! Masih muda sudah pikun. Masa dia memberiku ponsel tanpa charger. Sudah berapa lama dua ponsel ini tak ku charger karena aku baru sadar, namun lelaki yang bernama Raja itu memberikannya padaku begitu saja tanpa mengecek terlebih dahulu kondisi baterai. Aku hanya bisa menahan senyum sambil menggeleng-gelengkan kepala karena ulahnya.Kenapa aku diam saja tak protes padanya? Karena aku tahu dia sedang sibuk. Mata pandanya terlihat jelas ketika menjengukku. Aku tak mau kembali merepotkannya hanya karena sebuah charger. Biar kalau ada waktu nanti aku bisa membeli charger sendiri.Dalam kesibukannya, dia masih sempat datang menjengukku dan menjagaku padahal sudah tengah malam. Aku pura-pura tidur saat itu karena tak mau mengganggu waktu istirahatnya. Dia sungguh terlihat kelelahan, dengkuran halus ku dengar dalam tidur lelapnya di atas sebuah kursi di samping ranjangku. Aku hanya bisa berdoa dalam hati, semoga Tuhan membalas kebaikan lelaki tulus ini. Aku sangat b
Pov SisilSaat itu, tak sengaja aku mendengar perbincangan Mas Heru dan Abel di rumah sakit. Terdengar curahan hati Mas Heru ke Abel, rasanya hatiku perih seperti ditusuk oleh ribuan jarum secara bersamaan.Ku ikuti terus perbincangan mereka pada sampai akhirnya aku harus bersembunyi setelah mendengar teriakan Abel yang mengusir Mas Heru. Secinta itukah Mas Heru pada Abel, sampai dia rela di perlakukan sekasar itu oleh Abel?Mas Heru keluar dengan wajah kecewa, aku mengikutinya sampai dia masuk dalam mobil.Akhir-akhir ini diam-diam aku sering mengikuti Mas Heru, itu karena aku belum bisa move on darinya. Aku ingin tahu kemana saja dia dan pergi menemui siapa saja dia. Semua ku lakukan hanya untuk menyenangkan diriku sendiri, tiap melihatnya kembali masuk dalam rumahnya aku baru merasa lega.Seperti hari ini, aku kembali mengikutinya. Namun di luar dugaan aku justru menyaksikan hal yang begitu mengerikan.Mas Heru dan orang-orangnya membakar Putra di dalam sebuah rumah kosong. Dari ja
Pov Author"Sekarang telepon Raja. Minta maaflah padanya dan suruh dia kembali datang kesini untuk makan siang!"Abel melotot, "Aku tidak mau. Masa aku harus sampai melakukan itu." protesnya."Kalau tidak mau, jangan anggap aku teman lagi. Malas aku punya teman tega sepertimu." ancam Sisil pada sahabatnya."Baiklah kalau kamu begitu ngotot pingin aku menelpon lelaki itu. Berikan ponselmu padaku!""Eits! kenapa pakai ponselku. Pakai ponselmu sendiri, dong!" protes Sisil."Gimana aku mau pakai ponselku, chargernya saja baru Raja bawakan. Ponselku mati dari kemarin-kemarin."Sisil menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar cerita sahabatnya."Kamu seorang sarjana, tapi otakmu selalu lamban saat menghadapi masalah-masalah gampang seperti ini. Apa kamu gak punya inisiatif dari kemarin pinjam charger tetangga atau gimana. Pantas saja Raja tak berani menemuimu selama ini, pasti dia pikir kamu sengaja menghindarinya." bebel Sisil, Abel tetap memasang wajah songongnya."Ini ponselnya. Nomor sand
Pov Raja"Cukup, Sil. Aku tak mau mendengarnya lagi. Sudah ku bilang, aku belum mau dekat dengan lelaki manapun. Termasuk Raja."Kata-kata itu terus terngiang ditelingaku saat menyetir menuju ke tempat kerjaku. Patah hati tentu saja ku rasakan, sebelum aku memulai aku sudah di tolak secara tak langsung. Sakit, sungguh terasa sangat sakit.Namun apa aku akan menyerah? jawabannya tentu saja tidak. Disini akulah orang yang bersalah. Aku mulai menyukai Abel bahkan saat dia masih hamil besar dan masih dalam proses perceraian. Sejak awal aku sudah menyiapkan diri untuk hal buruk seperti ini. Aku tidak marah dengan Abel. Aku sama sekali tidak tersinggung dengan ucapannya barusan. Aku hanya perlu sedikit bersabar lagi untuk bisa memenangkan hatinya dan menyembuhkan rasa traumanya.Ketegasan Abel perlu di acungi jempol. Aku justru tidak akan merasa tertantang jika dia langsung menerimaku. Secara dia baru bercerai dan ditinggal mati mantan suaminya, meski kabar ini belum bisa kupastikan kebenar
Pov Dita"Assalamualaikum...!" tiba-tiba terdengar suara maskulin lelaki yang sangat kurindukan kedatangannya."Waalaikumsalam Mas Raja. Kamu tahu aku disini?" tanyaku penuh percaya diri. Baru beberapa menit aku disini, dia sudah datang menjengukku dengan dua bungkus makanan ditangannya. Ah, aku beruntung banget tinggal disini. Mas Raja jadi perhatian begini padaku. Semoga dia selamanya bisa bersikap manis begini padaku.Mas Raja hanya menatapku sekilas, lalu dia mendekat ke arah Mbak Abel. Jadi dia datang bukan untuk menemuiku, melainkan menemui Mbak Abel? sialan!Keduanya terlihat sangat kaku saat bertemu. Apa terjadi sesuatu di antara mereka?"Semarah apapun kamu padaku, kamu tetep wajib jawab salamku." ucap Mas Raja pada Mbak Abel. Benarkah dia Mas Raja yang selama ini ku kenal? kenapa dia tak pernah memperlakulanku semanis itu selama ini?"Walaikumsalam." jawab Mbak Abel tanpa menatap lelaki yang membuatku tergila-gila itu. Jual mahal sekali dia, aku yakin dia hanya sedang berakt
Pov Raja"Raja, awas mobil!"Teriakan Abel membuatku membalikan badanku, ku lihat sebuah mobil audy tepat ada di depanku. Aku tak bisa menghindarinya. Aku melompat ke kap mobil, membiarkan punggung dan sisi tubuhku mengenai bagian mobil terlebih dahulu. Aku terpental dan mobil itu langsung kabur."Raja!" masih sempat kudengar teriakan Abel sambil berlari ke arahku bersamaan dengan tubuhku yang menghantam aspal. Setelah itu, pandanganku mulai gelap. Aku tak sadarkan diri.Entah jam berapa sekarang, aku mulai bisa membuka mataku kembali. Kepala dan lengan kananku sudah diperban. Saat baru tersadar ku lihat disekitarku ada Dokter lelaki yang sedang menanganiku."Syukurlah anda sudah sadar." ucap. Dokter itu."Saya dimana, Dok?" tanyaku, karena ingatanku belum terlalu pulih."Anda di rumah sakit. Anda korban tabrak lari. Seorang perempuan yang membawa anda kesini." aku akhirnya mengingat semua kejadian sebelum aku tak sadarkan diri."Sekarang apa yang anda rasakan? apakah ada sesuatu yang
Pov Sisil[Hallo, Sil. Kamu sudah pulang kerja?]Raja berbicara melalui panggilan telepon.[Baru saja pulang ja, ada apa?] jawabku. Sambil membuka pintu mobil. Kemudian turun untuk segera masuk ke dalam rumah.[Datanglah ke rumah Abel sekarang, ya. Aku sangat butuh bantuanmu!] pintanya.[Siap Ja, aku kesana sekarang juga.] jawabku tanpa basa-basa. Awalnya kupikir dia meminta bantuanku untuk meminta maaf pada Abel. Pagi tadi dia sempat menghubungiku menjelaskan alasan kenapa dia tak datang. Aku bisa memahami alasannya. Tapi untuk Abel yang baru saja terluka, pasti sangat sulit menerima apapun alasan itu.Tring!Sebuah pesan masuk. Ternyata dari Raja. Dia bukan meminta tolong membujuk Abel. Melainkan memintaku untuk menolong Abel mengusir Dita dari rumah Abel.Gila wanita sinting itu. Setelah berhasil merebut suami Abel, dia masih berani menunjukan batang hidungnya di depan wanita yang sudah diambil suaminya. Lebih menjijikan lagi, dia mengemis belas kasiahan wanita yang sudah dijahatin