Pov AlanAku dan Vikha memang sudah menjalin hubungan sejak kami di bangku sekolah, tapi kami berdua tidak pernah melakukan hal di luar batas saat berpacaran. Aku menjaganya betul-betul tanpa pernah berniat merusaknya.Waktu terus berlalu, hubunganku dengan Vikha makin dekat. Orangtua Vikha sudah memberi lampu hijau pada hubungan kami dan aku sangat bersyukur akan hal itu.Hingga suatu ketika hal buruk terjadi pada Ayahku. Dia mengalami gagal ginjal kronis tahapan akhir. Aku sedih, sangat sedih akan hal itu. Aku sangat takut Ayahku pergi. Sedari kecil hanya dia yang aku punya, ibuku sudah meninggal bahkan sejak aku masih berumur dua tahun.Pak Tarjo tukang kebun di rumahku mendatangiku yang tengah menangis di depan ruang rawat inap Ayahku. Mungkin karena tak tega melihat keadaanku dia bilang akan menjadi pendonor ginjal untuk Ayahku.Sesaat aku merasa terhipnotis akan kebaikannya, namun itu tak berlangsung lama. Setelah kesembuhan Ayahku aku terkejut mendengar keputusan Ayahku yang ak
"Gimana, apa kamu sudah bisa menghubungi istrimu?" tanya Liam sambil meraih ponsel yang Alan berikan."Orang rumah bilang dia sudah pergi kesini dari sejam yang lalu, tapi sampai sekarang dia belum sampai juga." jawab Alan dengan raut wajah khawatir."Kenapa kamu enggak langsung menghubungi istrimu?" tanya heran Liam sambil terus mengamati kehawatiran di wajah temannya."Nomornya enggak aktif. Tapi aku sudah mengiriminya pesan melalui ponselmu. Nanti kalau ada balasan, tolong kasih tahu aku." ucap Alan. Berulang-ulang dia menoleh kearah jam tangannya, sepuluh menit lagi acara ijab kabul di mulai tapi Irish belum juga memperlihatkan batang hidungnya.Liam ikut berpikir sejenak, dia tahu Irish tipe wanita ceroboh. Takutnya kejadian malam itu terulang, saat wanita itu dengan tidak sengaja telah menyerempet mobilnya.Sesaat kemudian calon ibu mertua Alan mendatangi Alan. Menyuruh Alan bersiap untuk ijab kabul. Alanpun menurut, kemudian pamitan pada Liam.Ijab kabul di mulai. Alan dua kali
"Ayah menyuruhmu mencarikan satu toko untuk Irish. Kamu bisa memanfaatkan keadaan ini untuk lebih bisa dekat dengan wanita itu." ucap Sarah dalam kamar anaknya."Bu, berhenti merencanakan hal jahat. Aku sudah penat menjadi penjilat di keluarga ini. Aku sudah bisa menghasilkan uang sendiri, jadi mulai sekarang aku tidak mau menuruti semua perintah konyol ibu lagi." tolak Yudha sambil mendudukan pant*tnya di atas ranjang."Mau jadi anak durhaka kamu? gajimu yang tak seberapa itu kamu pikir cukup untuk membahagiakan ibu?" Yudha menatap kecewa kearah ibunya. Selama ini dia sudah menjadi anak berbakti untuk ibunya, tapi wanita yang sangat dihormatinya itu sedikitpun tidak tersentuh dengan pengorbanannya."Aku akan mencarikan toko untuk Irish tapi ini aku lakukan atas dasar kemanusiaan bukan bertujuan menyenangkan hati ibu." tegas Yudha. Sarah terlihat sangat geram dengan ucapanya."Yudha sayang, apakah kamu belum paham juga pada tujuan ibu sebenarnya? keserakahan ibu, ambisi ibu menciptak
"Mas, aku dapat kabar yang kurang mengenakan. Aku bingung mau ceritakan ke kamu enggak." ucap Sarah pada suaminya. Suaminya menoleh kearah wanita yang tengah berbaring di sebelahnya."Kabar tentang apa?""Irish dan Alan." jawab singkat Sarah."Memangnya ada apa dengan mereka?" Adit kemudian merubah posisi menjadi duduk dan bersandar di bibir ranjang, begitupun dengan Sarah."Mas janji tidak akan marah pada Alan setelah aku menceritakan semuanya?" tanya Sarah sok peduli pada anak tirinya. Hal yang sebenarnya ia inginkan justru sebaliknya. Dia ingin suaminya membenci anak kandungnya setelah dia menceritakan ketidakharmonisan hubungan Alan dan Irish selama tiga tahun ini."Iya, ceritakan saja apa yang sebenarnya terjadi pada mereka." ucap kemudian Adit."Yudha hari ini cerita padaku, kalau sebenarnya selama ini Irish dan Alan tidak seharmonis apa yang mereka pamerkan."Adit diam dan terus menyimak ucapan istrinya."Sebelum Alan berani membawa Vikha kerumah ini, Yudha memergoki Irish dan
Irish sibuk membuat kue di dapur, dia mencoba resep-resep baru yang nantinya akan dia jual di toko kue yang akan di kelolanya.Beberapa kali ponselnya berdering di kamar, namun dia tidak tahu."Bu Irish, saya mau bantuin ibu saja di toko. Membuat kue enak seperti ini sepertinya menyenangkan." ucap Linda, asisiten rumah tangga di rumah mertua Irish. Usianya memang jauh lebih tua dari Irish, namun entah kenapa Irish sangat nyaman mengobrol dengan wanita itu."Beneran Bibik mau membantuku di toko?" tanya Irish senang."Iya Buk, bener. Saya mau." ucap Linda penuh antusias."Kalau begitu, nanti aku bilang pada Ayah untuk mencari orang lagi menggantikan Bibik mengurus rumah.""Wah, makasih ya Buk. Makasih sudah mau mendengarkan permintaan saya. Kalau saya punya uang nanti, saya akan membangun toko kue juga di kampung.""Iya. Sama-sama. Nanti soal gaji, aku juga bakal tambahin buat Bibik, jadi Bibik bisa banyak-banyak menabung.""Beneran, Buk?" tanya girang Linda, Irish tersenyum sembari men
Pov AlanAku tidak bisa duduk dengan tenang di rumah Vikha. Semua fasilitas dari Ayahku ditariknya termasuk mobil yang dia belikan untukku. Aku memang punya uang tabungan cukup banyak dalam rekening. Tapi mengingat gaya hidup Vikha dan keluarganya, aku tak yakin uangku bisa bertahan lama untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka semua.Pikiranku buntu, harus bagaimana aku sekarang. Seandainya saja aku tak egois menuruti kemauan Vikha untuk terus berada di rumah ini, mungkin Irish tidak akan sampai mempengaruhi Ayahku untuk bertindak sejauh ini.Aku tidak tahu, apa kelebihan Irish sampai-sampai Ayahku tega membuangku demi untuk membelanya. Aku anak kandungnya, namun dia malah memihak orang lain. Bukankah selama ini aku sudah berusaha menjadi anak baik yang selalu menuruti krmauannya? Tapi karena kesalahan kecilku, Ayahku tega membuangku dengan cara seperti ini.Suara pintu kamar terbuka, Vikha datang sambil mengomel. Rambut dan bajunya basah. Make up nya terlihat berantakan. Aku tidak tahu
"Lan, kamu kenapa?" tanya Liam yang melihat temannya terdiam, sibuk dengan pikirannya sendiri."Enggak apa-apa." jawab Alan saat tersadar dari lamunannya."Kamu bilang butuh bantuanku. Apa yang bisa aku bantu untukmu?"Ragu Alan memjawab, dia menenangkan hatinya sejenak. Menepis segala gengsi yang sempat singgah. Demi Vikha dia akan melakukan apapun untuk bisa melanjutkan hidup. Meski dia bukan seorang bos lagi, setidaknya dia akan terus berusaha keras menghasilkan uang banyak demi membahagiakan Vikha dan keluarganya."Aku butuh pekerjaan yang layak, apa di kantormu ada jawatan kosong yang sesuai dengan kemampuanku?"Liam mengernyit, sedikit terkejut dengan ucapan sahabatnya."Apa aku enggak salah dengar? pabrikmu masih dalam keadaan baik-baik saja kan?"Ya, memang pabrik dalam keadaan baik-baik saja. Namun karena aku sedang ada masalah dengan Ayahku, dia menyuruhku berhenti dulu."Liam mengamati wajah Liam yang penuh kesedihan dan tekanan. Tak mau banyak bertanya dia memilih untuk la
Pov IrishMenangis, memaafkan dan mencoba iklas itu sekarang yang sedang aku lakukan. Aku sadar selama ini hanya membuang waktu saja, berharap pada seseorang yang tidak bisa di harapkan sungguh membuatku terlihat amat menyedihkan.Dari awal, harusnya aku tidak memaksakan diri untuk bertahan. Dari awal harusnya aku membiarkan dua orang yang saling mencintai itu hidup bahagia. Betapa hitamnya hatiku ketika aku justru menyalahkan orang lain yang justru kebahagiaannya sudah aku rampas.Tidak aku pungkiri, aku merasa sangat sakit hati karena perlakuan Mas Alan selama ini. Sikap dinginnya, sikap juteknya dan sikap kasarnya terhadapku selalu saja membuatku merasa bersedih. Apa lagi dengan mendatangkan kembali Vikha dalam pernikahan kami, rasanya sungguh membuatku benar-benar terluka. Setelah aku memikirkan lagi, tidak seharusnya aku sakit hati. Mas Alan adalah seorang lelaki yang tengah berusaha menjaga hatinya untuk seseorang yang memang di cintainya. Dia tidak salah, justru setelah aku men