Home / Romansa / Suami Pengawal Nona Muda / Bab 2. Pernikahan Paksa

Share

Bab 2. Pernikahan Paksa

last update Last Updated: 2024-02-06 11:50:00

“Berbahagialah, Kak. Ini kan hari pernikahanmu.”

Gemilau Maharani yang sedang mematut diri di hadapan cermin terkejut kala mendengar suara lembut dari adiknya, Tiara Maharani.

“Hari bahagia, katamu?” Gemi melirik sinis ke arah sang adik. “Ini adalah hari terburuk sepanjang sejarah hidupku!”

Pada akhirnya, pernikahan antara dia dan Nakula tetap digelar. Alih-alih bahagia, dia justru merasa marah dan sedih atas paksaan orangtuanya yang mendesaknya untuk menikahi Nakula.

“Aku mengerti, Kakak mungkin malu mengakui kalau Kakak jatuh cinta pada pengawal sendiri.” Tiara menjulurkan jemarinya ke arah Gemi dan mencengkeram bahu kakaknya yang sedang mematut diri di hadapan cermin rias. “Tapi, Kakak harus tetap bersyukur, karena pria yang Kakak nikahi adalah Nakula. Dia tampan dan pandai bertarung.”

Senyum palsu, Gemi tahu adiknya tersenyum karena merasa senang dengan kejatuhannya. Siapa yang tidak senang melihat saingan satu-satunya didepak keluar dari rumah? Tidak lama lagi bisnis keluarganya akan jatuh ke tangan Tiara alih-alih Gemi, dan itu merupakan kekalahan terbesarnya!

Adik tirinya dari pihak ibu, yang tidak ada hubungan darah setetes pun dengan Gemi, harus mewarisi salah satu bisnis terbesar keluarga Maharani? Gemi rasanya ingin menghancurkan seisi dunia ini untuk menggagalkan rencana itu.

Gemi bisa merasakan adiknya menyalurkan rasa puas atas kemenangannya. Sontak saja, amarahnya kembali merangkak naik, membuat dia menepis tangan Tiara.

Adiknya terlihat terkejut, tetapi beruntung seorang staf yang mengurus pernikahan membuka kamar rias dan berkata, “Nona Gemi, silakan keluar sekarang. Acara resepsi sudah dimulai.”

***

Acara resepsi pernikahan dilaksanakan dengan amat sederhana di sebuah hotel megah nomor satu di Surabaya. Hanya dihadiri oleh kerabat dekat saja. Tidak ada media atau jurnalis haus berita yang datang untuk mengulas momen ini, lantaran orangtua Gemi ingin menghindari adanya berita simpang-siur yang berpotensi menimbulkan sensasi publik.

Gemi menatap panggung tempatnya duduk bersama Nakula. Dari kejauhan, dia dapat melihat pria itu menunggunya, didampingi oleh seorang wanita.

Nakula begitu tampan dan mempesona, bagaikan prajurit langit yang turun ke bumi untuk menjemput kekasihnya. Saat Gemi melangkah maju, semua mata memandangnya, seolah tersihir dengan kecantikan Gemi.

Mereka bergandengan tangan di tengah panggung. Nakula tersenyum lebar, sementara Gemi tetap memasang wajah datar.

“Tersenyumlah, Nona.” Suara Nakula terdengar begitu dalam dan berat, membuat Gemi merinding sebab ini pertama kalinya dia berhadapan sedekat ini dengan pengawalnya sendiri. Terlebih ini Nakula Yudistira, pengawal paling muda yang ketampanannya selalu menjadi buah gosip di kalangan para pelayan perempuan.

“Cukup kamu yang tersenyum. Nggak usah pedulikan aku,” balas Gemi, enggan menatap wajah suaminya.

“Nona adalah istri saya sekarang, jadi sudah seharusnya saya peduli dengan Nona.”

Gemi menatap Nakula, dan tanpa sadar pipinya memerah karena melihat betapa dekat dirinya dengan wajah pria ini. Mata Nakula serupa gurun di padang pasir—cokelat terang yang mengagumkan. Gemi harus mengingatkan dirinya untuk tidak terhisap di pasir itu.

“Selamanya, aku enggak akan menerimamu sebagai suami.” Gemi berkata tegas, berusaha meredam jauh-jauh gejolak liar yang tumbuh di perutnya. Dia tidak akan mudah terpesona dengan orang ini.

“Benarkah?” Nakula menggenggam tangan Gemi, lalu menarik gadis itu agar merapat padanya. Tindakan itu secara otomatis membuat seluruh tamu di ruangan bersorak kecil.

“A-apa yang kamu lakukan?” Gemi mencicit panik.

“Kalau Nona terus menerus berwajah masam dan menjaga jarak dengan saya, orang-orang di tempat ini akan mencium kecurigaan dari pernikahan kita.” Bibir Nakula bergerak samar. Orang lain mungkin melihat dia hanya tersenyum. “Mereka bisa tahu bahwa Nona sengaja menikah dengan saya untuk menghindari gosip yang lebih parah. Memang Nona mau menciptakan skandal yang lebih besar?”

“Lalu—apa maksud—”

Namun Gemi tidak sempat menyuarakan pertanyaannya sebab Nakula tahu-tahu menunduk, mendekatkan wajahnya pada Gemi.

Pria itu berbisik selirih embusan angin, “Mari beri mereka tontonan yang menarik.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Pengawal Nona Muda   Bab 36. Telepon Mengejutkan

    “Nakula, biar kukatakan sekali lagi padamu,” sang abang melangkah mendekati Nakula sehingga jarak yang terpaut di antara mereka hanya beberapa sentimeter saja. “Kalau kamu enggak sanggup membunuh istrimu, biar aku atau Ayah kita yang turun tangan.”“Jangan,” Nakula merasakan suaranya agak gemetar. Dia memberanikan diri menatap sang abang. “A-aku sanggup. Biarkan aku yang mengambil tugas ini.”Lalu jemari tangan Dirga menyentuh dagu Nakula. “Adikku yang patuh, sejak dulu kamu tahu apa tugasmu berada di rumah menteri itu. Kamu bukan bekerja di sana untuk Gemi, kamu bekerja di sana untuk keluarga kita. Saat waktunya tepat, kamu harus turun tangan sendiri untuk berperang.”Nakula mengangguk. “Katakan padaku, Nakula,” kata Dirga. “Apa selama ini kamu benar-benar menyimpan rasa terhadap Gemi?”Nakula diam saja, dan Dirga meringis tipis. “Jadi rupanya benar apa yang dikhawatirkan Ayah selama ini.”“Apa maksudnya?”“Ayah kita sejak lama sudah menaruh curiga padamu. Dia takut kamu berkhianat

  • Suami Pengawal Nona Muda   Bab 35. Kedatangan sang Abang

    Sekitar satu minggu kemudian, keadaan di kediaman Nakula mereda. Tidak ada lagi tangisan Gemi yang menuntut keadilan kepada ayahnya, atau masalah-masalah berarti yang membuat sepasang suami-istri ini pusing. Nakula telah menjalani sidang perihal serangan yang dia dapat dari orang asing tempo lalu, dan hasil akhirnya menyatakan bahwa dirinya tidak bersalah. Sementara sang penjahat yang sempat koma kini harus mendekam di penjara selama beberapa bulan setelah bersaksi bahwa dia mabuk. “Bukan hukuman yang kita harapkan, tapi seenggaknya hal ini akan membuat penjahat itu jera,” kata Gemi sambil sesekali mengiris daging panggang dalam piringnya. Dia menatap Nakula yang terdiam di kursi makan. “Nakula, kamu dengar pendapatku barusan, kan?”“Ya,” Nakula mengangguk. “Tapi tetap saja… ada yang ganjil dari pernyataan orang itu. Aku sendiri yakin bahwa dia enggak sepenuhnya mabuk.”“Kenapa kamu yakin?”“Karena dia memukulku dengan gerakan terkoordinir. Rasanya seperti terlatih dan terbiasa memuk

  • Suami Pengawal Nona Muda   Bab 34. Diusir dari Rumah

    Nakula membaca dokumen itu baik-baik. Ada yang janggal dari jumlah pesanan dan tujuannya. 50 kotak ikan? Bila tidak salah… Nakula pernah mendengar abang sulungnya berkata hal ini. Ikan adalah kode untuk penyebutan senjata di dunia mafia. “Gemi, sedang apa kamu?” Suara itu tiba-tiba membuat Nakula dan Gemi sama-sama tersentak. Mereka menatap ambang pintu yang kini dihalangi oleh tubuh ayah Gemi. Wajah pria itu menatap keduanya dengan curiga. “A-ah, Ayah sudah pulang?” Gemi secara anggun langsung menyelipkan dokumen itu ke lantai, di balik meja kerja. Lalu di saat bersamaan gadis itu mengajak ayahnya mengobrol. “Saya sedang mencari dokumen rumah yang dulu katanya Ayah janjikan. Tapi saya tidak menemukannya….”Nakula menatap Gemi penuh tanda tanya. Dokumen rumah? “Ah, rumah itu.” Ayah maju dari ambang pintu dan memasang tampang canggung, seolah pembahasan ini melucuti kehormatannya. “Begini, rumah yang dulu Ayah janjikan, sebenarnya sudah diurus sebagian oleh orang suruhan Ayah. Renc

  • Suami Pengawal Nona Muda   Bab 33. Menyelidiki Rahasia Ayah

    “Gemi, kamu serius mau melakukan ini?” Di dalam mobil yang sedang berjalan, Nakula bertanya resah kepada istrinya. “Sudah ratusan kali kamu bertanya hal yang sama padaku. Kamu mau kupukul kali ini, ya?”Nakula mendesau napas, kemudian membelokkan mobilnya di jalanan lenggang perkotaan. Mereka memasuki kawasan elite perumahan Gemi, lalu berhenti di depan sebuah gerbang rumah tinggi yang tertutup. Seorang satpam datang dari bilik jaga dan langsung membuka gerbangnya. “Halo, Pak,” Gemi menyapa Pak Emir dengan ramah. Namun anehnya yang disapa tampak gelisah dan pucat. “No-nona Gemi… ternyata Anda datang kemari.”Gemi mengerutkan kening karena menangkap keanehan ini. “Loh, kenapa? Ini kan masih rumah saya. Saya mau ketemu Ayah di dalam. Beliau ada, kan?”“Uh, itu… Tuan sedang ada proyek sosial mengunjungi desa-desa di kawasan barat. Di rumah hanya ada Nyonya dan Nona Tiara.”Raut Gemi berubah masam. Dia benci untuk bertemu dua tikus selokan itu. Namun, tujuannya datang kemari memiliki m

  • Suami Pengawal Nona Muda   Bab 32. Menenangkan Hati

    “Gemi, apa yang kamu lakukan di sini?”Pertanyaan Nakula membuat Gemi yang sedang duduk di bangku taman rumah sakit menoleh. Gadis itu membuang napas dan membiarkan Nakula duduk di sampingnya. Dia berkata lembut, “Maaf karena aku lari tiba-tiba.”“Bukan salahmu. Pria itu memang pantas dihajar,” kata Nakula, lalu mengetatkan rahang menahan rasa jengkel. Tidak menunggu lama setelah Gemi berlari keluar dari ruang rawat tadi, Nakula langsung meninju rahang Rajendra tanpa ampun. Untung saja Pak Wiraya segera melerainya. Kalau tidak, mungkin Rajendra akan koma lagi dan tidak bisa dimintai keterangan. “Aku takut waktu dia mengatakan hal itu,” kata Gemi lirih. “Aku mengingat bagaimana sorot matanya ketika dia hendak meraihku di dalam mobil saat itu. Mengerikan sekali… Aku takut membayangkan apa yang terjadi bila dia sempat menyentuhku.”Nakula meremas tangan Gemi dengan lembut. “Gemi,” katanya sambil menatap mata Gemi lurus-lurus. “Pegang janjiku. Aku enggak akan membiarkanmu disentuh laki-l

  • Suami Pengawal Nona Muda   Bab 31. Musuh yang Terbangun

    Setelah mendengar orang di baliknya berkata sesuatu, Nakula mematikan sambungan telepon. Dia terpaku sebentar dan menatap meja dengan tatapan kosong, tidak memedulikan Gemi yang berseru-seru memanggilnya. “Nakula!” Gemi akhirnya mengguncang pundak Nakula hingga pria itu sadar. “Ah, maaf, Gemi,” kata Nakula, lalu memasukkan ponsel kembali ke sakunya. “Itu tadi telepon dari pihak rumah sakit. Orang yang waktu itu kupukuli sudah sadar dari koma. Dokter memanggilku untuk memastikan apakah aku bersedia menemuinya bersama polisi.”“Benarkah? Kalau begitu kita harus ke sana sekarang!” Gemi langsung bangkit dari meja makan sambil membelalak terkejut. Nakula mengangguk. “Aku akan kirim pesan ke Pak Wira untuk datang ke sana juga.” Pak Wira adalah kepala salah satu divisi di Polda yang bertugas menyelidiki kasus Nakula. Setelah itu, mereka berdua menaiki mobil untuk pergi ke rumah sakit. Sebelumnya mereka memastikan telah mengantar Clara kembali ke Pelita Kasih. Anak perempuan itu melambaik

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status