Beranda / Romansa / Suami Pengawal Nona Muda / Bab 1. Headline Menggemparkan

Share

Suami Pengawal Nona Muda
Suami Pengawal Nona Muda
Penulis: Dien Madaharsa

Bab 1. Headline Menggemparkan

Penulis: Dien Madaharsa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-06 11:46:19

“Cepat katakan yang sejujurnya, Nakula. Atau aku akan berteriak sekarang juga supaya semua orang di hotel ini datang dan menghajarmu!”

Gemi menatap sosok di hadapannya sambil mengepalkan tangan. Rahangnya mengeras, dan seluruh wajahnya memerah.

Dia sama sekali tidak menyangka hal pertama yang dilihatnya ketika terbangun pagi ini adalah wajah seorang pengawal yang sudah mengabdi di keluarganya selama tujuh tahun; Nakula Yudistira. Selama ini Nakula selalu mengikuti Gemi ke mana pun bagaikan anjing penjaga yang siap melempar gigitan bila ada ancaman. Dia adalah pria yang setia dan loyal.

Nakula yang duduk di sisi ranjang sebelahnya, menatap Gemi dengan raut tidak terbaca. Ada pancaran kebingungan yang tampak di matanya, tetapi selebihnya dia terampil menyembunyikan emosi.

"Saya bersumpah tidak tahu apa yang terjadi, Nona. Saat saya bangun pagi ini, saya sudah ada di ranjang yang sama dengan Anda.” Suaranya bahkan menunjukkan ketenangan.

Namun kata-kata Nakula hanya membuat Gemi semakin marah. Gadis itu bangkit dari tepi ranjang dan langsung memeriksa seluruh pakaiannya. Lengkap. Tidak ada yang dilucuti paksa. Dia menatap bayangannya sendiri di cermin rias dan agak terkejut melihat betapa berantakan rambutnya.

Gemi memprotes, “Aku yakin kamu melecehkanku semalam.”

“Pelecehan?" Nakula tiba-tiba berdiri dari kasur dan tampak menjulang di hadapan Gemi. Ekspresinya menggelap beberapa tingkat. "Jaga ucapan Anda, Nona.”

Gemi menelan ludah gugup ketika melihat betapa carut marut ranjang hotel yang ada di hadapannya ini. Bantalnya terlempar ke lantai, selimut dan seprainya tidak berbentuk.

Apa yang terjadi semalam? Gemi sama sekali tidak ingat, dan fakta ini menyerangnya bagai godam.

Lantas dia mencari dengan gelisah tanda-tanda apa pun di kasur yang menunjukkan bukti adanya pelecehan—percikan darah, atau selimut yang basah. Akan tetapi dia tidak menemukannya. Dia masih perawan, Gemi yakin itu.

Namun, Gemi yakin … sesuatu telah terjadi di antara dia dan pengawalnya.

“Kalau enggak, kenapa aku tiba-tiba terbangun di ranjang ini? Kamu pasti membiusku, bukan? Kamu membuatku enggak sadarkan diri dan menggotongku kemari.”

“Anda tahu karier dan nyawa saya terancam bila saya berbuat kesalahan, lantas untuk apa saya menggali lubang kubur sendiri dengan meniduri Anda?”

“Bisa aja kamu dalam keadaan mabuk semalam!” Mata Gemi memicing.

“Saya bahkan belum pernah mencicipi alkohol barang setetes saja.” Lalu Nakula sedikit merentangkan tangan di kedua sisi tubuh agar Gemi ikut memperhatikannya baik-baik. “Bagaimana mungkin orang yang sebelumnya mabuk bisa berdiri dengan keadaan sadar sepenuhnya seperti ini?”

Gadis itu melengos dengan malu. Dia tahu kata-kata Nakula benar, tetapi dia masih merasa diliputi amarah dan kebingungan yang tidak jelas.

“Jadi, kamu pun tidak tahu apa yang terjadi semalam?” Gemi bertanya ragu.

“Kalau saya tahu, saya tidak akan terkejut ketika Anda membangunkan saya dengan cara menampar pipi saya keras-keras.”

Gemi melirik pipi kiri Nakula yang tampak memerah. Memang gadis itu yang menamparnya, tetapi itu karena Gemi terlalu panik dan bingung. Rasanya dia ingin minta maaf kepada Nakula, sayangnya gengsinya terlalu tinggi.

“Kalau di antara kita enggak ada yang ingat, lantas siapa yang membawa kita kemari?” Gemi bertanya agak putus asa.

“Siapa pun itu, saya bersumpah akan mencari tahu siapa dalangnya.”

Gemi mengangguk, kemudian gadis itu berberes dan mengepak barang-barangnya untuk segera pulang. Setelah diperiksa, tidak ada dari miliknya yang hilang. Gemi mengecek ponselnya yang sejak tadi bergetar tanda ada pesan yang terus-menerus masuk.

Gadis itu membuka salah satu pesan yang berisi tautan ke portal berita nasional. Dia mengeklik tautan itu.

Gemi merasakan jantungnya berdebar dan tangannya gemetar begitu portal berita itu terbuka. Judul headline, ditambah beberapa lembar foto dirinya dan Nakula yang sedang tertidur dalam pose saling memeluk dan mencium.

HEADLINE NEWS:

PUTRI SEORANG MENTERI DIDUGA BERZINA DI HOTEL BERSAMA SEORANG PRIA TIDAK DIKENAL.

***

Plak!

Wajah Gemi terlempar ke samping karena tamparan keras ayahnya. Gadis itu menggigit bibir menahan sakit, berusaha bersikap tenang.

“Gadis bodoh. Tahukah kamu betapa besar masalah yang sudah kamu buat?” Sang ayah melotot pada putrinya yang hanya tertunduk membisu. Pria itu menuding jendela besar di ruang kantor rumahnya dan melanjutkan, “Buka matamu dan lihat para wartawan yang menunggu di bawah. Kamu sudah mempermalukan keluarga kita dengan kelakuanmu yang menjijikkan itu!”

“Ayah, sudah saya katakan sebelumnya. Saya nggak melakukan apa-apa dengan Nakula. Berita yang Ayah lihat di media itu salah.”

“KALAU BEGITU JELASKAN FOTO-FOTO INI!” Ayah menggebrak meja dengan keras, menunjukkan kepada Gemi deretan foto-fotonya bersama Nakula yang tampak dari jendela hotel.

Sang ibu tiri yang berdiri mendampingi ayahnya menyahut, "Kamu masih mau membantah bahwa semalam kamu tidak melakukan hal terlarang bersama pengawalmu itu? Kamu mau bilang foto ini hasil edit?”

“Foto itu… foto itu memang saya dan Nakula,” kata Gemi lirih. “Tapi, kami tidak melakukan apa pun, kami hanya—"

“Lihat. Kamu bahkan sudah mengakui kalau foto ini asli, bukan?" Ibu tahu-tahu memotong sinis.

Gemi tersudut. Bahkan untuk sekadar menjawab saja tidak ada artinya. Situasi sama sekali tidak berpihak kepadanya.

“Dengarkan dulu, Bu. Kami ini dijeb—”

"Sepasang laki-laki dan perempuan yang berduaan di dalam kamar tidak mungkin tidak melakukan sesuatu!" Ibunya yang tidak mau mendengarkan terus-menerus menyiram garam di luka Gemi.

Sementara Gemi hanya menggertakkan rahang sambil mengepalkan tangan. Dia pun berpaling pada ayahnya, akan tetapi sang ayah sudah terlalu marah sehingga tidak bisa diinterupsi.

“Simpan penjelasanmu,” Ayahnya enggan menatap mata Gemi dan berpaling menghadap jendela besar. Lalu kata demi kata itu meluncur tegas; “Menikahlah dengan Nakula, dan pergilah dari rumah ini.”

“Apa?” Gemi menatap ngeri. “Kenapa saya harus menikah dengan pengawal itu?”

“Bertanggung jawablah dengan keteledoran yang telah kamu perbuat bersama Nakula.” Ayahnya berkata dengan suara tenang, tetapi sarat akan amarah. “Hanya itu satu-satunya cara. Pergi dari rumah ini, lalu jalani kehidupan pernikahanmu sendiri. Pastikan media melihatmu mengambil keputusan itu sendiri.”

“Tapi … bagaimana dengan… bagaimana…” Gemi seketika gagap karena mandat mendadak ini. Dia mengontrol lanju napasnya dan berkata pelan, “Bukannya tiga bulan lagi kalian menjanjikan kepada saya bahwa saya akan mengambil alih restoran keluarga milik kita? Kalau saya menikah dan pergi dari rumah, siapa yang akan mengurus bisnis itu?”

“Kamu tidak usah khawatir. Hak warismu akan kami alihkan untuk adikmu." Ibu berkata tegas.

Deg! Rasanya jantung Gemi dihunus sebilah tombak. Dia tidak kuasa menahan air matanya.

“MANA MUNGKIN SAYA RELA MELEPASKAN BISNIS ITU UNTUK ADIK? RESTORAN ITU SUDAH MENJADI IMPIAN SAYA SEJAK DULU!” Gemi menjerit protes, hancur lebur di atas semua keputusan mendadak ini.

Namun Ayah tetap menjawab bentakan itu dengan kalem, “Kami tidak mungkin memberikan bisnis kuliner keluarga kepada orang yang telah mengotori statusnya sendiri dengan tidur bersama pria asing.”

Gemi langsung berpegangan pada punggung sofa seolah hendak ambruk. Tidak tahan dengan semua cercaan ini, gadis itu menangis.

Sebelum sampai di rumah ini, dia telah digeruduk oleh para awak media dan tidak sedikit yang melontarkan cacian atau hinaan kepadanya. Gemi pikir kedua orang tuanya bisa meredam situasi, karena selama ini mereka selalu memiliki banyak akal untuk memperbaiki masalah. Akan tetapi, mereka justru memaksanya menikah dengan Nakula Yudistira.

Pengawal pribadinya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suami Pengawal Nona Muda   Bab 61. Dua Musuh Sebenarnya

    “Nakula, kamu sudah bangun?” Gemi baru saja masuk ke ruang rawat dan terkejut saat melihat Nakula tengah menggeledah laci nakas. Pria itu terlihat gelisah. Gemi mendekap tasnya dengan baik di pundak. “Ya, saya bangun dan kamu tidak ada di mana pun,” kata Nakula, kemudian dia menatap Gemi lebih lama daripada biasanya. “Gemi, kamu mengambil amplop cokelat yang dikirim oleh Dirga untukku?” “Itu….” Gemi tidak punya alasan untuk mengelak. Jadi, dia mengakuinya. “Betul, aku yang mengambilnya.” “Kamu membacanya?” Gemi mengangguk. Nakula menarik napas dalam-dalam seolah menahan frustrasi. “Kenapa, Gemi? Kamu berjanji pada saya tidak akan menyentuh amplop itu. Sekarang kamu melanggar kesepakatannya? Apa yang mau coba kamu temukan?” “Nakula, dengar, aku sudah tahu siapa yang menjebak kita di kamar hotel saat itu.” Gemi mengalihkan pembicaraan dengan cepat. Nakula mengernyitkan kening. “Hah, siapa menurutmu?” “Ayahku sudah mengakui perbuatannya.” Kemudian Gemi menceritaka

  • Suami Pengawal Nona Muda   Bab 60. Semuanya Terungkap

    Pagi pukul 09.39. Setelah memastikan Nakula meminum obatnya dan tidur, Gemi menyelinap keluar dari kamar rawat diam-diam, menuju kantin rumah sakit yang masih sepi. Kemarin, mulanya Gemi meminta sang ayah untuk bertemu di yayasan tempatnya bekerja, tetapi Gemi sadar tempat itu kurang baik. Ada banyak mata-mata Nakula di sana, dan Gemi tidak mau mereka memberitahu kepada Nakula tentang pertemuan rahasia ini. Jadi, Gemi mengganti tempat pertemuannya di kantin rumah sakit. Dia menengok jam di layar ponsel, terpikir akan menelepon saja ayahnya, ketika mendadak terdengar bunyi langkah mendekat. Saat Gemi mendongak, wajah sang ayah menyambutnya. “Ayah?”“Gemi, rindu sekali Ayah padamu, Nak.” Ayahnya langsung memeluk Gemi erat. Gemi merasa kikuk dan kaku. Sudah bertahun-tahun dia tidak merasakan dekapan dari sang ayah. Wanita itu tentu rindu, tetapi di saat bersamaan juga sedih dan bingung. Mengapa sang ayah tiba-tiba berubah menjadi baik? Apa yang dia sembunyikan? “Langsung saja, Ayah

  • Suami Pengawal Nona Muda   Bab 59. Kupu-Kupu Lilith

    Sudah berlalu bertahun-tahun sejak Gemi terakhir mendengar ayahnya meminta maaf. Malam itu, pengakuan tulus sang ayah membuat Gemi diserang rasa rindu bertubi. Sebenarnya apa yang terjadi selama ini? Pada waktu Gemi terperangkap tidur di hotel bersama Nakula, ayahnya marah besar sehingga mengusir Gemi dari rumah. Gemi pikir sejak saat itu ayahnya tidak memedulikannya lagi. Tapi sekarang? Mengapa sang ayah kembali baik kepadanya? Ah, sudahkah. Jangan berpikir berat dulu, Gemi meyakinkan diri. Kemudian dia beralih pada sesuatu yang hendak diselidikinya. Di hadapan Gemi, terpampang sebuah layar komputer yang sedang menyala. Beberapa menit lalu Gemi akhirnya kembali ke rumah Nakula untuk memeriksa sendiri laporan barang bukti dari Dirga. Setelah segalanya siap, Gemi memasukkan kepala USB pada port yang kosong, kemudian mendapati jendela baru berkedip di layar. Ketika dibuka, isinya adalah folder-folder berisi foto. Jantung Gemi berdegup kencang. Sekarang sudah tidak ada jalan kembali.

  • Suami Pengawal Nona Muda   Bab 58. Panggilan Dari Ayah

    Pukul 20.12. Gemi duduk di sofa kamar rawat Nakula sambil menatap suaminya yang sudah tertidur setelah meminum obat. Dengan gerakan pelan, Gemi merogoh sesuatu di tasnya untuk mengeluarkan amplop berisi foto-foto pemberian pria dengan luka di wajah kemarin. Wanita itu kembali menatap selembar foto yang menunjukkan interaksi antara Dirga dan Rajendra. Sejak kemarin, benaknya gatal untuk memberitahu Nakula, tetapi dia selalu menahan diri, setidaknya sampai suaminya itu sembuh. Dilingkupi penasaran yang semakin meradang, Gemi teringat dengan amplop cokelat berisi laporan penyelidikan Dirga, yang tadi pagi dia berikan kepada Nakula. Gemi sudah bilang pada Nakula bahwa dia tidak akan menyentuh amplop itu, tetapi… hatinya tetap tidak tenang. Bagaimana bila di amplop itu, Dirga menyembunyikan sesuatu yang penting? Menelan ludah gugup, Gemi berdiri dari sofa dan perlahan-lahan menghampiri nakas di dekat ranjang. Nakula masih tertidur pulas, jadi Gemi menarik lacinya hingga terbuka, mengore

  • Suami Pengawal Nona Muda   Bab 57. Ciuman Tulus

    “Nakula, gimana perasaaanmu?” Gemi bertanya pelan ketika Nakula akhirnya terbangun pagi itu. Masih tampak pucat, dan linglung. Sang abang berdiri di belakangnya tanpa mengatakan apa-apa. “Gemi,” Nakula menyentuh tangan Gemi yang tertangkup di pipinya. “Kamu nggak luka, kan?”“Harusnya kamu tanya itu ke dirimu sendiri.” Gemi tersenyum lemah. “Aku baik-baik aja. Kamu menyelamatkanku lagi kemarin.”“Apa pria itu sudah tertangkap?” Mendadak Nakula mendorong tubuhnya bangkit. Rasa sakit menusuk di perutnya, membuatnya buta sejenak. Gemi membujuk agar Nakula tetap berbaring, sehingga pria itu menurutinya. “Belum,” Gemi menggeleng. “Tapi kamu nggak usah memikirkan hal itu untuk sementara waktu ini. Fokus dulu untuk kesembuhanmu.”“Mas Dirga?” Nakula menatap abangnya yang berdiri dengan wajah datar. “Mas juga di sini?”“Mana mungkin aku nggak menjenguk adikku yang sedang terluka?” “Ayah tahu?” Dirga terdiam sebentar. “Belum. Beliau juga masih dalam perawatan. Kalau tahu kamu terluka juga

  • Suami Pengawal Nona Muda   Bab 56. Amarah Sang Abang

    Hawa rumah sakit terasa padat oleh kesedihan. Gemi sedang menangis di ruang tunggu pasien ketika tiba-tiba suara isakannya tersela oleh bunyi langkah kaki buru-buru dari ujung lorong. Bu Uswita datang bersama salah satu utusan dari yayasan, dengan raut berduka. Begitu melihat Gemi yang sedang meringkuk di petak kursi, dia segera berlutut lalu memeluk wanita itu dengan erat, sambil menepuk-nepuk punggungnya untuk menenangkan. Gemi bercerita kepada Bu Uswita kejadian yang dia alami barusan. Tidak semua, hanya sebagian yang terasa penting untuk diberitahu. Gemi tidak bercerita mengenai rahasia apa yang selama ini digenggam oleh keluarganya sendiri dan juga Nakula, sebab dia takut kejujurannya akan membuat seluruh situasi kacau balau. “Mas Nakula masih ada di ruang operasi? Dokter bilang apa tadi?” Bu Uswita bertanya pelan-pelan. Gemi memberitahu secara singkat bahwa perut Nakula robek cukup dalam sehingga harus menjalani operasi penjahitan organ. Belum ada laporan lebih lanjut mengena

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status