"DOKTER KENAN!!!" seruan antusias terdengar dari depan gerbang ketika sebuah mobil ceper panjang mewah memasuki halaman rumah sakit diikuti dua mobil sedan mewah lainnya mengekor di belakangnya. Di dalam mobil ceper panjang mewah tersebut, menampakan sosok Kenan yang duduk di deretan kursi penumpang yang kedua pintu, kanan kirinya diturunkan kacanya.
Kenan yang mendapatkan sambutan atas kedatangannya, tersenyum dan melambai sebagai balasan. Bukan mencari perhatian, itu hanyalah bentuk penghargaan Kenan atas sambutan mereka.
Hingga akhirnya mobil yang ditumpangi Kenan berhenti tepat di tepi panggung penyambutan. Pria tampan nan rupawan itu pun keluar dari mobil setelah sang sopir membukakan pintu untuknya.
"DOKTER KENAN!!!" sekali lagi terdengar seruan antusias. Kali ini lebih terkesan histeris.
Bagaimana tidak? Kenan yang baru keluar dari mobil sudah lengkap dengan setelan jas dokter yang menjadi day
"Far, lo nyembunyiin sesuatu dari gue kan?" untuk kesekian kalinya Nabila mempertanyakan pertanyaan ini pada Fara. Mulai dari usai sesi menyalami Kenan hingga saat ini, dimana acara penyambutan telah usai dan keduanya sudah berada di ruang kerja mereka."Hufh..." Fara m*ndesah jengah, sahabatnya ini benar-benar gigih "Iya deh, gue ngaku, gue emang lagi nyembunyiin sesuatu dari lo. Tapi, maaf Nab, gue belom bisa ngasih tau lo sekarang."Bukannya Fara ingin menyembunyikan perihal hubungannya dengan Kenan dari Nabila. Hanya saja meski itu pada sahabatnya sekalipun, ia takut jika ia mempublikasikan hubungan mereka tanpa izin sang suami, Kenan akan marah padanya. Sebenarnya ia juga sangat ingin mempublikasikan hubungan mereka. Jujur saja ia sudah benar-benar lelah menjadi bahan gunjingan akibat dikira gagal menikah. Padahal kan tidak, hanya berganti mempelai pria saja. Namun begitulah, karena ingin menghormati dan menjaga citra sang suami yang sa
Waktu bergulir, senja kini berganti malam. Penunjuk waktu sudah menunjukan pukul 20.00 waktu setempat. Kenan dan Fara baru saja selesai bersiap-siap untuk pulang ke rumah.Tentu saja Kenan akan pulang bersama Fara ke kediaman Farzan. Sebenarnya Kenan mempunyai apartemen yang selalu ia tempati setiap ia berada di Indonesia, tanah kelahirannya ini. Biasanya juga ia tinggal di panti asuhan tempat ia di asuh dan di besarkan hingga berusia 13 tahun. Dulu panti asuhan itu sangatlah sederhana yang telah jauh berubah dengan sekarang yang sudah seperti istana.Ya, siapa lagi yang merubahnya jika bukan Kenan. Di awal-awal Kenan mulai bekerja, gajinya ia pusatkan untuk merenovasi panti asuhan tersebut. Dan hasilnya tak tanggung-tanggung, bukan hanya bangunan panti asuhannya yang di renovasi bahkan derajat orang-orang di dalamnya juga ditinggikan. Setiap anak terlantar atau yatim piatu yang tinggal di situ, pendidikannya dibiayai penuh oleh Kenan hingga
Kini Farzan, Fara dan Kenan tengah berkumpul di ruang keluarga kediaman Farzan. Ini adalah rutinitas keluarga Farzan setiap hari, famili time dimalam hari. Demi menjaga keharmonisan dalam keluarga, mereka selalu menyempatkan berkumpul bersama sebelum tidur. Berbagi cerita tentang apa yang mereka lakukan siang harinya, bersenda gurau, dan tak jarang mendiskusikan masalah yang penting.Rutinitas ini sudah berjalan sebelum mendiang Maya, ibu Fara sekaligus istri Farzan kembali kepangkuan ibunda pertiwi. Namun sejak 11 tahun silam, hanya Fara dan Farzan yang menekuninya. Terkadang Ami, tante fara sekaligus adik Farzan beserta keluarga kecilnya juga ikut serta jika sedang menginap di kediaman Farzan. Mulai sekarang dan mungkin hingga seterusnya, Kenan juga akan termasuk diantaranya."Jadi, apa yang akan kalian rencanakan dengan rumah tangga kalian kedepannya?" tanya Farzan pada anak dan menantunya itu, memulai pembicaraan ketika mereka tengah ber
Tak terasa seminggu sudah usia pernikahan Kenan dan Fara. Sejauh ini hubungan mereka lumayan mengalami kemajuan. Tinggal di satu atap yang sama, bekerja di tempat yang sama, membuat keduanya lebih sering berinteraksi. Namun sepertinya perasaan cinta itu belum tumbuh di hati Kenan yang terkesan masih enggan memperlakukan Fara selayaknya seorang istri. Alih-alih sebagai istri, Fara merasa perlakuan Kenan kepada dirinya sejauh ini lebih cocok disebut seperti memperlakukan seorang adik.Dan hari ini, akhir pekan, Kenan dan Fara rencananya akan pindah ke apartemen Kenan untuk tinggal berdua. Meskipun berat, baik Fara maupun Farzan sudah siap untuk berpisah. Lagi pula jarak apartemen Kenan dan kediaman Farzan tidaklah jauh, hanya berjarak 15 menit perjalanan waktu bersih dengan menggunakan kendaraan. Waktu bersih di sini maksudnya tidak ada kendala atau macet dalam perjalanan. Jadi, jika ingin melepas rindu, tidak akan sulit untuk mereka bertemu.
'WOWWW...!' Fara berseru takjub dalam hati menyaksikan pemandangan di depannya. Bagaimana tidak? Kini dirinya dan Kenan baru saja memasuki apartemen sang suami. Alih-alih apartemen, bagi Fara unit ini lebih pantas disebut mansion. Gedung apartemen berlantai 10, unit Kenan berada di lantai paling atas. Setiap lantai yang diisi 5 unit apartemen, di lantai teratas ini hanya ada 1 unit milik Kenan seorang. Bayangkan saja seberapa luas unit apartemen itu. Megah? Tidak perlu dipertanyakan. Semua perabotan dan furniture di dalamnya merupakan yang terbaik di kelas mereka. Ditambah dengan interior serta tata ruang yang sangat elegan, membuatnya tampak semakin megah nan mewah."Nis, Ayo masuk, sayang!" ajak Kenan mendapati Fara masih mematung di ambang pintu seakan enggan untuk untuk masuk ke dalam.Fara tersadar dari ketakjubannya. Namun, alih-alih melangkah masuk, ia malah menatap bengong pada Kenan."Ada apa?" kedua alis Kenan
Malam harinya, lepas shalat maghrib, Kenan mengajak Fara ke panti asuhan Al-rahman. Selain untuk melepas rindu dengan Ayudia, sang ibu panti serta anggota keluarga panti lainnya, Kenan juga bertujuan mengenalkan Fara sebagai istrinya.Seperti biasa, Kenan adalah orang yang saat sedang berpergian lebih suka disupiri dari pada mengemudikan mobil sendiri. Jadilah Kenan dan Fara ke panti asuhan dengan disupiri oleh sang supir yang menurut Fara seperti robot semi otomatis.Setelah sekitar 45 menit perjalanan, akhirnya mereka tiba di tujuan. Ini memang bukan kali pertama Fara berkunjung ke panti asuhan Al-rahman, ia sudah beberapa kali ke sini bersama Farzan sebagai donatur ketika ada acara amal. Namun tetap saja Fara terkagum-kagum setiap menginjakan kakinya di sini, masih tak menyangka ini adalah sebuah panti asuhan. Bukan hanya Fara, siapapun pasti akan berpikir begitu.Mobil berhenti tepat di depan bangunan panti yang lebi
Hari senin, awal pekan adalah hari yang amat menjenuhkan bagi para kaum pemburu ilmu dan rupiah. Awal memulai kesibukan untuk 5-6 hari ke depan setelah penepian singkat selama 1-2 hari. Namun mau bagaimana lagi, mau tidak mau, suka tidak suka, itu sudah menjadi tuntutan mereka agar bisa bertahan hidup di dunia fana ini.Begitu pun Fara. Meskipun sangat mencintai pekerjaannya, tak bisa dipungkiri terkadang ia juga merasa jenuh. Pagi ini, gadis itu seakan enggan meninggalkan pembaringannya. Entah karena pengaruh mood atau gravitasi yang begitu kuat dari kasur empuk baru king size mewah miliknya. Dan kejenuhan itu semakin menjadi saat mengingat perihal yang membuatnya terjaga hingga dini hari, malam tadi. Perihal perkembangan hubungannya dengan Kenan yang terkesan berjalan sangat lambat. Ya, sebenarnya Fara terkadang jenuh dengan hubungan mereka. Seperti malam tadi, entah dari mana datangnya, ia sempat terpikirkan sesuatu yang sangat absurd. Bagaimana bisa ia berpi
Ceklek...Fara memasuki ruang kerja Kenan yang sekarang juga menjadi ruang kerjanya sebagai asisten Kenan. Namun baru saja melangkah masuk, langkahnya tiba-tiba terhenti saat melihat pemandangan di depannya. Kedua alisnya saling bertaut, mencoba mengenali sosok gadis yang sedang duduk berhadapan dengan Kenan di meja kebesaran Kenan, saling bersebrangan. Kenan serta gadis itu juga balas menatap pada dirinya. 'Siapa dia? Sepertinya aku pernah melihatnya, tapi di mana?' Fara membatin sembari mengingat-ingat sosok sang gadis yang tampak akrab."Ken, dia siapa?" tanya gadis itu pada Kenan seraya menunjuk Fara dengan dagunya sekilas. Penggunaan bahasa Indonesia nya agak belibet namun lancar, ala-ala orang LN."Bukankah sudah saya peringatkan untuk menggunakan bahasa formal?" alih-alih menjawab, Kenan malah menegur penuh penekanan."Ups, maaf Prof." ralat gadis itu segera."Hm." Kenan m