Share

Bab 3

Penulis: Mita Yoo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-19 14:45:35

Venus masih sibuk mengacak-acak isi lemari berkas milik Eric untuk mencari berkas yang dibutuhkan. Sesaat ia berdiri, berkacak pinggang lalu mondar-mandir seperti mandor sambil menggigit kuku tangannya.

Tring!

Notifikasi pesan masuk membuat fokusnya beralih. Ia meraih ponselnya, membuka pesan masuk. Dari Eric.

“Selalu pulang terlambat. Sebanyak apa sih mahasiswa yang bimbingan skripsi sama dia? Sampai dia nggak punya waktu mesra-mesraan sama aku, istrinya? Gimana mau cepet punya anak lagi kalau disentuh aja nggak!” Venus melemparkan ponselnya ke atas kasur lalu mengacak rambutnya.

Ia kembali memilah berkas yang dibutuhkan untuk melengkapi formulir pendaftaran itu. Lalu saat Venus membuka sebuah map berwarna merah, matanya berbinar.

“Ini dia! Akhirnya ketemu!”

Ia dengan segera merapikan berkas lain yang tercecer, demi menghindari kecurigaan Eric. Kembali ke depan laptopnya, Venus lalu mengunggah berkas itu pada kolom unggah berkas di situs mountbatten.com.

Tangannya sedikit bergetar saat mengarahkan pointer ke tombol ‘kirim pendaftaran’. Bahkan ia berdoa dalam hati jika keputusannya itu tak akan menimbulkan masalah baru untuk rumah tangga mereka.

“Kamu nggak salah, Ve. Kamu nggak salah. Dia yang salah. Dia yang mulai duluan. Ini udah bener! Kamu ngelakuin hal yang bener!” Venus berusaha meyakinkan dirinya.

Beberapa saat setelah berkas pendaftarannya terkirim, Venus menerima pesan masuk di akun surat elektronik miliknya.

[Pendaftaran Anda telah berhasil. Mohon segera membawa suami Anda di titik lokasi yang sudah ditentukan untuk di-pick-up. Terima kasih.]

Venus terbelalak. Lokasi yang dikirimkan adalah di garasi mobil rumah mereka.

“Oke. Tinggal gimana caranya biar Eric bisa tetep ada di garasi sampai ada yang pick-up dia!” gumam Venus.

Sebuah ide terlintas di benaknya. Venus menjentikkan jari.

“Pakai cara paling mainstream yang udah pasti berhasil. Oke! Kita siap-siap dulu sambil nunggu dia pulang kerja!” Venus tersenyum puas.

Petang itu, aroma kaldu ayam yang gurih memenuhi dapur kecil mereka. Venus dengan cermat mengiris jamur shiitake, setiap potongannya setebal tiga milimeter persis seperti resep chef LuTube favoritnya. Di kompor sebelah, bumbu ayam bakar, kecap manis, bawang putih, sedikit kayu manis, bercampur dalam wajan, mengeluarkan aroma yang membuat perutnya keroncongan.

"Semoga dia suka. Kali ini, kalau berhasil, aku bakalan gagalin pendaftaran itu," gumam Venus sambil mengecek oven untuk kesepuluh kalinya.  

Dia menyeka dahinya dengan punggung tangan. Gaun apronnya sudah belepotan bumbu, tetapi tak masalah baginya. Malam itu harus sempurna. Sudah tiga bulan sejak terakhir kali Eric memujinya, tepat setelah presentasi promosi jabatannya di Kampus, sebelum segala sesuatu di antara mereka menjadi hambar. 

Pukul 19:03. Venus berdiri di depan cermin kamar mandi, menatap bayangannya yang mengenakan lingerie renda hitam. Desainnya terbuka di bagian punggung, persis seperti yang pernah Eric komentari dua tahun lalu saat mereka bulan madu di Bali.

"Dia pasti bakalan---”

Suara bel dari pintu depan berdenting memotong lamunannya.

Venus menengok ke jam dinding. Pukul 19:17, Eric pulang lebih awal dari biasanya. Dadanya berdebar kencang saat dia meraih kimono sutra dan mengikatnya longgar.

Venus berlari kecil untuk membukakan pintu. Wajah Eric muncul di balik pintu. Eric membeku di ambang pintu.

“A-aku … nggak ….”

Sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya, Venus sudah melompat ke hadapan Eric, lalu mengikat kain penutup mata untuk Eric dengan sebuah simpul.

Venus berbisik, sambil menggenggam tangan Eric. “Aku bikin kejutan buat malam ini,” katanya.

Venus menuntun langkah Eric menuju dapur. Saat Venus membuka penutup matanya, Eric membelalak melihat meja makan yang dihiasi lilin dan dua porsi makanan masih mengepul.  

"Jangan kaget dulu!" bisik Venus, bibirnya nyaris menyentuh daun telinga Eric.

Venus samar mencium bau parfum yang baru, wangi kayu oak mahal yang tidak pernah dia kenal.  

Eric menghela napas. "Kamu tahu? Aku capek hari ini. Bisa nggak—"

"Sshh," Venus memotong, perlahan ia menuntun langkah Eric memutar menuju ke arah kamar tidur belakang. "Aku udah menyiapkan sesuatu buat kita malam ini."

Eric terpana melihat tempat tidur yang dipenuhi kelopak mawar merah dan Venus berdiri di tengahnya dengan kimono yang sudah terbuka sebagian. Namun, ekspresi Eric bukanlah seperti yang diharapkan Venus.

Wajahnya justru berkerut seperti mencium bau tak sedap. "Kamu kenapa sih? Aku baru seharian dihujani masalah skripsi, pulang mau istirahat—"

"Aku cuma pengen kita … kayak dulu lagi," suara Venus mengecil.

Eric menggosok pelipisnya. "Lain kali kasih tahu dulu. Nggak semua orang mood terus buat drama romantis."

Dia segera mengambil bantal dan selimut dari lemari. "Aku tidur di kamar atas aja malam ini. Jangan ganggu aku!"

Venus duduk di lantai kamar, punggungnya menempel pada pintu yang tertutup. Di luar, Venus mendengar samar suara televisi menyala, pertanda Eric memang tidak berniat menemaninya malam itu.

Venus berdiri, hendak membersihkan riasan wajahnya. Tiba-tiba, telepon Eric bergetar di atas meja rias. Sebuah notifikasi dari kontak bernama N muncul.

"Besok aku anterin kopi kesukaan kamu ke kantor ya. Jangan stres lagi ya ♡"

Venus meletakkan ponsel itu perlahan, langkahnya terayun menuju dapur. Dia menatap piring sup jamur yang sudah tidak beruap lagi. Kuahnya mulai membentuk lapisan tipis di permukaan.  

"Dulu dia selalu bilang supku terlalu asin," bisiknya pada bayangan sendiri di sendok stainless.  

Venus lalu mengambil sup yang sudah dingin itu dan meminum kuahnya langsung dari mangkuk. Asin. Namun kali ini, dia yakin itu bukan karena salah takaran garam.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suami Pengganti dari Toko Online   Bab 10

    Sebelum Venus sempat menjawab, ponselnya bergetar. Ia meminta maaf pada Ian untuk melepaskan tangannya dan beranjak meraih ponselnya. Venus membuka pesan masuk dari Felicia. "Aku butuh bantuanmu. Arjuna menghilang.”Venus terbelalak.“Ada apa, Sayang?” tanya Ian.Venus menggigit bibirnya sesaat sebelum menjawab. “Itu … Felicia bilang, Arjuna menghilang.”Ian mendekat ke arahnya. “Kamu nggak perlu takut. Ceritakan semua sama aku, Sayang. Aku suami kamu,” katanya.Venus mengangguk. “Jadi gimana? Aku harus ketemu Felicia.”Ian menggeleng. “Ada kalanya kita perlu menunggu, Sayang. Aku yakin suami sahabatmu itu baik-baik saja. Seperti yang kita tahu, Arjuna adalah orang sibuk. Bisa saja dia ada urusan bisnis mendadak. Atau sesuatu yang—”“Tunggu!” Venus menepuk lengan Ian. “Kamu kenal sama Arjuna?”Ian mengangguk. “Semuanya ada di catatan.”Venus mu

  • Suami Pengganti dari Toko Online   Bab 9

    Cahaya sore mulai menyoroti teras belakang rumah Felicia, menciptakan bayangan panjang di wajah Ian yang duduk tenang di samping Venus. Felicia mengamatinya dengan tatapan penuh selidik, bibirnya menyungging senyum nakal yang terlalu familiar bagi Venus.“Pantesan dia diem aja pas ada aku," ujar Felicia tiba-tiba, suaranya bernada menggoda. "Eric 'kan biasanya heboh, dia pasti nanya, 'semalem kamu berapa ronde sama Arjuna?' kayak gitu."Venus mengatupkan bibir. Setiap kata dari mulut Felicia terasa seperti jarum kecil yang menusuk-nusuk kesabarannya. Namun ia hanya mengangguk, berusaha menahan gejolak di dadanya.Felicia mengetuk-ngetuk jarinya ke dagu, matanya berbinar seperti anak kecil yang menemukan mainan baru. "Tapi ... Aku masih nggak percaya deh. Jangan-jangan Eric cuma pura-pura buat ngetes kamu? Makanya dia ngaku jadi orang lain. Jadi suami pengganti, pake nama ….” Felicia melirik lelaki berwajah persis Eric itu. “Siapa tadi namany

  • Suami Pengganti dari Toko Online   Bab 8

    Venus menatap Ian yang sedang asyik menggosok tangannya dengan spons itu. Spons yang sebelumnya berwarna merah tetapi kini kembali putih bersih karena Ian membersihkannya dengan cepat.“Kamu yakin nggak tahu di mana Eric?” tanya Venus lagi, mencoba menyembunyikan getar di suaranya.Ian mengangkat bahu, senyumnya tetap santai. “Aku nggak tahu. Aku di sini untuk menggantikan Eric. Aku Eric, suamimu sekarang." Jawabannya seperti sebuah rekaman yang sudah diprogram terlalu sempurna. Venus mengangguk pelan, menelan ludah yang terasa pahit. "Kalau begitu, kita harus menemui Felicia.""Oh. Felicia yang itu. Sahabatmu." Ian tiba-tiba berkata, jari-jarinya berhenti menggosok. "Aku nggak masalah, Sayang."Dalam hati, Venus membatin, ‘dia memang manusia. Seperti Eric.' Tapi sesuatu terasa salah. Terlalu salah.’“Aku bakalan ganti baju dulu. Kamu tunggu di luar aja, ya.” Venus mendorong Eric ke luar kamar mandi.Venus ke luar kamar usai memakai pakaian lengkap. Ian sudah menunggunya di meja mak

  • Suami Pengganti dari Toko Online   Bab 7

    Pagi itu, Venus terbangun oleh sentuhan dingin di pipinya. Matanya perlahan terbuka, menyambut sinar mentari yang menyelinap lewat celah tirai jendela. Di depan tempat tidurnya, Eric, atau pria yang wajahnya sangat mirip dengan Eric—berdiri dengan handuk melilit pinggang, rambutnya masih basah meneteskan air. Bau sabun mandi pria yang familiar itu memenuhi udara. "Sayang, maaf aku bangunin kamu," ujarnya, suaranya lembut seperti melodi yang sudah lama tak terdengar. Venus mengubah posisinya menjadi bersandar di sisi ranjang. Ia menatap wajah yang mirip Eric di hadapannya. “Aku habis mandi. Kamu mau sarapan apa? Aku bikinin, ya?" suaranya terlalu lembut di telinga Venus. Venus mengerutkan kening. Suara itu, senyum itu, terlalu sempurna baginya. Terlalu … sama seperti Eric di masa lalu. "Aku ... nasi goreng aja," jawabnya perlahan, mencoba menyembunyikan getar di suaranya. Pria itu mengangguk antusias, matanya berbinar seperti anak kecil yang baru saja diberi hadiah. Sambil

  • Suami Pengganti dari Toko Online   Bab 6

    Ian terjatuh seperti boneka yang talinya terputus. Tubuhnya yang biasanya begitu gagah kini tergeletak kaku di trotoar, wajahnya pucat di bawah cahaya lampu jalan berwarna kuning keemasan. Venus menjatuhkan diri di sampingnya, tangannya gemetar menekan nomor medis darurat. "Tolong, suami saya pingsan!" teriaknya pada operator, suaranya pecah. Di kejauhan, sirene ambulans mulai terdengar.Ambulans berhenti dengan ban berdecit. Pintu terbuka, dan seorang dokter berjas putih melompat keluar. Wajah yang sama yang memeriksa Venus setelah ia pingsan di garasi. “Dokter?” gumam Venus saat mereka bertatapan.Nama di kalung identitasnya tertulis Dr. Argus Watson.“Kita bertemu lagi, Nyonya Eleanor," katanya sambil berlutut di sebelah Ian.Venus mengangguk. Tangan dokter Argus dengan cepat memeriksa denyut nadi lalu pupil mata Ian."Kondisinya stabil. Tapi saya perlu membawanya ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut,” katanya.Dia mengangkat pandangannya, menatap Venus dengan tatapan t

  • Suami Pengganti dari Toko Online   Bab 5

    Tali kimono sutra itu terasa dingin di antara jari-jari Venus saat ia mengikatnya perlahan. Eric atau pria yang mengaku sebagai Ian, terus menatapnya dengan senyum yang terlalu sempurna. Matanya berbinar dengan kehangatan yang tidak pernah ia lihat pada suaminya selama enam bulan terakhir. "Kamu ... Kamu jadi aneh. Kemarin lusa kita sempet bertengkar lho pas aku nyiapin makan malam romantis," Venus mencoba protes, suaranya bergetar. Namun, pria itu hanya tertawa lembut sebelum tiba-tiba meraih tangannya. Bibirnya yang hangat menyentuh buku-buku jari Venus dengan kelembutan yang membuat lututnya melemah."Aku Ian, suami pengganti," bisiknya, napasnya hangat di kulit Venus."Aku bakalan jadi Eric, suami kamu. Tapi, dalam versi yang lebih sempurna."Sebelum Venus sempat bereaksi, dunia di sekelilingnya tiba-tiba berputar. Ian dengan mudah mengangkat tubuhnya dalam gendongan. Satu tangan Ian menopang punggungnya, yang lain di bawah lututnya, seperti mempelajari setiap lekuk tubuh Venus

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status