Share

7). Perihal Nama Kontak

***

"Dan, bangun. Udah pagi. Kamu mau ikut ke Majalengka, kan?"

Adara yang sudah rapi dengan pakaiannya lantas duduk di pinggir kasur sebelah kanan untuk membangunkan Danendra yang masih tertidur pulas.

Tak ada respon, Adara yabg semula duduk di kasur kini berpindah tepat. Dia berjongkok di depan wajah Danendra dan sial, jantungnya seolah berhenti berdetak ketika dia melihat wajah polos sang suami ketika tidur.

Menggemaskan seperti bayi. Entah kenapa tiga kata itu langsung terbersit di pikiran Adara ketika pupil matanya tak kunjung beralih dari Danendra.

"Enggak, Ra. Kamu enggak boleh cinta sama Danendra," gumam Adara—segera menyadarkan dirinya dari lamunan. "Ada Rafly. Dia udah kembali, Ra. Sadar."

Adara menarik napas pelan lalu fokus pada tujuan awalnya berjongkok di depan Danendra. Pelan, dia mengulurkan tangan lalu menepuk bahu pria itu. "Danendra bangun, Dan. Udah jam tujuh," kata Adara lagi dan kali ini Danendra merespon.

Membuka matanya perlahan, Danendra mengerjap ketika persis di depan wajahnya dia melihat Adara.

"Ra," panggil Danendra dengan suara yang parau, lalu di detik berikutnya dia terbangun. Mengumpulkan nyawa, Danendra duduk bersila sambil mengerjapkan matanya beberapa kali, sementara Adara kembali berpindah tempat—duduk persis di depan Danendra. "Ini jam berapa ya ampun? Aku kesiangan ya?"

"Jam tujuh," jawab Adara. "Ya kalau ngantor, iya. Kamu kesiangan."

Danendra melirik jam di kamarnya yang sudah menunjukkan pukul tujuh lebih sepuluh menit lalu kembali pada Adara. "Maaf ya," ucapnya. "Semalam aku tidur jam dua belas."

"Ngapain?" tanya Adara. "Aku pikir setelah aku tidur duluan, kamu nyusul."

"Beresin laporan keuangan," jawab Danendra. "Hari ini kan aku libur, jadi semalam aku beresin semuanya. Harus diserahin ke Papa besok soalnya."

"Owalah, aku enggak tau," kata Adara.

"Kamu udah rapi," ucap Danendra—memandang Adara yang kini memang sudah cantik dengan penampilan casualnya. Skinny jeans yang dikombinasikan dengan atasan berlengan panjang membuat perempuan itu terlihat puar biasa seperti biasanya. "Sekali lagi maaf ya, aku menghambat."

"Enggak apa-apa, Dan. Sekarang kamu mandi aja," ucap Adara. "Biar aku beresin kasurnya."

"Bisa?" tanya Danendra.

"Aku enggak se-noob itu kali, Dan. Masak emang enggak bisa, tapi kalau beresin kamar aku bisa," ucap Adara.

"Ya udah, aku mandi dulu," kata Danendra.

Adara tersenyum lalu mengulurkan tangannya—mengusap rambut coklat Danendra yang terlihat cukup berantakan. "Lucu juga rambut kamu kalau bangun tidur," ucapnya.

Apa yang dilakukan Adara mungkin terkesan sederhana, tapi nyatanya efek luar biasa dirasakan Danendra sekarang karena ketika tangan Adara mengusap bahkan menyugar rambur coklatnya ke belakang, detakkan jantung Danendra jadi tak menentu bahkan dia merasa jantungnya mungkin sebentar lagi akan melompat dari tempatnya.

"Ra, cukup," kata Danendra yang langsung meraih pergelangan tangan Adara—membuat perempuan itu berhenti melakukan aktifitasnya. "Kamu bisa buat aku gila pagi-pagi."

"Hah?"

"Aku mandi dulu," kata Danendra. Tak mau Adara menyadari dirinya yang gugup, Danendra langsung beranjak lalu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, sementara Adara memandang punggung suaminya dengan kedua alis terpaut—masih tak paham dengan apa yang diucapkan Danendra.

Karena jika ada penghargaan dengan kategori perempuan paling tidak peka, Adara sudah pasti memenangkannya.

"Danendra kenapa sih?" gumam Adara.

Tersenyum singkat, dia beranjak lalu mulai melakukan tugasnya membereskan tempat tidur sementara bunyi shower mulai terdengar dari kamar mandi—tanda bahwa Danendra sudah memulai kegiatan mandinya.

Adara membereskan seprei sambil bersenandung, hingga bunyi notifikasi pesan membuat perhatiannya teralihkan.

Bukan bunyi ponselnya, dering yang baru saja dia dengar berasal dari ponsel Danendra.

"Siapa ya?"

Menyelesaikan kegiatannya, Adara berjalan menuju meja kerja milik Danendra di sisi kanan kasur. Menoleh ke kamar mandi sejenak, dia memberanikan diri untuk mengambil benda pipih berwarna hitam yang kini tergeletak di sana.

"Felicya," gumam Adara ketika dia melihat pesan masuk di ponsel Danendra yang ternyata berasal dari Felicya. Tak berani membuka pesan, Adara hanya mengukir senyum melihat nama kontak Felicya di ponsel suaminya

Felicya dengan emoticon hati berwarna biru setelah namanya.

Ah, kenapa Adara terganggu dengan nama itu? Bukankah itu wajar? Felicya kekasih Danendra dan tentu saja mereka saling mencintai. Bukankah wajar menyimpan nama orang yang dicinta dengan emoticon hati di depannya.

Adara tidak. Dia hanya menyimpan kontak Rafly dengan 'By' tanpa emoticon hati. Ya Tuhan, Adara. Ada apa dengan kamu? Kenapa kamu cemburu hanya karena nama kontak?

"Katanya Danendra cinta aku, tapi ...." Adara menjeda ucapannya. "Aish, Adara! Apa sih? Enggak usah genit. Kamu ada Rafly. Lagian mungkin perasaan Danendra itu udah enggak ada kali."

"Ra."

Sial. Adara tersentak dan refleks menjatuhkan ponsel Danendra dengan kasar di atas meja ketika panggilan dia dapatkan dari pria itu yang kini berdiri di depan kamar mandi dengan penampilan seksinya seperti biasa—hanya handuk putih yang melingkar di pinggang juga kaos singlet yang melekat di tubuhnya.

"Eh, Dan. Udah mandinya?" tanya Adara—berusaha setenang mungkin, tapi gagal. Wajahnya terlihat sekali kaget.

"Udah," jawab Danendra. "Kamu lagi apa?"

"Hm, anu itu aduh euh ... apa ya?" Adara ngeblank bahkan semakin kelabakan ketika Danendra menghampirinya.

"Apa?" tanya Danendra sambil mengukir senyum melihat wajah kikuk Adara.

"Ah itu, tadi hp kamu bunyi. Aku pikir ada apa. Ternyata pesan," ucap Adara.

"Pesan?" Danendra menaikkan sebelah alisnya. Dia kemudian mencondongkan badan lalu mengambil ponselnya. Senyuman tipis terbit ketika dia melihat nama Felicya di sana. "Feli."

"Masih komunikasi sama Feli ya?" tanya Adara.

Danendra yang baru saja selesai membaca pesan dari Feli lantas mendongak. "Masih," jawabnya. "Enggak apa-apa, kan?"

"Kenapa tanya aku?" tanya Adara. "Ya enggak apa-apalah, dia kan pacar kamu."

"Dan kamu istri aku," ucap Danendra.

"Oh itu, enggak apa-apa, Dan," ucap Adara. "Dia udah tahu?"

"Kita nikah?" tanya Danendra yang dijawab anggukkan dari Adara. "Belum. Aku belum kasih tahu dia. Enggak enak kalau lewat telepon, lebih enak langsung."

"Oh oke," jawab Adara. Dia kemudian berniat melangkah untuk pergi ke tempat lain di kamar. Namun, Danendra tiba-tiba saja menghalanginya.

"Enggak mau tanya gitu Felicya chat apa?" tanya Danendra.

"Itu privasi kamu," ucap Adara.

"Tapi aku lagi mau berbagi privasi aku ke kamu," ucap Danendra. "Mau tau enggak?"

"Apa?" tanya Adara pada akhirnya, karena jujur saja dia penasaran. "Felicya kirim chat apa?"

Danendra menunjukkan pesan di layar ponselnya pada Adara. "Morning," ucapnya. "Dia cuman ngucapin selamat pagi."

"Oh," jawab Adara singkat. "Sering?"

"Setiap pagi," jawab Danendra.

"Romantis," jawab Adara. Meskipun wajahnya terlihat biasa saja, tapi hatinya tak tahu kenapa merasa tak suka.

"Dia emang gitu," ucap Danendra. "Care."

"Bagus," jawab Adara singkat. Baru saja berniat melanjutkan ucapannya, atensi Adara teralihkan dengan bunyi bel di depan.

"Ada tamu," kata Danendra. "Bisa bukain pintu, Ra?"

"Boleh," jawab Adara. "Sebentar ya."

"Siap."

Adara melangkahkan kakinya keluar dari kamar dan tentu saja yang dia tuju sekarang adalah pintu utama apartemen.

Sebelum membuka pintu, pandangan Adara tertuju pada intercom yang terletak persis di samping dan tentunya raut wajah dia berubah seketika—bersamaan dengan tubuhnya yang tiba-tiba saja menegang ketika di layar berukuran 8 inch tersebut, Adara melihat seorang perempuan berdiri di depan pintu.

"Ra, udah buka pintunya? Ada siapa?"

Adara menoleh lalu menjawab dengan nada bicara yang bergetar. "Be-bentar, Dan! Belum aku buka."

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Hamid Ahmad
siapa yg datang mukak Adara jadi tegang
goodnovel comment avatar
Hamid Ahmad
dia rela bagi privasi sama kamu,,dan mau putus sama fekycia demi kamu,,coba kamu juga berkorban dong jgn balikan lagi ma Rafly adara
goodnovel comment avatar
Hamid Ahmad
danen jujur dia dan danen angap kamu lebih berharga dari pada pacarnya danen
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status