Dendam yang bersarang di hati Aldi terhadap Ezra semakin menjadi-jadi. Bagaimana tidak marah dan kesal? Kekasih hatinya kini telah sah bersanding dengan pria lain yang jauh segalanya lebih baik daripada dirinya. "Awas lo, Ezra! Gue akan bikin perhitungan sama lo," gerutu Aldi kesal. Aldi mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan tinggi ke rumah sahabatnya itu. Dia tidak mempedulikan lagi jalanan dan tindakannya itu bakal membahayakan orang-orang di sekitarnya. Yang ada di dalam pikirannya adalah membuat perhitungan pada Ezra yang sudah menghancurkan kehidupannya dan membuatnya gagal bersanding dengan gadis yang dicintainya. Tak butuh waktu lama, Aldi sudah sampai di rumah Ezra. Rumah sederhana tipe KPR itu nampak sepi seperti tidak ada kehidupan di dalamnya. Dari luar rumah ini memang nampak sederhana. Namun fasilitas di dalamnya jangan ditanya. Bisa dibilang lumayan lengkap. Ada AC, kulkas, TV, dispenser, dan mesin cuci. Ezra memang tinggal sendiri. Orangtuanya jauh di luar kot
Hidup memang terkadang penuh dengan kejutan. Kita tidak bisa memilih skenario apa yang sudah Tuhan tuliskan dalam kehidupan kita. Sebagai seorang insan yang beriman, tugas kita hanya menjalani apa yang sudah dituliskan olehNya. * * Pak Riza mengangkat sebelah alisnya. Heran. Namun beberapa detik kemudian dia tertawa mendengar jawaban yang dilontarkan Hasfi. Pak Riza yang usianya sudah tiga puluhan, ternyata menganggap jawaban Hasfi sebagai sebuah lelucon saja. "Pede amat kamu jadi orang. Enggak mikir apa kalau menikah itu berat. Kamu harus bertanggung jawab dengan perempuan yang kamu nikahi. Memberikan uang nafkah bulanan. Kamu aja masih mahasiswa, dapat uang dari mana?" tanya Pak Riza dengan ketus.Hasfi hanya tersenyum menanggapi dosennya yang sinis. Memang benar kalau dari kacamata orang awam, Hasfi masih mahasiswa. Tetapi siapa yang menyangka kalau dirinya sudah mempunyai gaji selama setahun lebih ini. Walaupun jumlahnya terkadang tidak tetap, namun Hasfi bangga dirinya bisa be
Namanya hidup ada saja ujiannya. Apalagi dua insan yang sudah memutuskan untuk berumah tangga, pasti ada saja badai yang menghantam. Namun sebisa mungkin dua insan ini saling menguatkan, berpegangan satu sama lain ketika angin topan yang menghantam badai rumah tangga yang mulai menerpa. Begitu pula dengan apa yang dialami Ryana dan Hasfi. Walaupun usia pernikahan mereka masih terlalu dini untuk merasakan pahitnya menjalani rumah tangga. Namun mereka harus sadar bahwa di dunia ini tidak ada rumah tangga yang tidak ada ujian di dalamnya. Siapa yang lolos dari ujian rumah tangga hidupnya akan bahagia. Begitu juga sebaliknya. Ryana dan Hasfi terkejut bukan main. Apalagi Ryana, ia sudah memasak buat keluarganya dan menyisakan di mangkok khusus buat dirinya dan Hasfi. Namun kini dua mangkok yang berisi lauk dan sayur itu juga ikutan ludes. Ryana merasa bersalah pada suaminya. Padahal dia tadi masak banyak untuk seluruh keluarganya. Namun kini malah habis tak tak bersisa. Hanya ada sepoto
Dua sejoli yang sedang merasakan nikmatnya kehangatan dalam dua buah mangkok mie itu begitu terkejut ketika ada seseorang yang mereka kenal ada di hadapan mereka berdua. Suapan mereka terhenti karena melihat Ezra yang kebetulan juga sedang mampir ke Warmindo ini. Ezra yang terpaksa berteduh karena hujan yang semakin deras malah membasahi bajunya. Hari ini pemuda itu mengendarai sepeda motor ke kafenya. Perut Ezra terasa lapar, apalagi ketika mencium aroma mie instan yang sedang dimasak begitu menguar menusuk indera penciumannya. Baik Ezra dan Ryana sama-sama terperanjat. Mereka tidak menyangka akan bertemu di tempat ini tanpa sengaja. Ditambah mata Ezra juga terbelalak, ia tidak menyangka kalau Ryana kemari dengan seorang pria muda. Memang jauh lebih muda daripada usia mereka. "Ry, Ryana?" celetuk Erza terkejut ketika melihat Ryana bersama pria lain. Ia mengira dengan batalnya pernikahan Ryana dengan Aldi, otomatis Ryana menjadi sendiri alias jomblo.Ryana yang sebenarnya juga terk
Pak Iman merasa ada yang tidak beres dengan istrinya. Apalagi ketika istrinya berkata bahwa akan ada teman Ryana. Tetapi sampai mereka bertiga berangkat, tidak ada tanda-tanda teman putrinya itu akan datang. "Emang kenapa sih, Bu? Kok tiba-tiba temen Mbak Ryana mau datang?" tanya Rayyan dengan mulut penuh pentol bakso. "Enggak tau juga sih. Yah, palingan temen-temennya mau datang memberikan kado. Kan kemarin pas acara nikahan Ryana ada yang enggak datang," jawab Bu Erin dengan cepat memberikan alasan agar suaminya tidak bertanya lagi. "Hmmm, gitu," balas Pak Iman tidak mau ikut campur terlalu jauh. Namun hatinya tetap bertanya-tanya. Kenapa sikap istrinya berubah drastis. Seperti bukan Bu Erin yang ia kenal dulu. Apalagi semenjak Ryana menikah dengan Hasfi, Bu Erin semakin lama semakin menampakkan ketidaksukaannya. Sebenarnya jika bisa memilih, Bu Erin lebih menyukai Aldi ketimbang Hasfi. Namun Aldi sudah mencoreng semuanya, meletakkan kotoran di wajah mereka. Kalau sudah begini
Ryana terdiam mendengar kalimat yang baru saja diucapkan suaminya. Memang benar kejanggalan demi kejanggalan yang diucapkan oleh ibunya, kini semakin lama semakin nampak.Begitu repot sang ibu menyembunyikan makanan yang baru Ryana masak di lemari agar tidak dimakan Hasfi. Padahal Hasfi dan Ryana juga tidak masalah seandainya makanan tersebut dimakan oleh mereka bertiga. Toh, uang Hasfi juga cukup bahkan sangat cukup kalau hanya untuk membeli makanan di luar. "Sudahlah, Sayang. Kamu enggak sedih lagi. Aku enggak masalah kok. Makanya aku ngajak kamu ngontrak," balas Hasfi mencoba menghibur istrinya yang sedang murung memikirkan orangtuanya yang sedang bertengkar. Ryana mengangguk pelan. Sebagai seorang istri memang seharusnya ia patuh kepada suami. Apalagi suaminya selalu mengajaknya pada kebaikan. Hasfi tau kalau hati Ryana sedang gundah gulana. Ia pun mencoba menenangkan hatinya. Apalagi hari ini ini Ryana tidak bisa menghindar dari Ibu dan Bapaknya karena akan ada rapat di sekola
Hari ini Ryana mengajak jalan-jalan di sebuah Mall dan makan di resto. Selain makan siang bersama. Ryana juga mengajak kedua sobatnya itu belanja ke Butik. "Lho kamu aja yang ke butik, Ry. Aku kan lagi bokek. Masa nanti pas aku ngiler pengen beli baju, bayarnya pake daun atau kartu kredit gitu? Kartunya doang sih. Isinya enggak ada," celetuk Sofi sambil berkelakar. Ryana dan Gladis tertawa cekikikan mendengar celetukan Sofi. Sofi memang suka bercanda. Namun bukan berarti ia ingin memanfaatkan kedua temannya yang memang saat ini sudah lebih mapan darinya. Ia bahkan kadang merasa malu dan minder karena belum mapan seperti kedua sahabatnya. "Sudahlah enggak usah kalian pikirkan. Biar aku yang bayar semua. Gladis juga ayo, kalian pilih," sahut Ryana tersenyum. "Beneran, Ry?" tanya Sofi dan Gladis hampir serempak."Iya beneran lah. Ngapain juga bohong." "Nanti kalau duitmu abis buat beliin kami baju gimana?" Gladis begitu khawatir. "Ah, enggak papa. Sekali-kali menyenangkan sahabat t
Awalnya memang berat bagi Ryana untuk melepaskan cinta lamanya yang telah mengisi hatinya bertahun-tahun. Namun biar bagaimanapun sakitnya hati karena dikhianati sang kekasih, Ryana perlahan mencoba untuk bangkit dan menyadari kalau lelaki yang menikahinya ini adalah lelaki sejati yang selalu ingin membahagiakan dan setia pada dirinya. Aldi merasa apa yang diucapkan Ryana klise dan terlalu mengada-ada. Ia mengira kalau sekarang Ryana layaknya orang yang terpaksa menikah dan harus menjalani kehidupan rumah tangga tanpa cinta. Tanpa Ryana dan Aldi sadari, dari jauh ada yang memotret dan memvideo mereka berdua. Ya, orang tersebut memang berniat jahat kepada Ryana. Ia ingin sekali menghancurkan rumah tangga Ryana dengan Hasfi. "Huh, enggak usah basa-basi bilang enggak ada urusan. Ya jelas dong ada! Kamu tanpa izin aku nikah dengan anak kecil itu. Emangnya kamu bisa hidup dengan anak kuliahan yang kere dan enggak punya duit itu," sahut Aldi tidak mau kalah. Ryana malah tertawa dengan