Share

Kamu Milikku

Penulis: Afnasya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-01 18:36:23

“Setuju tidak setuju, kamu harus menikahi Agatha minggu depan!”

Hanya kalimat itu yang masih terdengar saat Eleanor melewati pintu masuk. Dia berjalan beriringan dengan sang suami menuju ruang keluarga. Suasana menjadi hening saat melihatnya dan Darren tiba.

Eleanor segera menyalami orang yang ada di sana satu per satu. Namun, hanya Agatha dan Alden yang menolak. Dia tak ambil pusing dan duduk di samping suaminya.

“Kenapa Kakek memanggil kami?” tanya Darren langsung pada intinya.

“Kakek cuma mau ajak kalian makan siang bersama saja. Sekalian ada yang mau Kakek bicarakan sama kamu, Darren. Kita ke ruang kerja Kakek sekarang.”

Eleanor menatap sekilas sang suami sebelum mengangguk. Lalu, menatap punggung lelaki itu hingga hilang di balik pintu bercat hitam.

“Bagaimana kabarmu, Elea? Maaf kalau Ayah belum bisa menjengukmu.”

“Tidak apa-apa, Yah. Aku baik-baik saja.”

Danu hendak bangkit dari duduk untuk mendekati Eleanor, tetapi Helena segera mencegahnya.

“Duduk di sini saja, Pa. Buat apa kamu dekati anak yang sudah membuatku dan Agatha luka begini.” Helena menunjukkan luka seperti bekas cakaran di lengannya. Sontak, Eleanor membeliak melihatnya. Dia hendak membuka mulut, tetapi Agatha segera menghalangi.

“Enggak usah sok terkejut begitu kamu, Elea. Sudah salah, bukannya minta maaf malah pergi begitu saja. Masih untung aku enggak teriak dan minta tolong warga buat bawa kamu ke rumah RT.”

“Diam!” seru Alden sambil bangkit dari duduk. Dia menatap nyalang Agatha sebelum beralih kepada Eleanor. Lalu, mendengkus kesal dan pergi meninggalkan ruangan.

“Lihat, kan? Gara-gara kamu Alden jadi marah sama aku.” Agatha langsung bangkit dari duduk dan berjalan tergesa-gesa menyusul Alden.

“Tapi ....”

“Halah, sudahlah, Elea. Harusnya tadi kamu enggak usah mau diajak ke sini.” Helena berbicara dengan wajah ketus.

“Ma, sudahlah. Elea juga tidak tahu apa-apa.”

“Bela saja terus anak kamu itu, Pa. Awas saja nanti kalau sampai rumah.”

“Tapi, Ma ....”

“Elea enggak apa-apa, kok, Yah.”

Akhirnya Danu mengalah dan memilih diam. Sementara, Eleanor menghela napas berat melihat betapa tersiksanya sang ayah. Di satu sisi pasti dia ingin merangkul Eleanor, tetapi di sisi lain Helena dan Agatha punya seribu cara untuk memperunyam keadaan.

Melihat situasi yang tidak mengenakkan, Eleanor memilih bangkit dari duduk dan pamit hendak ke kamar mandi. Ternyata, dia tidak sungguhan ke kamar mandi, melainkan pergi ke halaman belakang di mana terdapat kolam renang dan juga gazebo. Dia duduk di sana sambil menatap awan yang bergerumul.

Eleanor memejamkan mata sejenak dan membiarkan angin menerpa wajah cantiknya. Senyumnya tersumir samar saat bayangan tentang sang ibu terlintas di kepala.

“Apa kamu bahagia, El?”

Eleanor langsung membuka mata dan menoleh saat mendengar suara Alden menyapa rungu. Dia menelan ludah dengan susah payah kala pria itu mendekat dan duduk tak jauh darinya.

“Apa Darren memperlakukanmu dengan baik, El? Apa dia tidak pernah menyakitimu, El?”

Suara Alden bergetar pelan. Eleanor merasa ada gundah yang sedang dipendam pria itu. Namun, wanita itu langsung menggeleng dan tidak ingin tahu mengingat status mereka sekarang.

“A-aku pergi dulu, Al.”

Eleanor bergegas bangkit, tetapi Alden menghalangi langkahnya. Pria itu berusaha memegang lengan Eleanor, tetapi segera ditepis.

“Jangan macam-macam, Al. Aku sudah menikah.”

“Aku enggak peduli, El! Aku masih sangat mencintaimu.”

Eleanor segera mundur ketika Alden terus mendekat, hingga kakinya tiba di tepian kolam renang. Dia menatap air yang tenang berwarna biru di depannya sebelum menoleh kepada Alden.

“Mundur, Al! Aku enggak mau orang salah paham sama kita.”

“Bukannya malah bagus. Dengan begitu Darren akan segera menceraikanmu dan kamu bisa kembali padaku, Elea.”

“I-itu enggak akan terjadi, Al.”

Eleanor mundur karena Alden terus maju hingga tubuh mereka berjarak hanya satu inchi. Lalu, wanita itu terpeleset hingga akhirnya jatuh ke kolam renang. Panik, itulah yang dirasakan Eleanor karena tidak bisa berenang. Tangannya menggapai-gapai dengan mulut yang terengah-engah hampir kehabisan napas. Sementara, Alden hanya berdiri tanpa berbuat apa-apa.

“Jika aku tak dapat memilikimu, maka tak ada yang boleh memilikimu juga, Elea.”

Alden masih berdiri sambil tertawa puas melihat Eleanor gelagapan di dalam air. Namun, tawa itu berubah keterkejutan saat melihat seseorang berlari dan terjun ke air untuk menolong Eleanor.

Saat tubuh Eleanor perlahan diam karena lelah dan mulai tenggelam, sepasang tangan kekar berhasil menggapai dan menariknya ke atas. Lalu, membaringkan wanita itu di tepi kolam dan segera memberikan pertolongan pertama.

Kepala Eleanor ditengadahkan, kemudian mulai memberikan napas buatan setelah sebelumnya mengompresi dadanya. Hal itu dilakukan beberapa kali hingga Eleanor terbatuk dan mengeluarkan air.

“Kamu tidak apa-apa?”

Eleanor hanya mengangguk sebagai jawaban karena masih terbatuk. Lalu, berusaha menarik napas panjang yang terasa berat.

“Tunggu di sini sebentar.”

Darren bangkit dan menyusul Alden yang sudah pergi lebih dulu. Dadanya bergemuruh hebat karena saat Eleanor tenggelam, adik sepupunya itu sama sekali tidak menolong. Darren segera menarik bahu Alden dan memepetnya ke tembok.

“Kamu sengaja, hah! Apa mau kamu sebenarnya, Alden?”

Alih-alih merasa takut, Alden melepaskan tangan Darren dan menatapnya tajam. “Aku mau dia mati agar kamu tidak bisa memilikinya.”

Darren langsung memukul rahang kiri Alden hingga membuatnya tersungkur. Lalu, kembali menarik bahu pria itu dan memukul tepat di area pelipisnya. Kali ini, Alden membalas dengan memukul balik Darren.

“Stop! Apa yang kalian lakukan? Berkelahi seperti anak kecil, memalukan!”

Darren dan Alden spontan menggantungkan tangan di udara begitu mendengar suara tegas milik Kakek William. Keduanya langsung beangun dan berdiri agak berjauhan. Kakek William menggeleng lemah sambil menelisik kedua cucunya.

Ada luka lebam di rahang kiri dan pelipis Alden yang mengeluarkan darah segar. Sementara, Darren memiliki lebam di rahang dan sudut bibirnya berdarah. Kakek William kembali menggeleng dan hendak membuka suara, tetapi tertahan saat melihat Eleanor masuk dengan keadaan basah kuyup dan dipapah salah satu asisten rumah tangganya.

“Kamu kenapa, Elea?”

Eleanor hanya melayangkan tatapan penuh amarah kepada Alden sebelum kembali dibawa menuju salah satu kamar di dekat tangga. Meskipun hanya sebuah tatapan, Kakek William tahu apa yang sebenarnya terjadi. Pria dengan rambut keperakan itu menggeram kesal sambil menggenggam erat tongkat di tangan kanannya.

“Alden, ikut Kakek sekarang. Darren segera temui Elea dan bawa pulang jika keadaannya sudah membaik.”

Kedua pria yang hanya berbeda dua tahun itu saling menatap tajam sebelum berpisah jalan. Alden mengikuti Kakek William menuju ruang kerjanya. Sementara, Darren berjalan menuju salah satu kamar di mana Eleanor berada.

Ketika di depan pintu, Darren bergeming sesaat sambil mengatur napas. Lalu, memutar gagang pintu dan membukanya. Tubuhnya belum sepenuhnya masuk, ketika terdengar suara Eleanor.

“Aaargh!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Pada Akhirnya

    Kadang masalah sepele yang terjadi antara saudara kandung bisa memicu pertengkaran yang lebih besar. Porsi kasih sayang dan cinta yang tak sebanding menjadi penyebab perpecahan di antara saudara. Tak terkecuali yang terjadi pada Rama dan Roni.Sejak Kakek William selalu membandingkan keduanya. Sikap Roni berubah seratus delapan puluh derajat. Dia lebih banyak diam jika dimarahi, tetapi diam-diam dendam yang telah mengakar kuat dalam dada terus menyala dan makin berkobar.Pria itu menyusun rencana jahat sejak bertahun-tahun sebelum akhirnya terlaksana. Dia menyebar rumor yang menjatuhkan Rama, sehingga publik tak percaya lagi dengannya. Tak cukup sampai di situ, Roni bahkan mulai melakukan beberapa kali percobaan pembunuhan terhadap kakaknya sendiri, meskipun awalnya selalu berakhir gagal.Hingga akhirnya percobaan ke sekian kalinya barulah berhasil. Rama dan Indira yang baru pulang dari menghadiri sebuah acara harus meregang nyawa setelah mobil yang dikendarai mengalami kecelakaan

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Di Balik Dendam

    “Kamu Eleanor Santoso. Istri kesayanganku.”Eleanor tersipu malu dengan ucapan Darren. Kedua pipinya merona merah, kemudian seulas senyum lebar tersumir di bibirnya. Dia menunduk sekilas sebelum kembali menatap sang suami.“Maafkan aku karena tidak mengingatmu, Sayang.”Darren menyibak rambut yang menutupi sebagian wajah Eleanor sebelum menyelipkan di belakang telinga, kemudian menangkup wajah dan menyematkan kecupan di keningnya.“It’s okay, Sayang. Aku paham kenapa kamu tidak bisa mengingatku. Hanya saja apakah kamu tahu kenapa itu bisa terjadi?”Eleanor menggeleng lemah, mencoba menggali kembali ingatannya di beberapa tahun ke belakang. Namun, semuanya nihil. Dia hanya mengingat perkataan yang diucapkan Agatha dan Helena setelah siuman.“Kamu terjatuh dari tangga karena licin, Elea. Waktu itu Mama Helena dan Agatha sedang pergi, makanya kami tidak tahu kejadian pastinya.”Wanita itu menghela napas panjang sebelum kembali menyandarkan punggung di sofa dan mencebik. Lalu, meng

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Kembali Pulang

    “Bagaimana ini, Bos?” tanya anak buah Roni dengan nada panik sambil menatap majikannya.Roni mendengkus kesal sebelum mengedarkan pandangan sesaat. “Kita kembali ke vila.”Sang anak buah segera putar balik dan melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju vila. Sementara di belakangnya, mobil polisi mengikuti sambil membunyikan sirine yang memekakkan telinga.Roni segera keluar mobil dan berlari ke dalam untuk melihat Eleanor. Sementara, sang anak buah berjaga sambil mengacungkan senjata api.Melihat Eleanor masih bernapas, Roni segera membopongnya ke depan dan merampas pistol dari tangan sang anak buah. Tak berselang lama, dua mobil polisi berhenti beberapa meter dari pintu utama.Delapan orang polisi segera turun dan bersembunyi di antara pintu mobil karena melihat Roni sedang memegang senjata sambil sambil membekap Eleanor yang terkulai lemas.“Menyerahlah, kalian tidak akan bisa kabur lagi!”Roni terkekeh karena begitu banyak perhatian orang tertuju kepadanya. Dia meliha

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Senjata Makan Tuan

    Darren terkejut sesaat mendengar penuturan Roni. Lalu, segera menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan sebelum mendorong Roni dan berusaha untuk mencekiknya.“Dan kamulah yang telah membunuh wanita itu!”Kedua manik mata milik Roni melebar mendengar kalimat yang diucapkan Darren. Dia berusaha melepaskan tangan sang keponakan sambil menendang perutnya. Akhirnya Darren terjengkang ke belakang, sedangkan Roni terbatuk sebelum bangkit sambil memegang lehernya.Melihat itu, Darren terkekeh dan beringsut duduk. Lalu, menyeringai sambil menunjuk pria paruh baya itu.“Om yang telah membuat kekacauan, tapi Om juga yang menyalahkan orang lain.” Darren menjeda kalimat untuk mengatur napas yang mulai tersengal sebelum melanjutkan kalimatnya. “Jam dua malam di kelab malam party. Om keluar dari sana bersama seorang wanita. Membawa pergi dan menikmatinya di rumah hingga pagi.”Roni membeku di tempat setelah Darren menyelesaikan kalimatnya. Sekejap mata ingatan tentang kejadian di masa

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Menutupi Kebohongan

    Darren dan Alden menoleh bersamaan saat mendengar suara Roni yang mendadak terdengar dari ambang pintu. Darren bergegas menutup kembali brankas sebelum menatap tajam sang paman.“Ke-kenapa Papa balik lagi? Apa ada yang ketinggalan?” tanya Alden dengan nada gugup.Roni menyeringai menatap sang anak sebelum beralih kepada Darren yang masih mematung di tempat. Dia melangkah mendekat hingga berdiri di depan sang keponakan. Kedua tangan pria paruh baya itu terulur untuk meremas kuat bahu Darren.“Apakah ini suatu kebetulan kamu bisa mengingat kembali, atau memang sejak awal kamu sudah bisa mengingat dengan baik, Darren?”Darren mendengkus kesal sebelum melepaskan tangan Roni, kemudian mencengkeram erat kerah jas yang dipakainya.“Jadi, Om adalah dalang dibalik kematian orang tuaku? Apa jangan-jangan Om juga yang telah membunuh Kakek William?”Alden membeliak mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Darren, sedangkan Roni menyeringai sebelum terkekeh.“Ternyata kamu sepintar papa

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Peninggalan yang Berharga

    Di tengah malam yang sepi, Darren masih terjaga. Dia perlahan membuka pintu kamar dan celingukan untuk memastikan keadaan aman sebelum berjalan mengendap-endap menuruni tangga. Lalu, berhenti di depan pintu bercat cokelat tua dan kembali memastikan keadaan aman sebelum melangkah masuk. Dalam keremangan cahaya yang tersorot dari halaman depan, dia mulai mengedarkan pandangan sebelum beranjak ke sisi dinding sebelah kanan.Darren berhenti di depan sebuah lukisan rumah di tengah pegunungan dan menatapnya lekat. Pria itu ingat betul letak rumah yang ada di dalam lukisan sebelum mengangkatnya, kemudian menurunkan ke bawah. Sekarang di depannya tampak pintu brankas berwarna hitam dengan beberapa tombol angka. Darren memutar otak sambil mengingat semua pesan yang disampaikan Kakek William. Sayangnya tak ada satu pun yang bisa dijadikan petunjuk, kecuali satu pesan terakhirnya.“Kunci itu. Iya, pasti ada di kunci itu petunjuknya. Tapi, bukankah kuncinya sudah diambil dari tangan Elea?”D

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status