Share

Mengingat Masa Lalu

Penulis: Afnasya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-01 00:10:42

“Terima kasih.”

Eleanor langsung memeluk Darren setelah mendapati foto sang ibu utuh kembali. Senyumnya mengembang karena bahagia. Namun, menyadari tindakannya salah, dia segera melerai pelukan.

“Ma-maaf.” Eleanor kembali menyunggingkan senyum sambil menatap lekat foto di tangannya. Lalu, setetes bulir bening membasahi pipinya. Namun, dia segera menyekanya. “Sekali lagi terima kasih banyak. Tapi, bagaimana bisa?”

Alih-alih menjawab, Darren justru melontarkan tanya. “Apa kamu senang?”

“Iya, aku sangat senang sekali.” Eleanor menatap Darren sekalinlagi sebelum kembali ke foto di tangannya. “Semua foto ibu sudah dibuang sama Mama Helena. Untung saja aku berhasil menyembunyikan ini dan menyimpannya.”

Eleanor menghela napas berat saat ingatannya kembali beberapa tahun sebelumnya. Helena yang dia anggap bisa memberikan kasih sayang sebagai sosok seorang ibu, justru memberikan beribu luka di hati. Semua sikapnya dianggap salah oleh ibunya Agatha itu. Tak terhitung lagi berapa banyak kata-kata serta pukulan yang diterimanya jika melakukan kesalahan sedikit saja.

“Foto ini adalah penyemangatku saat keadaan tidak baik-baik saja. Hanya inilah harta berhargaku sekarang.” Eleanor kembali tersenyum sebelum memasukkan foto sang ibu ke dalam saku bajunya. “Kalau begitu, aku permisi. Sekali lagi terima kasih banyak.”

Darren menatap lekat punggung Eleanor yang perlahan menjauh. Lalu, kedua sudut bibirnya tertarik ke atas hingga membentuk lengkungan. Dia menatap luka di lengannya sebelum menutup ruang kerjanya.

Saat tengah malam, Eleanor terjaga karena merasa kehausan. Dia melihat gelas yang kosong di nakas dan menghela napas panjang. Perlahan, dia turun dari ranjang dan meraih gelas sebelum keluar kamar.

Eleanor menuruni tangga, tetapi telinganya menangkap suara berisik dari arah dapur. Lampu yang biasanya redup juga sekarang menyala terang. Dia meneruskan langkah dan terkejut melihat Darren sedang bertelanjang dada dan berdiri di depan kompor sambil memasak sesuatu. Wanita itu bergeming karena tak ingin mengagetkan Darren.

Eleanor menatap punggung kekar suaminya sambil menelan ludah. Lalu, berbalik dan memilih untuk berlalu.

“Kenapa kembali? Bukannya kamu butuh air minum?”

Eleanor bergeming sesaat sebelum berbalik dan menatap Darren yang sedang menuang masakannya ke piring. Tampak sekerat daging tenderloin mengepulkan asap. Sontak, aromanya memenuhi ruangan. Wanita itu menelan ludah dengan mata mengerjap pelan.

“Mau?” tanya Darren sambil memotong kecil daging di piring dan menyodorkannya kepada sang istri.

“Enggak usah. Aku cuma mau ambil air saja, kok.” Eleanor bergegas menuju dispenser dan mengisi penuh gelasnya dengan air. “Aku balik ke kamar lagi.”

Darren hanya mengangguk sambil memasukkan sepotong daging ke mulut, kemudian mengunyahnya perlahan seolah-olah sangat menikmatinya. Melihat itu, Eleanor kembali menelan ludah sambil mengusap perutnya tanpa sadar.

“Aku tidak keberatan untuk berbagi beberapa potong daging denganmu.”

Eleanor tergagap dan segera melepaskan tangan dari perutnya. Lalu, menatap piring yang disodorkan Darren dengan beberapa potong daging di sana. Senyum semringahnya langsung tersumir di bibir.

“Terima kasih.”

Wanita itu segera memasukkan sepotong daging ke dalam mulut dan mengunyahnya. Namun, gerakannya terhenti kala teringat sesuatu.

“Ini lebih enak daripada masakanku kemarin. Kenapa kamu harus berbohong?”

“Rasa bagiku nomor sekian. Aku ingin menghargai usahamu memasak.”

Eleanor manggut-manggut sambil kembali memakan dagingnya hingga tandas. “Kalau di rumah, makan daging seperti ini hanya saat hari spesial saja. Itu pun daging dengan kualitas biasa. Dan aku hanya makan sedikit karena Ayah yang ambilkan.”

Darren menghela napas berat mendengar penuturan istrinya. Meskipun kerap mendapatkan perlakuan buruk dari Agatha dan Helena, Eleanor masih bisa bercerita sambil tersenyum.

“Makanlah yang banyak. Aku sudah kenyang.” Darren menyodorkan piringnya yang masih ada beberapa potong daging lagi. Sambil terus tersenyum, Eleanor mengangguk dan memakannya hingga habis.

Usai membereskannmeja makan, Eleanor hendak kembali ke kamar. Namun, langkahnya terhenti di tangga saat melihat Darren duduk di ruang keluarga sambil menatap layar ponselnya. Kali itu, Darren sudah memakai kaos berwarna biru muda. Dia berbalik dan memilih duduk di depan suaminya.

“Ada yang mau kamu bicarakan?” tanya Darren tanpa melepaskan tatapannya dari ponsel. Namun, setelah mengetik sesuatu, dia menatap Eleanor penuh tanya.

“Enggak, aku hanya penasaran saja bagaimana kamu memperbaiki foto ibuku?”

Darren menghela napas berat sebelum menjawab. “Hanya itu?”

Eleanor mengangguk dan langsung menasang wajah serius untuk mendengarkan penjelasan suaminya. Namun, beberapa detik berlalu, tak ada suara yang keluar dari mulut suaminya. Wanita itu mengerucutkan bibir karena semangat yang sempat membara perlahan redup.

“Kalau enggak mau jawab juga enggak apa-apa. Aku ke kamar dulu.”

Eleanor melangkah lesu menaiki tangga menuju kamar, kemudian menghempaskan tubuhnya ke ranjang.

“Dasar kepo! Kenapa juga harus tanya, sudah mending fotonya diperbaiki. Ini malah nanya yang enggak-enggak.”

Eleanor mengentakkan kakinya di ranjang sebelum menarik selimut hingga menutupi kepalanya. Lalu, dia mengeluarkan foto sang ibu dan mengusapnya.

“Aku sayang Ibu. Kapan-kapan aku ajak Darren mengunjungi Ibu.”

Eleanor mencium foto itu dan mendekapnya di dada. Tak lama kemudian, suara dengkur halus terdengar dari mulutnya. Sementara itu, Darren masih duduk di ruang keluarga. Dia memeriksa sesuatu sebelum melakukan panggilan.

“Jadi kapan mereka akan umumkan?” Darren terlihat mengangguk beberapa kali sebelum membuka suara. “Datang dan laporkan!”

Panggilan terputus. Darren meletakkan ponsel di samping. Lalu, menatap halaman belakang yang temaram oleh cahaya lampu taman sambil menyeringai.

“Ini baru awal. Aku akan buat kalian ingat siapa Darren sesungguhnya.”

***

Keesokan harinya, Eleanor terjaga karena mendengar suara bising di luar. Dia bergegas keluar kamar dan mendapati beberapa orang sedang membersihkan rumah. Wanita itu kebingungan dan memilih untuk berjalan ke dapur.

Di sana, dia mendapati Darren sedang menyesap kopi sambil menatap layar tabletnya. Mendengar suara langkah mendekati, pria itu mendongak dan berserobok sesaat dengan istrinya.

“Mereka memang rutin datang untuk membersihkan rumah seminggu dua kali.”

Eleanor tergemap karena Darren seperti tahu apa yang ingin ditanyakannya. Lalu, memilih untuk berjalan ke lemari pendingin dan membukanya. Melihat tuna dan sayuran segar, wanita itu mempunyai ide untuk membuat roti lapis.

Dengan cekatan, dia mengambil roti di meja dapur dan menaruh tuna yang sudah dimasak pedas. Lalu, menumpuk selada dan tomat sebelum menutup dengan roti lagi.

“Ini sarapan simpel kalau aku malas masak. Semoga suka, ya?” Eleanor menyodorkan setangkup roti lapis ke hadapan Darren. Lalu, mengunyah roti miliknya sambil memperhatikan orang yang sedang membersihkan ruang keluarga.

“Selesaikan sarapanmu dan ikut aku.” Darren mengambil roti lapis dan memasukkannya ke dalam mulut.

“Ke mana?”

“Ketemu Kakek William. Ada yang mau dibahas.”

Eleanor mengangguk dan segera menghabiskan sarapannya. Lalu, bergegas membersihkan diri dan menunggu di teras. Dia mengeluarkan ponsel dan mencoba untuk menghubungi sang ayah. Namun, belum sampai terhubung, Darren sudah keluar.

Aroma parfum Woody kembali memenuhi indera penciuman Eleanor saat sang suami melewatinya. Dia terbuai sesaat sebelum mengekori Darren menuju mobil.

Perlahan mobil meluncur meninggalkan rumah menuju kediaman Kakek William. Sepanjang perjalanan tak ada yang bersuara hingga akhirnya sampai di tujuan.

Eleanor mengernyit kala melihat mobil sang ayah ada di depan rumah Kakek William. Dia bergegas turun dan berjalan masuk. Namun, langkahnya terhenti kala mendengar suara teriakan dari dalam.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Pada Akhirnya

    Kadang masalah sepele yang terjadi antara saudara kandung bisa memicu pertengkaran yang lebih besar. Porsi kasih sayang dan cinta yang tak sebanding menjadi penyebab perpecahan di antara saudara. Tak terkecuali yang terjadi pada Rama dan Roni.Sejak Kakek William selalu membandingkan keduanya. Sikap Roni berubah seratus delapan puluh derajat. Dia lebih banyak diam jika dimarahi, tetapi diam-diam dendam yang telah mengakar kuat dalam dada terus menyala dan makin berkobar.Pria itu menyusun rencana jahat sejak bertahun-tahun sebelum akhirnya terlaksana. Dia menyebar rumor yang menjatuhkan Rama, sehingga publik tak percaya lagi dengannya. Tak cukup sampai di situ, Roni bahkan mulai melakukan beberapa kali percobaan pembunuhan terhadap kakaknya sendiri, meskipun awalnya selalu berakhir gagal.Hingga akhirnya percobaan ke sekian kalinya barulah berhasil. Rama dan Indira yang baru pulang dari menghadiri sebuah acara harus meregang nyawa setelah mobil yang dikendarai mengalami kecelakaan

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Di Balik Dendam

    “Kamu Eleanor Santoso. Istri kesayanganku.”Eleanor tersipu malu dengan ucapan Darren. Kedua pipinya merona merah, kemudian seulas senyum lebar tersumir di bibirnya. Dia menunduk sekilas sebelum kembali menatap sang suami.“Maafkan aku karena tidak mengingatmu, Sayang.”Darren menyibak rambut yang menutupi sebagian wajah Eleanor sebelum menyelipkan di belakang telinga, kemudian menangkup wajah dan menyematkan kecupan di keningnya.“It’s okay, Sayang. Aku paham kenapa kamu tidak bisa mengingatku. Hanya saja apakah kamu tahu kenapa itu bisa terjadi?”Eleanor menggeleng lemah, mencoba menggali kembali ingatannya di beberapa tahun ke belakang. Namun, semuanya nihil. Dia hanya mengingat perkataan yang diucapkan Agatha dan Helena setelah siuman.“Kamu terjatuh dari tangga karena licin, Elea. Waktu itu Mama Helena dan Agatha sedang pergi, makanya kami tidak tahu kejadian pastinya.”Wanita itu menghela napas panjang sebelum kembali menyandarkan punggung di sofa dan mencebik. Lalu, meng

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Kembali Pulang

    “Bagaimana ini, Bos?” tanya anak buah Roni dengan nada panik sambil menatap majikannya.Roni mendengkus kesal sebelum mengedarkan pandangan sesaat. “Kita kembali ke vila.”Sang anak buah segera putar balik dan melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju vila. Sementara di belakangnya, mobil polisi mengikuti sambil membunyikan sirine yang memekakkan telinga.Roni segera keluar mobil dan berlari ke dalam untuk melihat Eleanor. Sementara, sang anak buah berjaga sambil mengacungkan senjata api.Melihat Eleanor masih bernapas, Roni segera membopongnya ke depan dan merampas pistol dari tangan sang anak buah. Tak berselang lama, dua mobil polisi berhenti beberapa meter dari pintu utama.Delapan orang polisi segera turun dan bersembunyi di antara pintu mobil karena melihat Roni sedang memegang senjata sambil sambil membekap Eleanor yang terkulai lemas.“Menyerahlah, kalian tidak akan bisa kabur lagi!”Roni terkekeh karena begitu banyak perhatian orang tertuju kepadanya. Dia meliha

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Senjata Makan Tuan

    Darren terkejut sesaat mendengar penuturan Roni. Lalu, segera menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan sebelum mendorong Roni dan berusaha untuk mencekiknya.“Dan kamulah yang telah membunuh wanita itu!”Kedua manik mata milik Roni melebar mendengar kalimat yang diucapkan Darren. Dia berusaha melepaskan tangan sang keponakan sambil menendang perutnya. Akhirnya Darren terjengkang ke belakang, sedangkan Roni terbatuk sebelum bangkit sambil memegang lehernya.Melihat itu, Darren terkekeh dan beringsut duduk. Lalu, menyeringai sambil menunjuk pria paruh baya itu.“Om yang telah membuat kekacauan, tapi Om juga yang menyalahkan orang lain.” Darren menjeda kalimat untuk mengatur napas yang mulai tersengal sebelum melanjutkan kalimatnya. “Jam dua malam di kelab malam party. Om keluar dari sana bersama seorang wanita. Membawa pergi dan menikmatinya di rumah hingga pagi.”Roni membeku di tempat setelah Darren menyelesaikan kalimatnya. Sekejap mata ingatan tentang kejadian di masa

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Menutupi Kebohongan

    Darren dan Alden menoleh bersamaan saat mendengar suara Roni yang mendadak terdengar dari ambang pintu. Darren bergegas menutup kembali brankas sebelum menatap tajam sang paman.“Ke-kenapa Papa balik lagi? Apa ada yang ketinggalan?” tanya Alden dengan nada gugup.Roni menyeringai menatap sang anak sebelum beralih kepada Darren yang masih mematung di tempat. Dia melangkah mendekat hingga berdiri di depan sang keponakan. Kedua tangan pria paruh baya itu terulur untuk meremas kuat bahu Darren.“Apakah ini suatu kebetulan kamu bisa mengingat kembali, atau memang sejak awal kamu sudah bisa mengingat dengan baik, Darren?”Darren mendengkus kesal sebelum melepaskan tangan Roni, kemudian mencengkeram erat kerah jas yang dipakainya.“Jadi, Om adalah dalang dibalik kematian orang tuaku? Apa jangan-jangan Om juga yang telah membunuh Kakek William?”Alden membeliak mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Darren, sedangkan Roni menyeringai sebelum terkekeh.“Ternyata kamu sepintar papa

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Peninggalan yang Berharga

    Di tengah malam yang sepi, Darren masih terjaga. Dia perlahan membuka pintu kamar dan celingukan untuk memastikan keadaan aman sebelum berjalan mengendap-endap menuruni tangga. Lalu, berhenti di depan pintu bercat cokelat tua dan kembali memastikan keadaan aman sebelum melangkah masuk. Dalam keremangan cahaya yang tersorot dari halaman depan, dia mulai mengedarkan pandangan sebelum beranjak ke sisi dinding sebelah kanan.Darren berhenti di depan sebuah lukisan rumah di tengah pegunungan dan menatapnya lekat. Pria itu ingat betul letak rumah yang ada di dalam lukisan sebelum mengangkatnya, kemudian menurunkan ke bawah. Sekarang di depannya tampak pintu brankas berwarna hitam dengan beberapa tombol angka. Darren memutar otak sambil mengingat semua pesan yang disampaikan Kakek William. Sayangnya tak ada satu pun yang bisa dijadikan petunjuk, kecuali satu pesan terakhirnya.“Kunci itu. Iya, pasti ada di kunci itu petunjuknya. Tapi, bukankah kuncinya sudah diambil dari tangan Elea?”D

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status