Share

Sang Pengganggu

Penulis: Afnasya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-09 23:40:06

Melihat sang istri tak sadarkan diri, Darren bergegas membopong dan melarikannya ke mobil. Dengan sangat perlahan, pria itu membaringkan Eleanor di bangku penumpang belakang. Lalu, melajukan kendaraannya menuju rumah sakit. Dari pantulan kaca spion yang berada di tengah, Darren berulang kali memastikan kondisi Eleanor. Wanita itu tampak bergeming dengan napas yang mulai melambat.

“Bertahanlah, Sayang. Sebentar lagi kita sampai. Aku mohon bertahanlah sebentar lagi.”

Dengan kecepatan tinggi, pria itu membawa mobilnya menembus keramaian jalan. Lalu, berhenti tepat di depan ruang UGD dan kembali membopong sang istri untuk diletakkan di brankar.

“Tolong selamatkan dia. Dia terkena alergi anafilastik kacang.” Darren berucap kepada sang perawat yang segera membawa Eleanor ke dalam.

Darren segera mengempaskan bobot tubuhnya ke kursi tunggu dan menghela napas panjang. Dia menatap langit-langit ruangan sebelum memejamkan mata sejenak untuk merapalkan doa. Hatinya diperam kelesah karena kond
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Pesan Terakhir

    Darren bergegas menutup pintu ruang olah raga setelah mendengar bunyi bel. Sedikit tergesa-gesa, dia berjalan ke depan untuk membukakan pintu. Lalu, senyumnya tersumir di bibir saat mengetahui orang-orang dari perusahaan pembersihan rumah sudah tiba. Pria itu menginstruksikan bagian mana saja yang harus dibersihkan sebelum beranjak ke kamar. Dalam ruangan yang dominan dengan warna putih itu, Darren meletakkan tas kertas yang tadi sempat dibawanya dari butik. Dia menatapnya sekilas sebelum merogoh saku celana untuk mengambil ponsel dan menghubungi seseorang. “Aku butuh bantuanmu. Bisa kita ketemu?” Darren mendengarkan sesaat sebelum mengangguk sekali dan menutup panggilan. Lalu, bergegas membersihkan diri dan memakai kemeja hitam yang dipadu dengan celana kain hitam. Tak lupa jam tangan di mana tali pengikatnya dibuat khusus oleh sang istri. Setelah mematut diri di depan cermin sesaat, dia beranjak keluar kamar. Pria itu pun menemui salah satu orang dari jasa pembersih rumah

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Menyusun Rencana

    “Di ruangan kerja milik Kakek.” Roni menjeda ucapan untuk mengambil duduk di sofa. Lalu, menyandarkan punggung dan memejamkan mata sejenak sambil memijat pangkal hidungnya. Setelahnya, dia kembali membuka mata dan menatap lekat anaknya. “Tadinya Papa hanya mau menyuruh orang untuk membersihkan ruangan itu. Tapi, mereka menemukan sebuah kotak mencurigakan dan ternyata isinya itu.” Roni menunjuk berkas yang masih berada di tangan Alden. “Papa penasaran dan membacanya, ternyata itu adalah laporan keuangan yang sengaja disembunyikan oleh Kakek semasa hidup.” Roni mengembuskan napas kasar sebelum kembali melanjutkan ucapannya. “Laporan keuangan yang membuat Papa tak habis pikir karena selama ini Kakek masih melakukan pengiriman berkala semua aset bergerak milik Rama kepada Darren.” Terdengar satu helaan napas panjang yang keluar dari mulut Roni sebelum bangkit dari duduk dan mendekati Alden. “Simpan ini sebagai bukti. Papa yakin suatu saat pasti akan berguna.” “Terus apa yang ma

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Sebuah Berkas

    Eleanor mendekap mulut setelah melempar ponselnya ke ranjang. Masih sempat terdengar gelak tawa dari ujung telepon sebelum panggilan terputus. Wanita itu mengatur napas yang memburu sebelum kembali mengambil ponsel dan membuka layarnya. “Sayang, ada apa?” tanya Darren sambil melangkah masuk dan mendekati ranjang. Melihat wajah pucat sang istri, pria itu khawatir dan mengambil duduk di dekatnya. Kedua tangan pria itu menyentuh lembut bahu Eleanor. “Kamu tidak apa-apa, Sayang?” “Ba-barusan ada yang telepon. Dia ... dia bilang apa aku suka dengan kejutannya?” Dahi Darren berkerut dalam mendengar kalimat yang diucapkan istrinya. “Kejutan? Kejutan apa?” Bagai tersadar dari mimpi buruk, Eleanor menatap lekat pria yang duduk tepat di depannya. “Ternyata apa yang terjadi di kafe tadi adalah ulah dia. Orang yang barusan meneleponku.” “Mana nomornya? Biar aku telepon balik.” Eleanor segera menyerahkan ponselnya kepada sang suami. Lalu, menatap pria yang ada di hadapannya meneka

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Sang Pengganggu

    Melihat sang istri tak sadarkan diri, Darren bergegas membopong dan melarikannya ke mobil. Dengan sangat perlahan, pria itu membaringkan Eleanor di bangku penumpang belakang. Lalu, melajukan kendaraannya menuju rumah sakit. Dari pantulan kaca spion yang berada di tengah, Darren berulang kali memastikan kondisi Eleanor. Wanita itu tampak bergeming dengan napas yang mulai melambat.“Bertahanlah, Sayang. Sebentar lagi kita sampai. Aku mohon bertahanlah sebentar lagi.”Dengan kecepatan tinggi, pria itu membawa mobilnya menembus keramaian jalan. Lalu, berhenti tepat di depan ruang UGD dan kembali membopong sang istri untuk diletakkan di brankar.“Tolong selamatkan dia. Dia terkena alergi anafilastik kacang.” Darren berucap kepada sang perawat yang segera membawa Eleanor ke dalam.Darren segera mengempaskan bobot tubuhnya ke kursi tunggu dan menghela napas panjang. Dia menatap langit-langit ruangan sebelum memejamkan mata sejenak untuk merapalkan doa. Hatinya diperam kelesah karena kond

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Kambuh

    Eleanor mengernyit heran mendengar suara berat di ujung telepon. Dia hendak membuka mulut, tetapi panggilan sudah lebih dulu terputus. Wanita itu pun menatap penuh tanya sang suami yang melakukan hal sama. Tak ingin didera penasaran, Eleanor mencoba untuk menghubungi balik, tetapi suara operator yang terdengar menyapa, memberitahu jika nomor yang dituju sudah tidak aktif lagi.“Kamu kenal dia, Sayang?” tanya Darren yang dijawab dengan gelengan Eleanor. “Siapa sebenarnya dia? Tidak mungkin orang iseng karena jelas aku dengar dia menyebut namamu.”“Entahlah. Semoga saja benar orang iseng.”Eleanor meletakkan ponsel ke nakas dan bersiap untuk berbaring. Namun, suara dering ponsel kembali terdengar nyaring. Dia kembali mengambil benda pipih itu dan mengernyit heran melihat deretan nomor yang sama seperti panggilan pertama.“Biar aku angkat, Sayang.” Darren mengulurkan tangan untuk meminta ponsel yang dipegang Eleanor, kemudian menjawab panggilan. “Siapa kamu?”Telepon langsung terput

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Mengubur Kenangan Buruk

    “Dari mana kamu tahu?” tanya Agatha balik sambil menutupi perutnya dengan kedua tangan. Sementara di depannya, Kevin tergelak sebelum menyandarkan punggung di sofa. “Kemarin aku tidak sengaja melihatmu keluar dari ruang poli kandungan. Aku penasaran dan bertanya kepada dokter yang bertugas dan dia bilang kalau kamu periksa kandungan.” Kevin menjeda kalimat untuk melihat reaksi Agatha. Pria itu tersenyum tipis saat tahu wajah wanita di depannya memucat. “Berarti itu adalah a ....” “Ini anak Alden.” Kevin tergelak mendengar kalimat bernada tegas yang meluncur dari mulut Agatha. Dia bangkit dari duduk dan memutari meja sebelum berdiri di belakang wanita itu. Dia membungkuk dan mengulurkan tangan untuk mengusap kedua bahu Agatha. “Kamu yakin, Sayang? Bukankah dulu kamubpernah bilang kalau Alden itu tidak mau menyentuhmu.” “Jaga ucapan kamu, Kevin!” sentak Agatha sambil melepaskan kasar kedua tangan Kevin dari bahunya. “Ini anaknya Alden!” Tawa Kevin makin kencang terdenga

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Yang Tersembunyi

    “Sayang, tunggu!” teriak Agatha sambil mempercepat langkahnya. Sementara, Alden terus melangkah lebar tanpa mempedulikan sang istri. Pria itu terus melangkah hingga sampai di mobil. Namun, saat hendak menyalakan mesin mobil, Agatha masuk dan duduk di sebelahnya. “Apa mau kamu sebenarnya, sayang? Kamu minta tes DNA bayi dalam kandunganku, aku setuju. Tapi kenapa saat melihat hasilnya kamu malah seperti ini? Kamu tidak percaya kalau bayi ini anak kamu?” Alden mendengkus kesal sebelum menyalakan mesin mobil dan melajukannya meninggalkan rumah sakit. Sepanjang perjalanan, isi kepalanya riuh dengan segala fakta yang tersaji di depan matanya. Sementara di sebelahnya, Agatha terus meyakinkan Alden bahwa tak ada yang berusaha untuk membohonginya. “Stop, Agatha!” hardik Alden sesaat setelah menginjak rem. Dia memukul kemudi dan berteriak frustasi untuk meluapkan gelebah dalam dada. “Turun sekarang!” “Maksud kamu apa, Sayang? Kamu mau turunin aku di jalan?” “Turun, Agatha! Sekarang!”

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Persekongkolan

    Darren refleks menoleh dan berhasil menangkis serangan pria tak dikenal itu dengan tangan kanannya hingga membuat buku yang dipegang terpental dan terjatuh di dekat kaki Eleanor. Pria tak dikenal itu terkesiap dan segera berbalik, tetapi Darren sigap menangkap lengannya dan memutarnya ke belakang. Lalu, memepet ke tembok dan mengunci kaki kanannya.“Mau apa kamu di sini, hah!” seru Darren dengan napas memburu.“Tidak ada. Aku cuma lewat dan ingin mengambil beberapa barang yang bisa aku jual untuk makan.”“Jangan bohong! Aku tahu maksudmu. Siapa yang menyuruhmu? Katakan!”“Tidak ada. Tolong lepaskan aku.”Darren makin menarik tangan pria itu ke belakang hingga terdengar erangan kesakitannya. Namun, sebanyak apapun Darren bertanya, pria itu memberi jawaban yang sama.“Lepaskan saja, Sayang. Dia pasti berkata jujur.”Darren melirik sang istri yang berjalan mendekat. Saat itulah pria tak dikenal itu menginjak kaki kiri Darren dan mendorongnya hingga terhuyung. Lalu, dia menarik Ele

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Serangan Pertama

    Alden bergeming sesaat di dalam mobil usai pertemuannya dengan Pak Hendra. Lalu, tersenyum miring saat kalimat yang diucapkan Kevin kembali terngiang di kepala. Dia menggeram kesal sambil mencengkeram erat kemudi hingga buku-buku jarinya memutih.“Beraninya kamu mempermainkanku selama ini! Lihat saja apa yang akan aku lakukan padamu!”Alden memukul kemudi saat bayangan tentang sang sepupu berkelebat di kepala. Setelahnya, dia menyalakan mesin mobil dan melajukannya menuju gedung Wijaya Grup. Setibanya di sana, pria itu mengempaskan kasar tubuhnya ke kursi kebesaran dan mengantuk-angukkan kepala.Dia memejamkan mata sesaat sambil memijat pangkal hidungnya. Lalu, menggeleng beberapa kali untuk mengusir nyeri yang mendera. Namun, bukannya enyah, sakit kepala itu makin mencengkeram. Alden mengembuskan napas kasar sebelum membuka laci meja kerjanya dan mengambil sebuah botol berbentuk bundar dengan isi berwarna merah pekat serta sebuah gelas kecil.Alden membuka botol itu dan menuang s

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status