"Ibu Vania itu siapa, Bayu?""Dia istri dari Pak Wisnu, bos aku."Mendengar itu membuat Widya tersenyum puas. Entah kenapa, membayangkan Kaira dilabrak membuat hati Widya bahagia luar biasa."Ibu Vania langsung balas pesanku, Bu!" seru Bayu merasa senang. Widya langsung berpindah tempat duduk di samping Bayu, mengintip ponsel anaknya yang sedang bertukar pesan. "Dia bilang mau ketemu sama aku nanti malam, Bu," terang Bayu memberitahu."Bagus!" Widya mesam-mesem penuh kebahagiaan. Dia mendadak ingat akan sesuatu hal. "Ibu juga punya rekaman suara Kaira saat dia mengakui jadi simpanan bos kamu itu. Ibu sengaja rekam ini buat bukti kalau Kaira memang wanita murahan!""Ibu juga rekam suara dia? Kok bisa?""Bisa dong. Ibu udah feeling pas lihat Kaira duduk sama bos kamu itu kalau dia itu jadi simpanan Om-Om tajir. Pas ada momen ketemu berdua sama dia di toilet, Ibu pancing aja dia dan nggak nyangka kalau Kaira mengakui itu tanpa mengelak sedikit pun," jelas Widya semakin mengompori anaknya
"Kenapa udah jam segini Mas Dipta belum pulang? Memangnya dia pergi ke mana?"Saat pekerjaan kantor sudah selesai, Kaira baru sadar kalau saat ini waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari, namun entah kenapa suaminya belum juga pulang ke apartemen.Jujur saja ada rasa resah di dalam hati Kaira. Takut Dipta kenapa-kenapa di jalan.Tak pelak akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi nomor ponsel suaminya. Sukurnya tersambung, tapi tidak diangkat-angkat yang membuat pikiran Kaira semakin tak karuan kemana-mana."Kamu di mana, sih, Mas," gumam Kaira merasa resah. Bahkan ia tak sadar sudah berjalan bolak-balik seperti setrikaan hanya karena menunggu kepulangan Dipta.Tak kunjung pulang, Kaira memutuskan untuk duduk di sofa ruang tv, yang mana makin lama matanya makin terasa berat hingga tak sadar jika dirinya tertidur di sofa sampai pagi.Saat terbangun karena mendengar suara alarm ponsel yang berbunyi, Kaira menghela napas panjang saat menyadari jika Dipta tidak pulang semalam.Ting no
"Jujur saya tidak mengerti apa yang anda katakan barusan."Kaira memegangi pipi sebelah kirinya yang terasa panas karena bekas tamparan wanita paruh baya di depannya ini. Bola matanya yang melotot tajam membuatnya takut, sampai tak terasa telapak tangannya gemetar pelan."Cih! Masih tidak mau mengaku, hah!?"Kaira menggelengkan kepalanya pelan, air matanya mendadak luruh. Tidak menyangka jika pagi ini dirinya bertemu dengan orang asing yang tiba-tiba menamparnya, dan membawanya ke salah satu tempat yang Kaira ketahui ini sebuah hotel."Sejak kapan jadi simpanan Wisnu Kertakusuma!?" tanya Vania dengan nada suara yang menggeram, menahan emosi yang ingin keluar kembali karena tidak tahan melihat wajah sok polos dari wanita murahan di depannya.Kening Kaira mengerut ke tengah, baru sadar jika dirinya dituduh sebagai simpanan Pak Wisnu. Apa wanita yang di depannya ini adalah istri dari Pak Wisnu.Tahu jika ini sebuah salah paham, Kaira mencoba menarik napas dalam dan mengembuskan secara pe
"Mas Dipta! Kamu kok ada di sini?" tanya Kaira saat berjalan melewati lobby kantor menuju ke arah kantin untuk makan siang di sana.Dipta yang disapa Kaira hanya tersenyum tipis saja. Netra hitam miliknya melihat keanehan di tubuh istrinya."Mas, kok malahan ngelamun," tegur Kaira menyadarkan Dipta yang diam terbengong menatapnya."Hehe, kamu udah makan?" Dipta menggaruk tengkuk belakangnya untuk menghilangkan rasa gerogi."Ini mau ke kantin.""Sendirian aja?" Dipta melihat ke arah belakang Kaira yang tidak ada siapa-siapa. Bahkan banyak yang berlalu lalang, namun tidak ada satupun yang menyapa Kaira."Udah biasa sendiri. Biasanya sama Vito, tapi dia belum balik dari Singapura," jelas Kaira soal kondisi di kantornya.Dipta yang paham situasi soal Kaira selama di kantor langsung mengajak makan siang bersama. Pria itu langsung saja menggandeng telapak tangan istrinya, membawa keluar lobby kantor."Kita mau ke mana, Mas?""Restoran dekat sini.""Ha!? Restoran?"Mendengar jika Kaira tamp
"Di--dia … istri Pak Wisnu," cicit Kaira pelan.Deg!Detak jantung Dipta mendadak seperti terhenti seketika saat mendengar kalimat itu. Orang yang melabrak istrinya ternyata mamanya sendiri? Bagaimana mungkin itu bisa terjadi?Penasaran bagaimana runut kejadiannya, Dipta menatap Kaira lembut, tak lupa menggenggam telapak tangan yang sedari tadi terasa dingin juga gemetar."Kapan kamu bertemu dengannya?" "Saat aku turun dari angkutan umum dan jalan di trotoar. Mendadak ada yang memanggil namaku, dan aku tak mengenal orang itu. Dia menyebutkan namanya, kalau nggak salah Ardi.""Ardi!?""Ya, dia menyebutkan nama itu. Awalnya dia bersikap baik, namun saat aku menolak ajakannya, dia mendadak memukul diriku.""Shit!" umpat Dipta yang tak bisa menahan diri untuk bersabar. "Diapakan lagi oleh Ardi sialan itu!?" tanya Dipta mulai menunjukkan rasa pedulinya kepada Kaira secara gamblang.Kaira menggelengkan kepalanya pelan, tidak ingat setelah dipukul ia diapakan. Yang ia ingat tiba-tiba berada
"Kaira, sebaiknya kamu cepat kembali bekerja. Kelamaan menemui aku nanti dipecat sama Pak Bagas gimana?" ujar Dipta menakuti istrinya, dan untungnya berhasil.Kaira yang takut 'dipecat' buru-buru berbalik badan, meninggalkan Dipta di sofa tunggu. Meski sejujurnya dalam hati sangat khawatir saat istri dari Pak Wisnu datang menghampiri suaminya.Sebelum pintu lift tertutup, Kaira melihat Dipta dengan perasaan sedih karena takut jika suaminya akan dimarahi oleh Ibu bos. Apa istri dari Pak Wisnu tahu jika Dipta itu suaminya? Lantas apa hubungannya dengan wanita muda yang pernah datang berkunjung ke apartemen mencari Dipta?Memikirkan itu membuat kepala Kaira sakit. Sebaiknya nanti ia tanyakan saja kepada Dipta saat sudah di apartemen.Ingin melanjutkan pekerjaan pun rasanya tidak fokus, yang dilakukannya hanya terus duduk termenung menatap layar komputer dengan pikiran jauh ke sana, memikirkan Dipta."Maafkan aku, Mas. Gara-gara aku sekarang hidupmu penuh dengan masalah," lirih Kaira mera
"Ayah kok lesu gitu?" Widya memperhatikan gerak-gerik suaminya yang terlihat lunglai tak bertenaga.Tak biasanya pulang kerja suaminya akan lesu seperti itu. Meski ada masalah, wajahnya tak pernah kusut, masih ada sedikit senyum menghiasi bibir tebalnya."Ayah dipecat, Bu," adu Wijaya begitu sedih bahkan terdengar miris.Widya yang mendengar aduan suaminya langsung tersentak kaget. Kenapa suaminya mendadak dipecat? Memang dia salah apa?"Kok bisa!?" tanya Widya tak terima. "Emang Ayah salah apa sampai dipecat begitu!?" Widya mulai menangis karena membayangkan jika suaminya diberhentikan dari pekerjaan, uang bulanan akan berhenti masuk ke dalam rekeningnya nanti."Perusahaan tempat Ayah bekerja dibeli oleh Archery Grup. Kemudian perusahaan itu memecat banyak karyawan secara masal, dengan alasan sudah tidak kompeten lagi dalam mengerjakan pekerjaan. Dibilang tidak masuk kategori kualifikasi dalam pekerja Archery Grup yang serba cekatan dan bisa." Wijaya langsung terduduk lesu sambil men
"Lho! Katanya mau cari keringet, Mas? Kenapa malahan mepetin aku ke kasur?"Manik cokelat itu berkedip-kedip keheranan saat tubuh Dipta justru memojokkannya hingga terjatuh ke atas kasur. Hal ini membuat kedua tangan Kaira menahan dada milik Dipta yang hampir menjatuhi tubuhnya."Mas, ini mau jatuh," kata Kaira yang mulai ketakutan sendiri jika tubuh besar milik Dipta menjatuhi tubuhnya. Ia takut jika tubuhnya jadi perkedel."Katanya mau cari keringat!?" Mata sayu Dipta menatap manik cokelat milik Kaira dengan tatapan menggelora. "Iya, tapi emang tiduran kayak gini bisa cari keringat, yang ada bikin ngantuk. Bukannya kita mau kejar-kejaran lagi, itung-itung olahraga malam," balas Kaira yang membuat otak Dipta justru traveling ke mana-mana mendengar kata 'olahraga malam' yang dikatakan istrinya. Sebenernya Kaira tahu tidak, sih, definisi olahraga malam itu gimana?"Ya, kita pemanasan dulu kalau mau olahraga, Kaira.""Maksudnya lari-lari kecil gitu, ya?" Kaira tersenyum manis yang memb