Share

3. Cenayang.

Author: Seoravry
last update Huling Na-update: 2023-12-13 17:46:02

'Apa aku tadi terlalu kelihatan ya ngupingnya?'

Riri tersentak kaget, dirinya tak menyangka akan ketahuan secepat ini.

“Iya!” balas Leon dengan suara sedikit meninggi.

Untuk yang kedua kalinya Riri dibuat kaget dengan ucapan suaminya. 'Dia bisa baca isi pikiranku?'

“Nggak bisa.” Lagi-lagi.

'Apa dia cenayang ya?'

“Bukan.”

Kali ini, rasa penasaran Riri sudah tak terelakkan lagi. Untuk itu, dia berteriak dengan sangat kencang. “Kamu bisa baca isi pikiranku?!!”

“Kenapa?” Nada suara laki-laki itu terdengar meremehkan.

Riri kaget bukan main. Perlahan-lahan, dia memutar badannya dan menengok ke arah Leon berada.

Di sana terlihat Leon yang sedang duduk di tepi ranjang sambil menatap tajam ke arahnya.

“Udah sana tidur! Awas saja kalau berani berisik lagi!... Aku tak akan segan-segan untuk mengusirmu dari sini!” Pria itu mengancam.

“Tapikan yang berisik dari tadi dia. Kok malah aku sih yang disalahin?”

Riri berucap pelan. Akhirnya, karena tak mau memperpanjang masalah, Riri pun memilih untuk tidur saja.

Memiliki kebiasaan susah tidur di tempat asing, membuat Riri beberapa kali terbangun dari tidur. Terlebih saat ini dia sedang tidur di atap yang sama dengan seseorang yang baru saja dia kenal namanya beberapa jam yang lalu. Membayangkan apa yang akan terjadi ke depannya membuat perasaan Riri menjadi resah.

Karena tak bisa tertidur lagi, Riri akhirnya terduduk dan menatap ke arah tempat tidur sebelah, di mana terdapat laki-laki tampan yang sedang tertidur.

“Ganteng sih, tapi sayang akhlaknya minus,” gumam wanita itu pelan. Tak lama, suara adzan subuh menggema. Wanita itu kembali menatap sang suami yang masih tertidur lelap. “Apa aku bangunin ya buat shalat subuh?... Tapi cara banguninnya gimana?”

Akhirnya, dengan pertimbangan yang sangat matang, Riri pun memutuskan untuk membangunkan Leon agar bisa shalat subuh berjamaah.

Tepat saat sebelum menyentuh laki-laki itu untuk dibangunkan, Riri kembali menunda pergerakannya dan membatin, 'Ini aku panggil dia apa? Mas, Sayang?'

“Terserah. Yang mana aja boleh.”

Untuk yang kesekian kalinya Riri dibuat kaget dengan suara Leon yang tiba-tiba menjawab, padahal barusan dia sedang berbicara di dalam hati.

Mata Leon yang awalnya terpejam kini terbuka perlahan-lahan lalu mengganti posisi tidurnya menjadi terlentang dan menatap ke atas langit-langit kamar hotelnya untuk mengumpulkan nyawa.

'Kayaknya dia beneran bisa baca pikiran deh.'

Kesal karena berulang kali Riri bertanya hal yang sama, Leon pun menyahut dengan nada menyolot. “Dibilang gak bisa ya gak bisa!... Ngeyel banget sih kalau dibilangin!”

“Ya tapi kan tadi aku bicara di dalam hati!” pekik Riri dengan suara tinggi.

Bukan hanya Leon yang kesal, dia pun kesal dengan ucapan dan nada bicara Leon yang terdengar sangat kasar.

Leon mengkorek-korek telinganya ketika mendengar suara Riri yang terdengar sangat melengking. “Kenapa bangunin aku di jam segini?!”

Untuk menguji bakat unik sang suami, Riri pun kembali bertanya dalam hati. 'Salat subuh. Mau bareng?'

Leon mendengus kesal lalu bangkit dari posisi tidurnya. “Ya udah... Ayo.” Laki-laki itu kemudian menurunkan kakinya ke lantai dan berjalan menuju ke arah kamar mandi.

Mata Riri terbelalak ketika mendengar jawaban Leon. Sekarang, sudah bisa dipastikan kalau suaminya itu memang bisa membaca pikiran orang lain.

Tak ada hal lain yang bisa dilakukan Riri untuk mengagumi kemampuan suaminya selain berdecak kagum.

Terlalu takjub dengan kemampuan suaminya, Riri tidak sadar bahwa Leon telah menyelesaikan wudhunya.

“Heh!!!... Kenapa bengong?!”

Suara tinggi Leon lagi-lagi berhasil mengagetkan Riri yang sedang melamun.

“Bicara baik-baik apa nggak bisa sih, dari kemarin marah-marah terus.”

Wajah Riri kini cemberut. Sudah dari kemarin malam jantung Riri itu diajak senam secara terus-menerus karena suara tinggi Leon, sampai-sampai Riri merasa sudah saatnya dia pergi menemui dokter spesialis jantung.

Tak ingin disalahkan, Leon kembali menyahut dengan nada masih menyolot. “Ya kamu jangan bikin aku marah!!"

Rasanya, Riri ingin sekali mengakhiri pernikahannya karena perilaku Leon yang kasar. Namun, dia buru-buru menghapus keinginannya itu, karena menjadi janda di usia pernikahan baru semalam itu suatu hal yang tak patut dibanggakan.

Akhirnya, untuk menghindari perdebatan, Riri memutuskan pergi mengambil air wudhu saja. Setelah selesai berwudhu dan keluar dari kamar mandi, Riri melihat Leon yang sedang berdiri menunggunya untuk menjalankan ibadan bersama.

Leon terlihat sangat-sangat tampan ketika menggunakan sarung dan peci. Aura premannya langsung pudar dan hilang begitu saja.

Setelah selesai shalat subuh bersama, mereka berdua pergi kerestoran untuk sarapan. Sarapan yang kepagian, sebab jam masih menunjukkan pukul 05.25 pagi.

“Habis ini langsung beresin barang-barang kamu," ucap Leon di sela-sela makannya.

“Mau ngapain?” “Ya pindahlah... Kamu mau selamanya tinggal di sini?!”

Riri bingung sekaligus penasaran. Ke mana dia dan Leon akan pindah?

Apakah mereka akan pindah ke rumah yang berukuran 5x8 meter itu ... Rumah di mana Riri berteduh dan difitnah berbuat zina?

Tapi bukankah di sana tempat tinggal teman-teman Leon? Masa iya, dia harus satu rumah dengan orang-orang asing, apalagi di sana hanya ada laki-laki saja.

'Masa iya sih kita tinggal bareng-bareng sama mereka? Apa nggak disuruh nikah lagi aku sama warga di sana?' pikir Riri dalam hati.

“Kita pindah ke rumah aku yang di Bandung.”

Jawaban Leon yang menyahuti kata hatinya itu berhasil membuat Riri tersedak makanan.

Riri meminum air putih yang diberikan Leon dengan terburu-buru. Sepertinya dia lupa dengan kemampuan hebat suaminya itu.

"Kedengaran ya? Hehehe...” Riri menyengir kuda ketika mengingat kemampuan suaminya. “Emangnya kamu punya rumah di sana?”

“Punya.”

Riri menatap dengan sangat intens ke arah suami barunya. Ingatan tentang pembicaraan Leon semalam terlintas di benak Riri. “Kamu mau pindah?” tanyanya lembut.

“Nggak.”

“Ck... Terserah!”

Sepertinya dia sudah pasrah dengan tutur bahasa suaminya yang terdengar sangat kasar. Padahal tadi malam Leon berbicara biasa saja dengan teman-temannya, tapi kenapa giliran dengannya, laki-laki itu justru berbicara dengan nada kasar?

Riri hanya bisa menggelengkan kepalanya keheranan. “Nanti mampir ke rumah sepupu aku dulu. Aku mau ambil barang-barangku di sana.”

“Hm...” Hanya itu balasan dari Leon.

Mereka menyelesaikan kegiatan sarapan mereka lalu cek out dari hotel itu untuk pergi ke tempat tinggal lama Leon lalu, baru pergi ke rumah sepupu Riri.

Setelah menempuh perjalanan 10 menit, mereka berdua sampai ditempat tinggal Leon.

Riri hanya melihat sekeliling rumah kecil itu dari luar, sedangkan Leon sudah dari tadi masuk ke dalam sana untuk mengemasi barang-barangnya.

Di saat sedang melihat-lihat, pandangan Riri tak sengaja jatuh ke arah segerombolan laki-laki bertato dengan wajah menyeramkan sedang berjalan ke arah rumah yang pernah disinggahi suaminya itu.

Seketika, Riri panik dan ketakutan. Dia ingin bersembunyi secepat mungkin, tapi tak tahu harus bersembunyi di mana.

Riri mengintip ke dalam rumah melihat apakah Leon sudah selesai mengemasi barang-barangnya. “Mana sih dia?! Kok lama banget.”

Akhirnya Riri memutuskan untuk bersembunyi di balik tembok samping rumah, dengan harapan mereka tak akan melihatnya.

“Hallo bos... Gimana malam pertamanya?”

Riri mendekatkan telinganya ketika mendengar suara itu dari dalam rumah. Sepertinya salah satu dari laki-laki menyeramkan itu sedang berbicara dengan suaminya.

“Malam pertama apanya?! Sana minggir!” usir Leon.

“Jadi pindah bos? Katanya nggak mau?”

Laki-laki yang dipanggil bos itu berdecak mendengar pertanyaan anak buahnya. “Jakarta Bandung dekat, nanti bisa bolak-balik. Lagian gue ke sana juga mau ngantar dia doang kok, nanti balik lagi ke sini.”

Riri memelototkan matanya ketika mendengar percakapan orang-orang yang ada di dalam rumah.

“Sialan! Jadi dia bener-bener mau ninggalin aku di sana sendirian?Dasar Preman bajingan!” umpatnya kesal saat mendengar suara suaminya, bahkan tangan Riri kini sudah mengepal kuat dan memukul-mukul tembok yang tak bersalah.

Riri memajukan badannya untuk mendengar pembicaraan mereka dengan jelas. Namun nahasnya Riri malah tersandung dan terjatuh. Yang lebih parahnya lagi, gadis itu terjatuh tepat di kubangan air lumpur yang sangat keruh.

“Sial--"

“Ngapain kamu?”

Badan Riri meremang ketika mendengar suara suaminya. Dia menundukkan kepalanya dan menutup matanya kuat-kuat untuk menahan rasa malu.

Dalam hati, Riri meringis. 'Semoga yang lihat aku cuman sedikit.'

“Nggak ada yang lihat!” ucap Leon yang berhasil membuat Riri tersenyum.

Riri membuka matanya lebar lalu menengok ke atas dan benar saja, di sana hanya ada Leon yang sedang bersedekap dada dengan tatapan mengejek. “Masa kecil belum bahagia ya?”

Riri buru-buru berdiri dengan setengah badannya yang sudah terkena lumpur. “Yang lain pada kemana?” tanya Riri untuk menghilangkan Rasa malunya.

“Kenapa? Sakit?” Bukannya menjawab Leon malah bertanya balik.

“Hah?...”

“Bukan apa-apa.”

Riri menyengitkan alisnya karena kesal dengan kelakuan Leon.

Sakitnya sih nggak seberapa, tapi malunya itu yang luar biasa! Nggak akan pernah lupa sampai hari tua.”

“Prftt.”

Mata Riri terbelalak dengan mulut yang ternganga di saat melihat Leon yang tengah ketawa.

Pipi Riri memerah melihat wajah suaminya yang terlihat semakin tampan ketika tertawa. 'Gila! Ternyata dia ganteng juga!'

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   125. Tak Tega. (Tamat).

    Kabar menghilangnya Ariza membuat heboh keluarga besar bu Khansa, Riri yang tidak memiliki hubungan baik dengan Ariza terpaksa ikut mencari keberadaan sepupunya itu. “Nak Leon, tolong paman, dia anak perempuan paman satu-satunya, bagaimana kalau sampai terjadi sesuatu dengannya.” Ujar pak Abdul dengan wajah melasnya. Tentu saja orang yang paling di sasar pertama adalah Leon, koneksi dan anak buah Leon yang tersebar di seluruh Indonesia menjadi modal utama pak Abdul untuk mencari putrinya. Riri yang melihat pamannya seperti itu menjadi tak tega. Walaupun tidak memiliki hubungan yang baik, bagaimana pun Ariza adalah sepupu Riri, sejahat apa pun dia tentu saja Riri harus membantu untuk mencarinya. “Bantu saja mas, aku tidak tega melihatnya.” Bisik Riri tepat di samping telinga Leon. Bagi Leon yang mengetahui niat buruk Ariza kepada Riri sangat sulit untuk melepaskannya, terlebih lagi kejadian beberapa hari yang lalu bisa terulang kembali. “Kita bicarakan nanti di kamar.

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   124. Kekejaman Leon.

    “Lebih baik kamu jauhkan sapu tangan itu sebelum nyawamu melayang!.” Mendengar ada suara yang menghentikannya, tanpa menoleh sedikit pun, wanita itu mengeluarkan sebuah pisau dari tasnya menggunakan salah satu tangannya yang lain. Sebelum berhasil melancarkan aksinya, Leon melempar sepatu yang di pakainya hingga membuat pisau itu terjatuh di lantai. Dua orang bergegas berlari dan menangkap wanita itu, namun naasnya sapu tangan yang di bawa wanita itu terjatuh tepat di atas wajah salah satu anak Leon. Leon berlari menghampiri putranya, untung saja dia tidak apa-apa. Leon melirik sinis kearah wanita itu setelah memastikan kondisi ketiga putranya baik-baik saja. “Aku akan menghancurkan hidup anakmu!!...” Teriak wanita itu dengan di iringi tawanya yang menggelegar. Arga masuk ke dalam kamar Leon sembari membawa sapu tangan yang persis seperti milik wanita itu. “Di sapu tangannya terdapat air keras, kalau menetes di kulit sedikit saja, wajahnya pasti akan rusak.” Wanita itu

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   123. Bayi Istimewa.

    “Mereka semua pergi dengan keinginan mereka sendiri. Tapi kalau kamu mau, aku bisa bawa mereka kembali ke sini.” Riri kembali terdiam, sudah banyak hal yang dia lewatkan setelah berada di Villa selama tiga bulan, dan segalanya kini menjadi rumit. Bagi Riri yang telah lama merasa bosan dan kesepian, dia pasti akan tetap memilih untuk membawa keluarganya kembali pulang ke rumah, namun hati nurani Riti tidak mengizinkannya untuk bersikap egois, karna bagaimana pun semua berhak untuk hidup sesuai dengan keinginannya masing-masing. “Lalu Satria bagaimana?.” Tanya Riri yang melewatkan satu orang. “Dia memilih untuk melanjutkan pendidikan kedokterannya dan meninggalkan jurusan bisnis seperti yang dia inginkan. Sekarang dia berada di Inggris bersama tiga bocah kematian itu, jadi kamu tidak perlu khawatir.” ***** Leon mengeluarkan sebuah bungkus rokok dari sakunya. Sudah sangat lama sekali dia tidak merokok, terakhir kali pun Leon merokok ketika mendapatkan kabar kalau mertuanya terk

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   122. Mengadopsi Aksa.

    Kedua mata Riri perlahan-lahan terbuka, hal yang pertama kali di lihat oleh Riri adalah sebuah langit-langit putih berhiaskan emas yang berkilauan. “Akhirnya kamu sadar juga nak, Ibu khawatir kalau terjadi sesuatu sama kamu, untung saja dokter bilang tidak apa-apa.” ‘Ada apa ini, apa yang sudah terjadi kepadaku?.’ Tanya Riri dalam hati. Riri menoleh kearah Ibunya yang dengan khawatir memegang salah satu tangannya erat-erat. Kepalanya yang terasa sangat sakit membuat Riri kesulitan untuk berpikir. Berbagai pertanyaan mengenai kondisinya berkecamuk di pikiran Riri yang membuat rasa sakit di kepalanya bertambah semakin menjadi-jadi. Riri merintih kesakitan, telinganya juga tiba-tiba berdenging sangat nyaring, tubuh Riri meringkuk ketika kepalanya terserang rasa sakit yang luar biasa. Melihat putrinya yang merintih kesakitan, bu Khansa berteriak memanggil nama Leon. Mendengar teriakan dari Ibu mertuanya, Leon bergegas menghampiri sumber suara. Ketika sudah berada di depan kamar

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   121. Menyelesaikan Semuanya.

    “Malu kamu bilang?! Kalau kamu masih memiliki rasa malu! Ganti rugi atas kematian anakku! Kalian harus membayarnya!.”“Benar! Kamu harus membayar empat triliun kepada kami!. Kalau kamu tidak membayarnya, kami akan menghancurkan rumah ini!.”Tangan Riri mengepal kuat dan akan bersiap untuk menghantam wajah empat orang yang berada di depan matanya. Di saat Karina sedang di kabarkan sakit bahkan sampai sekarat di rumah sakit, bukannya menjenguk mereka malah datang meminta sejumlah uang ganti rugi.“Anak yang mana? Kalau maksud tante itu kak Karina, sampai saat ini dia masih hidup dan masih bisa bernafas!.”“Tapi kak Karina sekarat karna kalian! Kalian sudah menaruh racun ke dalam makanannya!. Kalau kalian tidak suka setidaknya jangan membunuh kak Karina!.”Riri mengelus dadanya sembari mengatur nafas agar tidak terbawa emosi, cerita tentang kekejaman mereka yang di ceritakan oleh Leon melekat jelas di ingatan Riri. Peran saudara dan ibu tiri yang mereka lakukan sangat baik hingga me

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   120. Makanan Beracun.

    Suara ketukan terdengar di pintu kamar pengantin yang akan menghabiskan waktu bersama setelah serangkaian acara yang melelahkan. Suara ketukan itu tak kunjung berhenti sampai salah satu dari kedua orang yang berada di kamar itu membuka pintu. “Kenapa Leon? Apa kamu tidak akan membiarkan aku beristirahat dengan tenang malam ini?.” Leon menatap wajah pamannya lalu mengintip ke dalam kamar. Di sana sudah terdapat sebuah meja dengan berbagai makanan yang di hidangkan. Di salah satu sisi meja sudah ada seorang wanita yang mengenakan sebuah gaun putih yang cantik, jika di lihat dari posisinya wanita itu terlihat akan segera menyantap hidangan di depannya. “Jangan makan apa pun sampai besok siang.” Asrof menatap heran kearah Leon, dan seketika ekspresi wajah Asrof berubah menjadi panik. Asrof menoleh ke belakang dan menatap istrinya yang akan memasukkan sesendok makanan ke dalam mulutnya. Tanpa berpikir lama Asrof langsung berlari dan menepis tangan Karina dengan kasar. Sendok

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   119. Adik Tiri.

    “Asal kamu tahu ya, aku berhasil menggoda suamimu dan membuatnya menerimaku." Bagi orang yang tidak tahu apa-apa pasti akan berpikiran negatif, tapi bagi Riri yang sudah mendengar semua ceritanya dari Leon, itu bukanlah sesuatu hal yang mengejutkan. “Iya, aku sudah mendengar semuanya dari yang bersangkutan kok. Padahal hanya bisa duduk di pangkuan suamiku dengan telanjang tanpa di usir, tapi kamu membanggakannya seolah-olah pernah tidur berdua saja dengan suamiku. Ya setidaknya sekarang aku tahu betapa murahnya dirimu yang bangga karna menjadi bahan tontonan orang lain ketika telanjang.” Mereka berdua meninggalkan tempat pelaminan dengan wajah memerah. Melihat mereka berdua pergi dengan kesal, Riri tersenyum puas walaupun sedikit menyimpan kekesalan karna mereka mengungkit tentang kelakuan busuk suaminya. Riri kembali menatap Karina yang sudah bisa mengangkat kepalanya. “Jangan di pikirkan lagi, kakak lebih baik dari pada mereka kok.” “Tapi apakah yang kamu katakan itu

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   118. Jauh Lebih Baik.

    “Mah, aku tidak mau menikah dengan dia. Aku tidak suka dengan dia mah.”“Diam kamu! Kalau bisa di ganti dengan adikmu, mamah akan dengan suka rela menggantimu!. Seharusnya kamu bersyukur karna ada orang yang mau menikahimu dengan mahar tinggi, apa lagi sampai mengadakan pesta di hotel begini.”Riri memperhatikan anak dan ibu yang berada di depannya, bisik-bisik yang mereka lakukan membuat Riri penasaran tentang apa yang mereka bicarakan sampai serius begitu.Semuanya sudah siap, kedua pengantin telah duduk berdampingan dan siap mengikat diri dengan janji suci pernikahan.Dari awal sampai akhir raut wajah sang pengantin wanita berhasil menyita perhatian Riri. Riri merasa dia pasti terpaksa seperti yang pernah terjadi padanya dulu, tapi Riri merasa kali ini hubungannya sedikit rumit dari yang pernah dulu dirinya alami.“Kenapa merasa seperti melihat diri sendiri ya? Kalau dulu kamu tidak menuruti apa yang Ibu katakan, cerita hidupmu pasti tidak akan seperti ini.”Bu Khansa kembali

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   117. De Javu.

    “Lihatkan, akulah pemenangnya, sekarang jangan ganggu istriku lagi.” ‘Dasar menyebalkan!.’ Kesal Dion dalam hati. Kedatangan Leon dan Riri di sambut hangat oleh orang-orang yang ada di dalam rumah, terutama orang-orang yang mengetahui kehamilan Riri. Tentu saja di antara orang-orang yang berbahagia itu ada beberapa orang yang tidak senang dengan kedatangan Leon dan Riri. Salah satunya adalah paman Riri yang sering membuat masalah di mana-mana menggunakan nama Leon sebagai tamengnya. “Leon, di mana bude dan sepupumu? Kenapa mereka tidak datang bersama kalian?.” Tanya paman Abdul yang tidak melihat keberadaan adik, istri, anak, serta keponakannya. “Sepupu? Mana mungkin aku memiliki sepupu, paman kandungku satu-satunya baru menikah, bagaimana bisa aku memiliki sepupu.” Sindiran yang di ucapkan Leon berhasil mengenai tiga orang sekaligus. Pak Abdul, Asrof dan juga Dimas terdiam tak berkutik saat mendapatkan kata-kata menohok dari Leon. Pak Abdul sebisa mungkin mengontrol

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status