Share

Suami Pura-Puraku Pewaris Nomer Satu
Suami Pura-Puraku Pewaris Nomer Satu
Author: ReyNotes

1. Calon Suami Dadakan

"Tidak! Daddy tidak adil!" Claire berteriak frustrasi begitu mendengar ucapan Daddy-nya yang terdengar tidak masuk akal. “Sejak kapan menikah menjadi syarat wajib untuk menjadi Presdir di perusahaan kita?”

"Sejak saat ini.” Daddynya memberikan sepucuk surat ke arah Claire. 

Cepat, ia membaca sebaris kalimat bercetak tebal. 

Dengusan kemudian keluar tak tertahankan dari bibir Claire. 

“Jadi, Daddy lebih percaya dia daripada aku?” katanya sedikit sinis mengingat nama yang dipilih daddy untuk menggantikannya.

“Karena kamu bersikeras tidak menikah, maka Lunar dibantu suaminya yang akan menggantikanmu di perusahaan."

Claire meremas kertas yang barusan dibacanya. Ini jelas-jelas tidak adil! Bagaimanapun, seharusnya warisan jatuh ke anak kandung.

Ia tidak rela pimpinan tertinggi perusahaan jatuh ke tangan Lunar, adik tirinya. Apalagi, Claire merasa ia jauh lebih unggul dari adiknya tersebut dalam hal apa pun.

Bagai berlomba dengan denting jam, pikiran Claire berpacu berusaha mencari jalan keluar. Hingga kemudian, sebersit ide gila mampir di otaknya.

“Bagaimana kalau aku ternyata sudah memiliki calon suami?” Jantung Claire berdebar kencang saat mengucapkan kalimat tersebut.

Bohong! Claire bahkan tidak punya teman dekat pria, apalagi kekasih. Namun, hanya inilah satu-satunya cara yang terbersit di pikirannya.

Mata Brandon bersinar mendengar pernyataan putrinya.

"Oh ya? Siapa? Sejak kapan? Kenapa tidak memberitahukan Daddy?" cecar Brandon.

"A-aku belum bisa menjelaskannya panjang lebar, Dad. Tapi …." Claire menggigit bibir dalamnya, berusaha menahan gestur kurang nyaman. “Daddy sudah mengenalnya. Sebentar, Aku panggilkan orangnya."

Claire merapikan jas feminimnya dan berjalan ke pintu dan membukanya, kemudian memberi kode pada seseorang di luar.

Lelaki muda tampan masuk ke dalam ruangan.

“Rainer?” Brandon menggumamkan nama pria yang dibawa Claire di sisinya.

" Benar, Dad. Meskipun ia adalah bawahanku, tapi kami telah saling jatuh cinta.” Claire mengerjap-ngerjapkan matanya ke arah Rainer, memberikan kode. “Bahkan … kami telah merencanakan pernikahan.”

Sontak, Rainer mengerutkan dahi dalam-dalam. Mulutnya sudah terbuka untuk melontarkan kalimat protes. Tetapi, Claire kembali memberi kode untuk menyuruhnya diam dengan mencubit pinggangnya.

Terang-terangan, Brandon mengamati lelaki tampan di hadapannya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Lalu, kepala Brandon menggeleng samar.

Rainer adalah lelaki berkacamata yang usianya lebih muda tiga tahun dari Claire. Tampak maskulin dengan cambang tipis di rahang tegasnya.

Pakaiannya bersahaja, terlihat mahal meski tanpa merk.

"Kamu yakin akan menikah dengan pemuda ini?" tanya Brandon dengan mata tetap pada Rainer.

Brandon tahu, selera putrinya sangat tinggi. Bagaimana ia bisa jatuh cinta dengan lelaki sederhana macam Rainer?

"Yakin, Dad. Hanya Rainer yang mengerti kebutuhanku."

Brandon kemudian menoleh dan menatap Claire serta Rainer bergantian."Kalian tidak sedang bercanda, 'kan? Pernikahan bukan hal main-main. Apa kalian sudah cukup saling mengenal satu sama lain?"

Dengan tenang, Claire meraih tangan Rainer untuk ia genggam. "Kami selalu bersama sejak satu tahun yang lalu. Tentu saja kami sudah saling mengenal dengan baik." Tidak lupa, sebuah senyum manis, juga pandangan penuh cinta ia tunjukkan pada Rainer di akhir kalimatnya.

"Jadi, kamu sudah melamar putriku?" Kini Brandon bertanya pada Rainer dengan tatapan menyelidik.

Lagi-lagi, Claire memberi kode dengan mengangguk sekilas pada Rainer.

"Be-betul, Tuan.” Rainer tergagap, tetapi kemudian ia membungkuk sesaat. “Maafkan atas kelancangan saya. Cinta memang datang tak terduga."

Rainer melirik Claire yang langsung mengacungkan jari jempolnya.

Brandon lalu menghampiri Claire. Dengan gerakan tak terduga, tangan lelaki itu meraih jari putrinya, hingga membuat genggaman tangan Rainer dan Claire terlepas.

Setelahnya Brandon mendengus kasar.

 "Sudah dilamar?” katanya dengan alis naik sebelah. “Tidak ada cincin pertunangan di jari manismu, Claire!" sentak Brandon sambil mengangkat jari manis putrinya.

"Itu ... aku menyimpannya di penthouse.” Claire mengerjapkan mata beberapa kali, sebelum menambahkan alibi lainnya. “Kami memang merahasiakan hubungan ini."

Tatapan mata Claire kembali pada sang asisten. Memohon bantuan untuk meyakinkan sandiwara ini.

Rainer memaksakan senyumnya.

"Betul, Tuan. Saya sempat protes dan marah karena My Lady tidak memakai cincin pemberian saya. Tetapi, alasannya masuk akal," timpal Rainer.

Claire meringis mendengar panggilan ‘norak’ dadakan yang dilontarkan Rainer. Bulu kuduknya bahkan merinding.

Ia hanya berharap, panggilan norak itu tidak menjadi masalah untuk Daddy-nya yang sangat konservatif.

"My Lady? Kamu memanggil putriku dengan panggilan My Lady?"

Sesaat, Claire menutup mata. Ia tidak bisa menebak bagaimana eskpresi daddynya. Namun, ia berharap Rainer tahu bagaimana mengatasi ulahnya sendiri.

"Iya, Tuan. Panggilan sayang," cetus Rainer dengan senyum manis yang dibuat-buat.

Setelah mendengar itu, mata Claire kembali terbuka. Ia kini tersenyum lebar ke arah Rainer, seolah berterima kasih.Lelaki paruh baya itu kembali menggeser tubuh Claire ke samping Rainer. Tampak menimbang-nimbang dengan mengamati penampilan keduanya saat bersisian.

Dilihat dari sudut mana pun, mereka berdua jelas berbeda kasta.

Pakaian serta aksesoris yang digunakan Claire di sekujur tubuhnya selalu bermerk mahal. Rainer sebaliknya. Meskipun rapi, tetap saja penampilan Rainer tidak sederajat dibandingkan Claire.

Brandon diam sejenak. Lelaki tua itu melirik Claire lalu Rainer. Tangannya mengusap dagu, tanda ia sedang berpikir keras.

"Baiklah! Aku setuju. Pernikahan akan dilaksanakan besok pagi!"

Tanpa menunggu jawaban Claire, Brandon bergegas keluar. Meninggalkan putri dan asisten pribadinya.

Claire langsung menjatuhkan bokong ke sofa. Ia mengembuskan napas berat dan panjang, seraya menyandarkan tubuh.

Rainer menatap malas sang atasan.

"Apa-apaan ini?" desis Rainer pelan namun penuh dengan nada kesal.

"Kamu akan menjadi suami pura-puraku," titah Claire.

Kedua alis Rainer terangkat tinggi. Claire memang terkenal sebagai atasan yang angkuh. Namun ternyata selain angkuh, ia juga menyebalkan.

"Aku tidak mau!" tolak Rainer.

Mata Claire memelotot, menolak Rainer yang membelot. "Harus mau!"

"Tidak!"

Seringai muncul di bibir Claire. "Mau atau kamu akan aku pecat?!"

Sesaat, Rainer mendengus. "Silakan. Aku akan membuat surat pengunduran diri."

Rainer berjalan ke arah pintu. Namun, baru beberapa langkah, Claire mencegahnya.

Tangan Claire menyentuh lengan Rainer.

Ketika sadar mereka bersentuhan, cepat-cepat, Claire menarik tangannya kembali.

"Kita buat perjanjian," tawar Claire. “Jadilah suami pura-puraku selama beberapa waktu. Sebagai gantinya, kamu boleh meminta apa saja dariku.”

Rainer menaikkan satu alisnya ke atas. “Apa yang bisa kamu tawarkan?”

Mga Comments (6)
goodnovel comment avatar
Andhara Bestari
awal babnya sudah ok
goodnovel comment avatar
paddingtonbear
awal yg menarik. lanjutti
goodnovel comment avatar
uvuvwevwevwe osas
menarik. lanjut kak thor
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status