#Juara favorit big contest dengan tema : Dari Atasan,jadi Pasangan# Claire harus segera menikah demi jabatan presiden direktur. Jika tidak, jabatan tertinggi perusahaan tersebut akan jatuh ke tangan sang adik tiri. Claire sangat tidak rela hingga ia memiliki ide untuk menikah dengan Rainer, asisten pribadinya. Demi perjanjian yang menguntungkan bagi Claire dan Rainer, keduanya menikah. Pasangan pura-pura itu memainkan peran sebagai suami-istri yang saling mencintai. Sandiwara itu berlanjut hingga akhirnya Claire mengetahui latar belakang Rainer yang sangat mengejutkannya. Apakah sandiwara mereka berhasil hingga Claire memperoleh jabatan presiden direktur? Ikuti kisah Claire dan Rainer, ya.
Lihat lebih banyak"Tidak! Daddy tidak adil!" Claire berteriak frustrasi begitu mendengar ucapan Daddy-nya yang terdengar tidak masuk akal. âSejak kapan menikah menjadi syarat wajib untuk menjadi Presdir di perusahaan kita?â
"Sejak saat ini.â Daddynya memberikan sepucuk surat ke arah Claire.
Cepat, ia membaca sebaris kalimat bercetak tebal.
Dengusan kemudian keluar tak tertahankan dari bibir Claire.
âJadi, Daddy lebih percaya dia daripada aku?â katanya sedikit sinis mengingat nama yang dipilih daddy untuk menggantikannya.
âKarena kamu bersikeras tidak menikah, maka Lunar dibantu suaminya yang akan menggantikanmu di perusahaan."
Claire meremas kertas yang barusan dibacanya. Ini jelas-jelas tidak adil! Bagaimanapun, seharusnya warisan jatuh ke anak kandung.
Ia tidak rela pimpinan tertinggi perusahaan jatuh ke tangan Lunar, adik tirinya. Apalagi, Claire merasa ia jauh lebih unggul dari adiknya tersebut dalam hal apa pun.
Bagai berlomba dengan denting jam, pikiran Claire berpacu berusaha mencari jalan keluar. Hingga kemudian, sebersit ide gila mampir di otaknya.
âBagaimana kalau aku ternyata sudah memiliki calon suami?â Jantung Claire berdebar kencang saat mengucapkan kalimat tersebut.
Bohong! Claire bahkan tidak punya teman dekat pria, apalagi kekasih. Namun, hanya inilah satu-satunya cara yang terbersit di pikirannya.
Mata Brandon bersinar mendengar pernyataan putrinya.
"Oh ya? Siapa? Sejak kapan? Kenapa tidak memberitahukan Daddy?" cecar Brandon.
"A-aku belum bisa menjelaskannya panjang lebar, Dad. Tapi âŠ." Claire menggigit bibir dalamnya, berusaha menahan gestur kurang nyaman. âDaddy sudah mengenalnya. Sebentar, Aku panggilkan orangnya."
Claire merapikan jas feminimnya dan berjalan ke pintu dan membukanya, kemudian memberi kode pada seseorang di luar.
Lelaki muda tampan masuk ke dalam ruangan.
âRainer?â Brandon menggumamkan nama pria yang dibawa Claire di sisinya.
" Benar, Dad. Meskipun ia adalah bawahanku, tapi kami telah saling jatuh cinta.â Claire mengerjap-ngerjapkan matanya ke arah Rainer, memberikan kode. âBahkan ⊠kami telah merencanakan pernikahan.â
Sontak, Rainer mengerutkan dahi dalam-dalam. Mulutnya sudah terbuka untuk melontarkan kalimat protes. Tetapi, Claire kembali memberi kode untuk menyuruhnya diam dengan mencubit pinggangnya.
Terang-terangan, Brandon mengamati lelaki tampan di hadapannya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Lalu, kepala Brandon menggeleng samar.
Rainer adalah lelaki berkacamata yang usianya lebih muda tiga tahun dari Claire. Tampak maskulin dengan cambang tipis di rahang tegasnya.
Pakaiannya bersahaja, terlihat mahal meski tanpa merk.
"Kamu yakin akan menikah dengan pemuda ini?" tanya Brandon dengan mata tetap pada Rainer.
Brandon tahu, selera putrinya sangat tinggi. Bagaimana ia bisa jatuh cinta dengan lelaki sederhana macam Rainer?
"Yakin, Dad. Hanya Rainer yang mengerti kebutuhanku."
Brandon kemudian menoleh dan menatap Claire serta Rainer bergantian."Kalian tidak sedang bercanda, 'kan? Pernikahan bukan hal main-main. Apa kalian sudah cukup saling mengenal satu sama lain?"
Dengan tenang, Claire meraih tangan Rainer untuk ia genggam. "Kami selalu bersama sejak satu tahun yang lalu. Tentu saja kami sudah saling mengenal dengan baik." Tidak lupa, sebuah senyum manis, juga pandangan penuh cinta ia tunjukkan pada Rainer di akhir kalimatnya.
"Jadi, kamu sudah melamar putriku?" Kini Brandon bertanya pada Rainer dengan tatapan menyelidik.
Lagi-lagi, Claire memberi kode dengan mengangguk sekilas pada Rainer.
"Be-betul, Tuan.â Rainer tergagap, tetapi kemudian ia membungkuk sesaat. âMaafkan atas kelancangan saya. Cinta memang datang tak terduga."
Rainer melirik Claire yang langsung mengacungkan jari jempolnya.
Brandon lalu menghampiri Claire. Dengan gerakan tak terduga, tangan lelaki itu meraih jari putrinya, hingga membuat genggaman tangan Rainer dan Claire terlepas.
Setelahnya Brandon mendengus kasar.
"Sudah dilamar?â katanya dengan alis naik sebelah. âTidak ada cincin pertunangan di jari manismu, Claire!" sentak Brandon sambil mengangkat jari manis putrinya.
"Itu ... aku menyimpannya di penthouse.â Claire mengerjapkan mata beberapa kali, sebelum menambahkan alibi lainnya. âKami memang merahasiakan hubungan ini."
Tatapan mata Claire kembali pada sang asisten. Memohon bantuan untuk meyakinkan sandiwara ini.
Rainer memaksakan senyumnya.
"Betul, Tuan. Saya sempat protes dan marah karena My Lady tidak memakai cincin pemberian saya. Tetapi, alasannya masuk akal," timpal Rainer.
Claire meringis mendengar panggilan ânorakâ dadakan yang dilontarkan Rainer. Bulu kuduknya bahkan merinding.
Ia hanya berharap, panggilan norak itu tidak menjadi masalah untuk Daddy-nya yang sangat konservatif.
"My Lady? Kamu memanggil putriku dengan panggilan My Lady?"
Sesaat, Claire menutup mata. Ia tidak bisa menebak bagaimana eskpresi daddynya. Namun, ia berharap Rainer tahu bagaimana mengatasi ulahnya sendiri.
"Iya, Tuan. Panggilan sayang," cetus Rainer dengan senyum manis yang dibuat-buat.
Setelah mendengar itu, mata Claire kembali terbuka. Ia kini tersenyum lebar ke arah Rainer, seolah berterima kasih.Lelaki paruh baya itu kembali menggeser tubuh Claire ke samping Rainer. Tampak menimbang-nimbang dengan mengamati penampilan keduanya saat bersisian.
Dilihat dari sudut mana pun, mereka berdua jelas berbeda kasta.
Pakaian serta aksesoris yang digunakan Claire di sekujur tubuhnya selalu bermerk mahal. Rainer sebaliknya. Meskipun rapi, tetap saja penampilan Rainer tidak sederajat dibandingkan Claire.
Brandon diam sejenak. Lelaki tua itu melirik Claire lalu Rainer. Tangannya mengusap dagu, tanda ia sedang berpikir keras.
"Baiklah! Aku setuju. Pernikahan akan dilaksanakan besok pagi!"
Tanpa menunggu jawaban Claire, Brandon bergegas keluar. Meninggalkan putri dan asisten pribadinya.
Claire langsung menjatuhkan bokong ke sofa. Ia mengembuskan napas berat dan panjang, seraya menyandarkan tubuh.
Rainer menatap malas sang atasan.
"Apa-apaan ini?" desis Rainer pelan namun penuh dengan nada kesal.
"Kamu akan menjadi suami pura-puraku," titah Claire.
Kedua alis Rainer terangkat tinggi. Claire memang terkenal sebagai atasan yang angkuh. Namun ternyata selain angkuh, ia juga menyebalkan.
"Aku tidak mau!" tolak Rainer.
Mata Claire memelotot, menolak Rainer yang membelot. "Harus mau!"
"Tidak!"
Seringai muncul di bibir Claire. "Mau atau kamu akan aku pecat?!"
Sesaat, Rainer mendengus. "Silakan. Aku akan membuat surat pengunduran diri."
Rainer berjalan ke arah pintu. Namun, baru beberapa langkah, Claire mencegahnya.
Tangan Claire menyentuh lengan Rainer.
Ketika sadar mereka bersentuhan, cepat-cepat, Claire menarik tangannya kembali.
"Kita buat perjanjian," tawar Claire. âJadilah suami pura-puraku selama beberapa waktu. Sebagai gantinya, kamu boleh meminta apa saja dariku.â
Rainer menaikkan satu alisnya ke atas. âApa yang bisa kamu tawarkan?â
Mansion ramai dengan tamu-tamu kecil. Mereka berlarian di taman yang di sulap menjadi halaman playground anak-anak. Berbagai macam mainan dan hidangan tersedia di sana.Karakter-karakter dari berbagai film anak-anak muncul di taman. Mahluk-mahluk kecil itu menjerit senang. Kelakuan mereka tentu saja membuat senyum tak hentinya terukir dari wajah para orang tua.Begitu pula dengan Claire dan Rainer. Pasangan suami istri itu duduk bersama Brandon, Adam, Maya dan Granny. Meskipun ramai, mata mereka tak pernah lepas dari empat sosok tak jauh dari mereka.Rinna dan Linda sedang menemani adik-adiknya. Xavian dan Azran, anak lelaki kembar yang tampan itu kini sedang merayakan ulang tahun pertama mereka."Ternyata Rinna dan Linda sangat telaten menemani adik-adik mereka, ya." Maya menatap bangga pada cucu-cucunya yang rupawan."Kalian mendidik mereka dengan tepat. Kami bangga sekali." Adam menimpali ucapan istrinya."Betul. Aku pun sangat bangga pada cucu-cucuku. Aku senang sekali pamer merek
Rinna dan Linda terlihat saling menatap. Ditunggu beberapa saat pun, tetap saja keduanya diam sambil menundukkan kepala. Hingga akhirnya Rainer berjongkok di depan putri-putrinya.âPapi tau sebenarnya kalian belum mengerti bagaimana memiliki adik. Kalian hanya merasa telah memiliki satu sama lain hingga tidak memerlukan adik.â Rainer mengungkapkan pikirannya.Lelaki itu lalu menjulurkan tangan kepada sang istri. Claire segera menggenggam tangan Rainer. Mereka saling bertatapan dengan senyum di wajah masing-masing.Tangan Rainer lalu mengusap lembut perut Claire. Rinna dan Linda memperhatikan apa yang dilakukan Papi mereka.âTetapi, di dalam perut Mommy ini sudah ada bayi. Adik kalian. Tuhan yang memberikannya kepada kita, seperti kalian.ââKita tidak boleh menolaknya karena ini merupakan anugrah,â imbuh Rainer lagi.Lalu, Claire pun ikut berjongkok dan menatap kedua putrinya.âJadi, jangan membenci sesuatu yang diberikan Tuhan. Apalagi kalian belum melihat dan merasakan bagaimana menj
âMommy dan Papi âkan setiap hari bertemu dengan kalian. Jika kalian mau berlibur sebentar bersama Grandpa, Kakek, Nenek dan Gangan, pasti kami izinkan,â ucap Rainer pada putri-putrinya.âMemangnya Mommy dan Papi tidak kangen kami nanti?â Rinna bertanya dan menatap kedua orang tuanya.âIya. Kami saja baru berpisah sebentar, kangen,â timpal Linda sambil memeluk saudara kembarnya.Claire mengamati putri kembarnya yang kini berpelukan. Sungguh sulit memisahkan mereka berdua. Padahal psikolog anak sudah mengingatkan bahwa mereka harus paham bahwa mereka adalah dua individu.Selama ini, Rinna dan Linda bertindak layaknya mereka adalah satu orang. Semua harus sama. Pakaian, mainan, juga berkegiatan.Pernah suatu ketika Claire dan Rainer membawa masing-masing satu anak. Hebatnya, keduanya tetap melakukan kegiatan yang sama meski berbeda jarak.Saat Rinna makan spaghetti, ternyata Linda pun meminta makanan yang sama. Saat Linda tidur, termyata Rinna pun tidur. Hingga akhirnya Claire dan Rainer
âAda apa dengan menantu cantikku?â Maya bertanya pada Brandon.âBeberapa hari yang lalu, Claire sempat terlambat makan karena sibuk meeting. Aku pikir, sakitnya sudah membaik. Entahlah.â Brandon mencoba menjelaskan.Di dalam kamar, Rainer mengumpulkan rambut Claire dan memeganginya. Tangannya yang bebas mengusap-usap lembut punggung sang istri. Claire sedang memuntahkan makanan yang baru saja ia makan.Rainer yang membersihkan bekas muntahan di wastafel kamar mandi. Claire keluar dan segera berbaring. Rasanya ia mual sekali.âAku ambilkan jeruk dingin mau?âClaire menggeleng pada tawaran Rainer. âAku mau lemon hangat saja.ââOke. Sebentar, ya.âSebelum keluar kamar, Rainer mengusap sayang kepala sang istri. Mencium dahinya dalam-dalam. Lalu, membuka pintu untuk kembali ke dapur.Namun, ia segera tertegun. Di depan pintu, Brandon, Adam menggendong Rinna, Maya menggendong Linda hingga Granny berdiri sambil menatapnya. Mereka menuntut penjelasan.âKenapa putriku muntah-muntah?â Brandon m
Si kembar berlarian di dalam pesawat pribadi milik Rainer. Mereka hanya duduk manis selama makan. Setelah itu kembali aktif hingga akhirnya tertidur.âPantas saja kamu sering meringis saat mereka di dalam perut, My Lady.â Rainer menggeleng sambil mengusap sayang kepala kedua putrinya.âIya, mereka memang aktif sejak embrio.â Claire terkekeh.Rainer tersenyum. Ia menciumi wajah putri-putrinya. Kemudian kembali duduk di samping Claire.Rinna dan Linda tidur di kursi yang berhadapan dengan kursi Claire dan Rainer. Sementara Brandon telah beristirahat di kamar pesawat.âBagaimana kalau yang ini?â Rainer bertanya pelan sambil mengusap perut Claire. âApa ia juga seaktif kakak-kakaknya?âTangan Claire melapisi tangan Rainer, lalu menggeleng. âJanin ini belum bergerak. Tetapi, karena kehamilan pertama sudah merasakan gerakan aktif, aku tidak akan kaget kalau kali ini pun janinnya setipe.âKekehan keluar dari tenggorokan Rainer. Ia merentangkan tangan dan merangkul sang istri. Kepala Claire ki
Sampai di kafe, Rainer langsung memesan segelas jus buah. Ia memberikannya kepada Claire sambil menunggu makanan datang. Claire perlahan meminumnya jusnya.âEnak? Gulanya cukup?âClaire hanya mengangguk lalu memegangi kepalanya yang terasa berat.Akhirnya, Rainer berinisiatif memijat tengkuk sang istri. Merasa tidak bertambah baik, Claire menepis tangan Rainer dan menggeleng untuk memberi kode agar berhenti memijatnya.Kemudian, Rainer hanya mengusap-usap pelan punggung sang istri.Makanan mereka datang. Rainer menawarkan untuk menyuapi Claire, namun istrinya menggeleng. Claire makan sedikit demi sedikit.âMungkin seharusnya aku minum obat lambung dulu, ya.â Claire berkata saat ia kesulitan menelan makanannya.âMau aku belikan obat lambung di apotik dulu?ââTidak usah. Aku sudah terlanjur makan.âRainer mengangguk. Ia kembali memperhatikan Claire makan. Hanya setengah porsi yang berhasil dihabiskan.âApa masih terasa pusing?âClaire mengangguk. âSekarang malah tambah mual.ââHmm ⊠mun
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen