Share

Aku Satria

"Dih segitunya," ujar pemuda tersebut sembari mengedipkan sebelah matanya pada Asta.

"Kamu …," ujar Asta sambil menyipitkan matanya pada pemuda yang baru menyapanya tersebut.  

'Dih, bisa-bisanya Si Kampret ini menggodaku di depan banyak orang,' gerutu Asta di dalam hati.

Sedangkan Cakra yang saat ini sedang berdiri di samping Asta pun langsung bertanya pada pemuda yang sedang turun dari motor matic-nya itu. "Siapa kamu?"

Dan setelah memarkirkan motornya dengan benar, laki-laki tersebut pun berjalan mendekati ketiga orang tersebut dan berdiri tepat di depan Cakra. "Aku Satria, tetangga di sini," jawab Satria sambil mengulurkan tangannya, meminta untuk berjabat tangan.

"Benar, dia ini tetangga di sini," sahut Pak Harto yang saat ini berdiri tepat di sebelah Cakra.

Cakra yang mendengar hal tersebut pun langsung menerima jabat tangan dari Satria. "Cakra, penyewa baru rumah ini," ujarnya dengan santai.

"Oh, ternyata penyewa rumah ini …," gumam Satria sambil menatap ke arah rumah yang disewakan oleh Pak Harto. "Kalau begitu kita akan jadi tetangga setelah ini. Itu rumahku," imbuhnya sambil menunjuk ke arah rumah yang tepat berada di samping rumah tersebut.

Mendengar hal tersebut, Asta pun ikut menatap ke arah rumah yang ditunjuk oleh Satria.   

"Ck," decaknya yang terlihat jelas tak senang dengan hal tersebut.

Kemudian pemuda bernama Satria tersebut pun dengan cepat mengarahkan pandangannya pada Asta. "Lalu siapa nona ini?" tanyanya dengan sebuah senyum manis mengikuti kalimatnya.

'Cih, sok manis,' batin Asta sambil menunjukkan ekspresi aneh di wajahnya.

"Ayolah … tadi di Indomart kamu sudah kabur, masa di sini kamu ingin kabur lagi," ujar Satria dengan ringan. "Lagi pula setelah ini kita akan terus menjadi tetangga, mau sembunyi di mana kamu."

'Dasar tidak tahu malu. Kata-kata macam apa itu,' batin Asta sambil memberikan ekspresi aneh bercampur mulut yang setengah terbuka, memperjelas perasaan takjubnya pada ucapan tak tahu malu pemuda di depannya itu.

Sedangkan Cakra pun langsung mengerutkan keningnya mendengar ucapan pemuda yang saat saat ini sedang ditatap aneh oleh Asta tersebut. 

"Kamu masih tid—"

"Diam." Asta dengan cepat memotong kalimat Satria, lalu dalam sekejap mata menyambar tangan pemuda di depannya itu (berjabat tangan). "Aku Asta, puas?"

"Nah, begitu dong …," sahut Satria dengan santai sambil terkekeh.

Kemudian ….

"Kalian bertemu di mana?" tanya Cakra sambil menatap ke arah Asta dan Satria bergantian.

"Aku bertemu dia saat tadi pergi ke swalayan yang ada di depan tempat makan tadi," jawab Asta dengan cepat. "Dan dia yang menyebabkan aku hampir ditabrak tadi," imbuhnya.

Dan tentu saja Satria pun terkejut mendengar hal tersebut. "Kamu hampir ditabrak karena aku?"

"Benar. Maka dari itu kamu jangan—," 

"Jadi sampai seperti itu pesonaku ya," sela Satria sambil memejamkan mata dan mengangguk-ngangguk, bertingkah konyol seperti sedang mencoba bersikap bijak setelah mendapatkan pujian.

Sontak saja Asta pun langsung terpancing dan mengomel tak ada hentinya karena melihat tingkah menyebalkan pemuda yang ada di depannya itu.

    Sementara itu, di sisi lain kini Cakra dan Pak Harto sama-sama sedang menatap ke arah Asta dan Satria yang terus-terusan berdebat dengan seru.

"Dia itu memang begitu orangnya, sangat ramah pada semua orang, apa lagi pada wanita-wanita di daerah sini," ujar Pak Harto, berbicara pada Cakra sambil terus menatap ke arah Satria yang saat ini sedang menggoda Asta.

Mendengar hal tersebut Cakra pun langsung mengepalkan tangannya sembari memusatkan perhatiannya pada Satria.  

"Apa dia selalu seperti itu?" tanyanya lalu menoleh pada Pak Harto.

"Selalu seperti itu?" tanya Pak Harto yang terdengar sedikit bingung mendengar pertanyaan tersebut.

"Suka menggoda perempuan," sahut Cakra, memperjelas pertanyaannya tadi.

Pak Harto pun terdiam sejenak, dan kemudian ….

"Hahaha!" Gelak tawa pun muncul dari bibir Pak Harto. "Bukan-bukan, dia itu memang pemuda yang ramah tapi bukan yang macam-macam seperti itu," imbuhnya.

Dan tentu saja, tawa Pak Harto itu langsung membuat Asta dan Satria menoleh ke arah Cakra dan laki-laki paruh baya tersebut.

"Kenapa Pak, sepertinya ada yang seru?" tanya Satria pada Pak Harto.

"Tidak ada apa-apa, aku sedang menceritakan tetangga di sekitar sini."

Lalu Satria pun menyahut, "Jangan khawatir Mas, tetangga di sini rukun-rukun. Apalagi aku, aku ini sangat menjunjung tinggi kerukunan."

"Hmmm," gumam Cakra menanggapi ucapan Satria tersebut.

 Lima belas menit lebih berlalu, akhirnya Satria pun berpamitan untuk meninggalkan halaman rumah tersebut dan pergi ke rumahnya sendiri, yang seperti dikatakan berada tepat di samping rumah yang disewa Cakra dan Asta itu.

'Dih, baru juga sampai di sini kenapa sudah punya tetangga seperti itu,' batin Asta sambil menatap ke rumah Satria dan melihat pemuda tersebut sedang melambaikan tangan ke arahnya.   

"Astaga," gumamnya sambil menggeleng pelan melihat tingkah pemuda tersebut.

Sedangkan Cakra saat ini hanya diam saja melihat interaksi antara kedua orang tersebut, namun di balik diamnya itu ada tangan yang mengepal kuat. Entah itu sedang menahan amarah karena istrinya digoda orang, atau merasa jengkel karena adik yang selama ini dijaganya seperti sedang dipermainkan oleh seorang pemuda.  

"Kenapa, apa kamu tertarik pada pemuda itu?" tanyanya dengan tiba-tiba.

Asta yang sedang menatap ke arah rumah Satria pun langsung menoleh ke arah suami seharinya itu. "Aku …,"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status