Setengah jam berlalu. Saat ini Asta yang sudah sampai di rumah pun segera meletakkan barang belanjaannya di meja dapur. Ia bernyanyi kecil sembari menyiapkan bahan masakannya."Jangan pernah kau sakiti aku lagi, cobalah untuk leng—""Sepertinya kamu sedang senang?" tanya Cakra yang tiba-tiba masuk ke dapur. "Biasa saja," jawab Asta sembari berbalik untuk mengambil pisau di dekat rak piring.Cakra kemudian dengan tenang duduk di kursi yang ada di sana. "Kamu ke mana saja tadi?" tanyanya.'Huh, sudah kusiapkan untuk ini,' batin Asta."Belanja bahan makanan, ke mana lagi," jawabnya dengan ringan."Belanja bahan makanan lebih dari satu jam?" tanya Cakra lagi.Asta pun menghela napas panjang. "Belanja kan harus milih," sahutnya masih dengan sikap tenang."Oh iya, nanti kamu kirimkan makanan ke tetangga sebelah," ucap Cakra dengan nada datar.Langsung saja Asta menoleh. "Maksud kamu ke tempat Satria?" 'Kalau benar-benar untuk mereka, ini pasti ada yang tidak beres.' Asta
"Aku bilang … aku lupa mematikan kompor!" teriak Asta tiba-tiba sambil menendang perut Cakra, hingga membuat Cakra mundur beberapa langkah.Dan tanpa berpikir panjang, Asta pun berlari keluar dari kamar tersebut dan kemudian masuk ke dalam kamarnya sendiri.Sedangkan Cakra saat ini sedang mengelus perutnya. "Dia benar-benar menendangku," gumamnya.Setelah itu Cakra pun keluar dari kamarnya dan pergi ke dapur untuk mengecek apakah benar kompor di dapur benar-benar masih menyala. Akan tetapi, benar saja yang dia temukan adalah kompor yang mati. Bahkan tidak ada apa pun di atas kompor tersebut."Asta!" panggil Cakra yang tidak melihat istrinya di sana. Sementara itu, saat ini Asta tengah duduk di ranjang kamarnya. Dia membuka sedikit celananya dan memastikan semuanya."Gila, aku benar-benar lepas," gumamnya sambil menutup kembali celananya.Setelah itu Asta menatap ke arah langit-langit kamarnya. Dia menyentuh bibirnya dengan perlahan. "Dia benar-benar menciumiku, kasar lagi," uca
Pada akhirnya, malam ini Asta terpaksa tidur di kursi ruang tamu karena dia bersikeras tak mau tidur sekamar dengan Cakra. Sedangkan kamarnya … setelah Cakra mengambil semua barang-barang Asta, akhirnya Cakra mengunci pintu kamar tersebut."Aku benar-benar tidak pernah berpikir akan ada hari seperti hari ini," gumam Asta sambil menatap ke arah langit-langit ruang tamu tersebut.'Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Apa aku besok kembali ke Jakarta saja ya,' batin Asta dengan mata yang mulai terasa berat.Setelah itu pada akhirnya Asta pun tertidur karena saat itu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Sementara itu saat ini Cakra sedang menatap ke langit-langit kamarnya. Dia mencoba mengingat semua hal yang dia lakukan hari ini."Asta," desahnya yang tak bisa merasa tenang jika sudah menyangkut wanita yang sudah menjadi bagian hidupnya sejak dia kecil itu.'Apa yang harus aku lakukan? Apa lebih baik aku mengatakan yang sebenarnya tentang syarat dari Papa,' batin C
Asta pun langsung berbalik menatap ke arah Cakra. "Kamu yang melakukan ini?" tanyanya sambil nunjuk ke arah tanda cupang di tulang selangkanya.Cakra yang masuk ke dalam kamar itu dengan tergesa-gesa pun langsung mengganti ekspresi wajahnya. "Jangan konyol," sahutnya ringan."Apa maksudnya konyol?" Asta tak terima dengan perkataan Cakra. "Aku tahu jelas ini bekas ciuman, tidak mungkin bentuk begini karena digigit nyamuk."Cakra menghela napas panjang lalu melangkah ke arah lemari yang ada di kamar itu. "Mungkin kamu terbentur sesuatu," elaknya sambil mengambil pakaiannya dari dalam benda benda persegi panjang tersebut.Namun, di sela-sela gerakannya dia sempat melirik ke arah Asta yang saat ini sibuk dengan bekas merah di tulang selangkanya dan melupakan handuk kecil yang tak begitu bisa menutupi tubuhnya.'Jika yang di sini bukan aku, pasti laki-laki itu sudah memakan Asta sampai habis,' batin Cakra sambil mengalihkan pandangannya. Dia mencoba sebisa mungkin menahan hasrat yang tentu
"Suami?" tanya Asta dengan tubuh gemetar."Iya, suamiku. Kamu jalang! Berani-beraninya ingin merebut suamiku," ucap wanita itu sambil mencoba menarik kerudung Asta.Tapi dengan cepat Cakra yang sudah berada di belakang Asta pun segera menepis tangan wanita tersebut hingga membuatnya terjerembab di lantai.Wanita tersebut pun tak tinggal diam, ia kembali berdiri dan segera menunjuk wajah Asta yang masih syok dengan semuanya."Aku sumpahi kamu! Tidak akan ada laki-laki yang mau menikahi wanita jalang sepertimu! Dasar pela—""Diam! Aku akan menikahi dia!" bentak Cakra, menghentikan sumpah serapah yang keluar dari mulut wanita itu.Asta pun langsung menoleh ke belakang dengan mata membulat. "Kak," ujarnya yang tentu saja terkejut mendengar kalimat laki-laki yang sudah hidup bersamanya sejak ia lahir ke dunia itu.Namun seola
"Tapi aku akan berusaha keras untuk melakukannya Pa," sahut Cakra dengan tegas dan tatapan penuh keyakinan yang kini diarahkan pada ayah angkatnya itu.Sesaat kemudian Asta pun menyahut, "Syarat apa?" Ia mengarahkan pandangannya pada Cakra dan ayahnya bergantian karena benar-benar penasaran dengan syarat yang selama ini tak pernah didengarnya itu.Namun kedua orang tersebut hanya diam saja, tak ada yang menyahut kalimat gadis tersebut.Karena tak mendapat jawaban, Asta pun langsung menoleh ke arah wanita paruh baya yang duduk di sampingnya. "Ma, syarat apa?" tanyanya.Nyonya Shassy pun langsung menghela napas berat saat mendengar pertanyaan putri kesayangannya itu. "Itu … ad—""Biar dia sendiri yang memberitahunya," sela Tuan Keenan sembari menatap ke arah Cakra yang masih tetap di posisinya tadi.Mendengar hal itu, Asta pun k
Mendapat pertanyaan balik yang ringan seperti itu, tentu saja Nyonya Shassy langsung mengerutkan dahi pada anak gadisnya itu."Apa kamu tidak sedih?" tanyanya penasaran dengan ekspresi santai yang ditampilkan putri semata wayangnya tersebut."Sedih soal apa, Ma?" tanya Asta balik dengan tatapan polos."Kamu tidak sedih karena ditipu?" Nyonya Shassy memperjelas semuanya."Emm … soal Mas Bram tadi?" tanya Asta dengan santai lalu berbalik menghadap kaca di depannya dan kembali lanjut melepas aksesoris yang menempel di tubuhnya. "Tadi sedih sih Ma, sekarang nggak," lanjutnya.Mendengar jawaban putrinya tersebut, Nyonya Shassy pun langsung menghela napas panjang. "Untung kamu tidak benar-benar menyukai laki-laki kurang ajar itu," komentarnya."Aku menyukai dia kok Ma, orangnya baik awalnya. Tapi ya … c
Mendengar hal itu, Cakra pun langsung menoleh ke bagian belakang mobilnya dan di sana terlihat seorang gadis cantik yang masih memakai baby doll sedang berbaring dengan mata tertutup."Ada apa Kra? Mama dengar ada yang berteriak, apa terjadi sesuatu?" tanya Nyonya Shassy di dalam panggilan tersebut."Ah, tidak ada apa-apa Ma," jawab Cakra sembari memijat keningnya sambil menatap gadis yang sedang dicari-cari oleh Nyonya Shassy yang kini tertidur pulas di bagian belakang mobilnya."Kamu yakin tidak ada masalah?"Cakra pun menghela napas berat. "Tidak ada. Hanya saja sekarang Mama tidak perlu memikirkan Asta, dia ada di sini," terangnya."Bukannya tadi kamu bilang tidak tahu?" tanya Nyonya Shassy yang terdengar bingung."Aku memang tidak tahu sejak kapan dia ada dan tidur di mobil ini. Ck, dasar gadis ini," gerutu Cakra sambil