Beranda / Romansa / Suami Sekaku Batako / Syarat Untuk Suami

Share

Syarat Untuk Suami

Penulis: Si Mendhut
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-19 06:36:57

"Tapi aku akan berusaha keras untuk melakukannya Pa," sahut Cakra dengan tegas dan tatapan penuh keyakinan yang kini diarahkan pada ayah angkatnya itu.

Sesaat kemudian Asta pun menyahut, "Syarat apa?"   

Ia mengarahkan pandangannya pada Cakra dan ayahnya bergantian karena benar-benar penasaran dengan syarat yang selama ini tak pernah didengarnya itu.

Namun kedua orang tersebut hanya diam saja, tak ada yang menyahut kalimat gadis tersebut.

Karena tak mendapat jawaban, Asta pun langsung menoleh ke arah wanita paruh baya yang duduk di sampingnya. "Ma, syarat apa?" tanyanya.

Nyonya Shassy pun langsung menghela napas berat saat mendengar pertanyaan putri kesayangannya itu. "Itu … ad—"

"Biar dia sendiri yang memberitahunya," sela Tuan Keenan sembari menatap ke arah Cakra yang masih tetap di posisinya tadi.

Mendengar hal itu, Asta pun kembali menatap ke arah Cakra dengan tanda tanya besar yang tercetak jelas di wajahnya.

Cakra pun menghela napas panjang sebelum mengatakan apa yang ditanyakan oleh Asta.  

"Aku memberi syarat, jika orang yang menjadi suami kamu harus punya bisnis atau usaha yang dirintis dari bawah bukan dari tengah," ucapnya dengan tenang.

'Jadi sebab itu Kak Cakra mengizinkanku menikah dengan dia,' batin Asta sembari termenung menatap kakak angkatnya itu. 'Ishh … kenapa aku malah memikirkan itu, dasar dodol! Yang harus aku pikirkan sekarang, bagaimana nasibku setelah ini,' gerutunya lagi di dalam hati.

"Lalu, apa kamu sudah berpikir dengan jelas tentang semua itu?" tanya Tuan Keenan dengan tatapan tajam mengarah pada anak angkatnya itu. "Kamu akan kehilangan semuanya jika tetap pada keputusanmu," imbuhnya mencoba menekan Cakra, mencari tahu seberapa tekad Cakra ingin menikahi Asta, adik angkatnya.

Namun Cakra tak gentar, ia langsung menyahut, "Ini semua salahku karena membiarkan laki-laki itu berhasil menipu Asta dan keluarga ini. Maka dari itu aku akan bertanggung jawab untuk semua hal, aku tidak akan membiarkan keluarga ini dipermalukan untuk kedua kalinya."

Mendengar hal tersebut, tiba-tiba ada rasa aneh menyergap dada Asta. Sebuah rasa sakit yang mirip seperti sebuah panah menancap tepat di dadanya itu membuat Asta langsung menggigit bibirnya.  

'Apa aku benar-benar akan mempermalukan mereka jika tidak menikah hari ini?' tanyanya di dalam hati.

Sesaat kemudian Tuan Keenan pun langsung menatap ke arah istrinya dan memberi tanda seperti yang dilakukannya tadi.

Nyonya Shassy yang mengerti arti tanda tersebut pun langsung memegang pundak anak gadisnya. "Asta, ini semua menyangkut pernikahan kamu, maka dari itu Mama dan Papa menyerahkan semua keputusan di tangan kamu," ucapnya tegas.

Asta pun langsung terdiam ketika mendengar ucapan wanita yang melahirkannya ke dunia itu. Namun dari ekspresi wajahnya, terlihat jelas kalau dia sedang berpikir keras saat ini.

"Jangan takut, Mama dan Papa akan selalu ada untuk kamu apa pun keputusan kamu," imbuh Nyonya Shassy sambil memberikan senyuman hangat pada anak gadisnya tersebut.

Sesaat kemudian Asta pun melirik ke arah Cakra yang saat ini ternyata juga sedang melirik ke arah dirinya.  

'Jadi benar, jika aku tidak menerima pernikahan ini maka Mama dan Papa akan menanggung malu,' batinnya merasa miris pada dirinya sendiri.

'Astaga … sepertinya aku memang sudah banyak menyusahkan mereka selama ini, kali ini aku berjanji tidak akan membuat mereka malu lagi.  Lagi pula bukannya Kak Cakra tidak menyukaiku, jadi jika sewaktu-waktu aku minta pisah pasti tidak akan ada masalah,' batinnya menimbang-nimbang semuanya.

Kemudian Asta pun bangun dari duduknya saat ini. "Baiklah aku mau," jawabnya serius.

"Mau?" tanya Nyonya Shassy sambil mengernyitkan dahinya pada putri semata wayangnya itu.

"Iya, aku akan menikah dengan Kakak." Sebuah kalimat ringan keluar dari bibir mungil asta.

"Kamu yakin?" 

Asta kemudian tersenyum hangat ke arah Nyonya Shassy. "Iya Ma, aku yakin kok," jawabnya dengan tenang.

Sedangkan Cakra yang sedari tadi penasaran pun, akhirnya menghela napas lega.  

Entah apa yang membuatnya merasa lega, apakah karena Asta menerima pernikahan tersebut atau lebih karena akhirnya dia bisa menyelamatkan keluarga itu dari rasa malu. Tapi yang jelas helaan napas tersebut langsung membuat Tuan Keenan melirik ke arahnya, hingga membuatnya terpaksa berpura-pura tidak menyadari lirikan ayah angkatnya tersebut.

        Setelah selesai beruding, Tuan Keenan pun menyuruh anak buahnya untuk memberitahukan hal itu pada MC dan juga beberapa orang yang bersangkutan dalam acara pernikahan tersebut.  

Hingga setelah semuanya siap, mereka berempat pun kembali ke dalam ruangan tempat di mana para tamu sedang menunggu mereka.

Dan tentu saja masuknya keempat orang tersebut secara bersamaan, dengan Tuan Keenan yang memegang tangan Asta dan Cakra yang menggandeng tangan Nyonya Shassy langsung membuat mata semua tamu undangan terbelalak.

Kemudian ….

"Baiklah, mari kita sambut kedua mempelai kita yang berbahagia, Nona Astara Zeiva Brahmanto  dan Tuan Narendra Cakra Abirama!" ucap MC dengan bersemangat, kemudian diikuti dengan alunan musik pernikahan yang mengalun merdu mengiringi langkah keempat orang tersebut.

Selanjutnya, prosesi pernikahan dan semua acara pun berjalan dengan lancar walaupun diwarnai dengan bisik-bisik yang tak mengenakkan dari para tamu undangan yang ada di sana.

\*\*

         Beberapa jam berlalu, kini acara tersebut sudah resmi selesai. Para tamu undangan pun sudah meninggalkan aula kediaman keluarga Tuan Keenan tersebut.

"Kak, jika Mama tahu masalah ini pasti jantungnya akan kumat," ucap Dira yang saat ini masih ada di aula tersebut bersama dengan Tuan Keenan dan juga Tristan, suaminya.

Tristan pun menimpali, "Maaf Kak, tapi kenapa Anda tidak membicarakan masalah ini terlebih dahulu? Saya khawatir hal ini akan menjadi masalah besar nantinya."

Sesaat kemudian Tuan Keenan pun menepuk-nepuk pundak Tristan dengan santai.  

"Kamu tidak akan mengerti jika tidak mengalaminya sendiri. Ini semua adalah keputusan dua anak itu." Tuan Keenan menghela napas panjang, lalu menatap ke arah Dira. "Lagi pula bukankah mama sangat menyukai Cakra? Bahkan dia juga berkata ingin mencarikan jodoh yang seperti Cakra untuk Asta."

"Tapi bukan Cakra juga Kak …," sahut Dira sambil menggelengkan kepalanya perlahan mendengar kalimat santai kakak laki-lakinya itu. "Tapi nanti ka—" Kalimat Dira terhenti seketika saat Tristan memberi kode pada dirinya agar diam.

"Baiklah Kak, kalau begitu kami akan berusaha membantu masalah ini," ucap Tristan dengan sopan, karena bagaimanapun juga dia tetap menganggap Tuan Keenan sebagai orang yang dikaguminya sampai saat ini, sama seperti dulu sebelum dirinya menikahi Dira.

"Terima kasih, kamu memang yang paling mengerti," sahut Tuan Keenan sembari menepuk-nepuk pundak adik iparnya itu dengan santai.

Kemudian Dira pun langsung menyipitkan matanya ke arah Tuan Keenan dan suaminya bergantian. "Dasar kalian berdua itu memang …." Ia tak melanjutkan kalimatnya dan kemudian pergi begitu saja.

"Dir!" panggil Tristan namun tak digubris sedikit pun oleh Dira yang kini berjalan makin menjauh.

"Sudah biarkan saja, sikap kekanak-kanakannya tidak berubah padahal sudah punya anak dua. Kamu jangan terlalu memanjakan dia," ucap Tuan Keenan sambil menatap adiknya yang kini berjalan melewati pintu aula, meninggalkan ruangan tersebut.

Sedangkan Tristan yang kini sedang berdiri bersama Tuan Keenan pun menyahut, "Iya Kak, saya mengerti."

Lalu Tuan Keenan pun mengangguk pelan saat mendengar sahutan tersebut. "Bagus," ujarnya.  

Dia memang selalu merasa jika Tristan terlalu memanjakan adiknya dan berulang kali memperingatkan Tristan tentang hal itu. Namun, dia tak sadar jika dirinya sendiri juga melakukan hal yang sama terhadap Nyonya Shassy.

\*

Di dalam kamar Asta.

         Saat ini Nyonya Shassy sedang membantu Asta melepaskan aksesoris dan gaun pernikahannya.

"Sayang, Mama tahu kamu sedang sedih. Jika kamu ingin menangis, menangis saja jangan ditahan," ucap Nyonya Shassy yang membayangkan bagaimana perasaan sakit hati putri satu-satunya itu saat ini.  

Baru beberapa saat yang lalu dia dikhianati calon suaminya, dan kini terpaksa harus menikah dengan kakaknya sendiri. Sebuah pengalaman yang sangat tidak diinginkan oleh seorang wanita mana pun di dunia ini, menurutnya.

Dan sesaat kemudian Asta pun berbalik, menatap ke arah Mamanya. "Kenapa aku harus menangis?" tanyanya dengan nada santai.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suami Sekaku Batako   Ciuman Tanpa Amarah

    "Lalu apa jawaban yang tepat?" Tanya Cakra sambil menatap langsung mata Asta. Dia dengan lembut meraih belakang kepala Asta, dan kemudian membawa wajah mereka semakin mendekat satu sama lain. Hingga setelah beberapa saat akhirnya Cakra mengecup lembut bibir Asta. Ciuman itu membuat tubuh Asta benar-benar kaku.'Gila, ini bukan karena marah dan ini juga bukan sedang mimpi, dia benar-benar nyium aku,' batin Asta yang saat ini hanya mengedipkan matanya beberapa kali tanpa bereaksi apa pun terhadap ciuman Cakra.Hingga ...Tiiiit! Suara bel dari mobil lain yang ada di belakang mobil Cakra membuat Asta langsung mendorong tubuh Cakra.Ishhh! Desis Cakra karena bagian belakang kepalanya terbentur body mobil. "Maaf," ucap Aska sambil meringis melihat ekspresi wajah Cakra. "Cepet injak gasnya orangnya udah ngamuk-ngamuk," imbuh Asta sambil menatap ke arah belakang dan melihat orang yang ada di dalam mobil di belakang mereka saat ini baru saja keluar dari mobil.Cakra pun segera kembali ke

  • Suami Sekaku Batako   Minta Nomor

    Setelah turun dari mobil Asta langsung menarik tangan laki-laki yang saat ini ada di dekatnya. Dia membawa laki-laki itu menjauh dari mobil."Kamu gila, ngapain kamu di sini?" tanya Asta sambil menatap tajam laki-laki yang ada di depannya."Sat, kamu jangan macam-macam, deh." Asta mengatakan hal itu sambil melepaskan lengan Satria. "Kamu kan tahu gimana galaknya Kak Cakra, Kamu sengaja ingin membuat aku kena marah terus."Sesaat kemudian Satria mengeluarkan ponselnya dan kemudian menyodorkan ponsel itu kepada Asta. "Apa?" Tanya Asta sambil menatap ke arah ponsel milik Satria. "Tulis nomor HP kamu," pinta Satria sambil terus menyodorkan ponselnya kepada Asta."Untuk apa?" tanya Asta sambil beralih kembali menatap mata Satria dengan dahi yang mengernyit."Tentu saja untuk menghubungi kamu, emangnya untuk apa lagi," jawab Satria sambil meraih tangan kanan Asta dan kemudian meletakkan ponselnya di atas tangan Asta. "Jika kamu tidak mau memberikan nomor ponselmu, maka aku akan berjal

  • Suami Sekaku Batako   Jadi Tukang Jahit?

    "Mama mendengar kalau ada masalah dengan tempat yang dijadikan sebagai tantangan oleh Papamu," jawab Nyonya shassy dengan nada bicara yang terdengar jelas kalau dia sedang khawatir. Asta kembali menatap ke arah Raka yang saat ini sedang berbicara dengan Pak Harto. "Memang ada masalah, Ma. Tapi kakak sudah menyelesaikan semuanya," jawabnya lalu menghela napas panjang. "Apakah kamu tidak berbohong pada Mama?" Tanya Nyonya Shassy dengan cepat. Sebuah senyum kecil muncul di bibir Asta ketika mengingat kejadian di balai desa. "Iya Ma, Asta tidak bohong. Mama tenang saja semuanya di sini masih baik-baik saja," jawabnya untuk meyakinkan ibunya yang pasti selalu mengkhawatirkannya. "Lalu, apakah kamu sudah makan?" Tanya Nyonya Shassy."Sudah, pokoknya Mama tenang saja aku baik-baik saja di sini. Makanan juga ada di mana-mana jadi Mama tidak perlu khawatir. Sekarang Asta tutup dulu teleponnya karena Asta mau pergi ke toko kain, oke?" Ucap Asta dengan perlahan dan membuat kalimatnya terdeng

  • Suami Sekaku Batako   Sanggahan Cakra

    Asta pun langsung berbalik menatap ke arah Cakra. "Kamu yang melakukan ini?" tanyanya sambil nunjuk ke arah tanda cupang di tulang selangkanya.Cakra yang masuk ke dalam kamar itu dengan tergesa-gesa pun langsung mengganti ekspresi wajahnya. "Jangan konyol," sahutnya ringan."Apa maksudnya konyol?" Asta tak terima dengan perkataan Cakra. "Aku tahu jelas ini bekas ciuman, tidak mungkin bentuk begini karena digigit nyamuk."Cakra menghela napas panjang lalu melangkah ke arah lemari yang ada di kamar itu. "Mungkin kamu terbentur sesuatu," elaknya sambil mengambil pakaiannya dari dalam benda benda persegi panjang tersebut.Namun, di sela-sela gerakannya dia sempat melirik ke arah Asta yang saat ini sibuk dengan bekas merah di tulang selangkanya dan melupakan handuk kecil yang tak begitu bisa menutupi tubuhnya.'Jika yang di sini bukan aku, pasti laki-laki itu sudah memakan Asta sampai habis,' batin Cakra sambil mengalihkan pandangannya. Dia mencoba sebisa mungkin menahan hasrat yang tentu

  • Suami Sekaku Batako   Handuk Kekecilan

    Pada akhirnya, malam ini Asta terpaksa tidur di kursi ruang tamu karena dia bersikeras tak mau tidur sekamar dengan Cakra. Sedangkan kamarnya … setelah Cakra mengambil semua barang-barang Asta, akhirnya Cakra mengunci pintu kamar tersebut."Aku benar-benar tidak pernah berpikir akan ada hari seperti hari ini," gumam Asta sambil menatap ke arah langit-langit ruang tamu tersebut.'Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Apa aku besok kembali ke Jakarta saja ya,' batin Asta dengan mata yang mulai terasa berat.Setelah itu pada akhirnya Asta pun tertidur karena saat itu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Sementara itu saat ini Cakra sedang menatap ke langit-langit kamarnya. Dia mencoba mengingat semua hal yang dia lakukan hari ini."Asta," desahnya yang tak bisa merasa tenang jika sudah menyangkut wanita yang sudah menjadi bagian hidupnya sejak dia kecil itu.'Apa yang harus aku lakukan? Apa lebih baik aku mengatakan yang sebenarnya tentang syarat dari Papa,' batin C

  • Suami Sekaku Batako   Kamu Cemburu?

    "Aku bilang … aku lupa mematikan kompor!" teriak Asta tiba-tiba sambil menendang perut Cakra, hingga membuat Cakra mundur beberapa langkah.Dan tanpa berpikir panjang, Asta pun berlari keluar dari kamar tersebut dan kemudian masuk ke dalam kamarnya sendiri.Sedangkan Cakra saat ini sedang mengelus perutnya. "Dia benar-benar menendangku," gumamnya.Setelah itu Cakra pun keluar dari kamarnya dan pergi ke dapur untuk mengecek apakah benar kompor di dapur benar-benar masih menyala. Akan tetapi, benar saja yang dia temukan adalah kompor yang mati. Bahkan tidak ada apa pun di atas kompor tersebut."Asta!" panggil Cakra yang tidak melihat istrinya di sana. Sementara itu, saat ini Asta tengah duduk di ranjang kamarnya. Dia membuka sedikit celananya dan memastikan semuanya."Gila, aku benar-benar lepas," gumamnya sambil menutup kembali celananya.Setelah itu Asta menatap ke arah langit-langit kamarnya. Dia menyentuh bibirnya dengan perlahan. "Dia benar-benar menciumiku, kasar lagi," uca

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status