Share

Suara di Telepon

Penulis: Srirama Adafi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-20 16:30:36

"Kamu ngapain nyusul ke sini?" geram Arka. Meski setengah berbisik dan dengan gigi terkatup rapat, nada kesal dari suaranya tetap bisa ditangkap oleh Salma. Apalagi dengan tampang Arka yang dinginnya melebihi salju yang telah membeku ribuan tahun.

"Aku ...."

Belum juga Salma menyelesaikan ucapan, Arka sudah memotongnya. "Kamu tau, kan? Kita harus hati-hati?"

Salma mengangguk. Ia tidak menyangka kalau Arka akan memarahinya seperti ini. "Tapi, aku kangen sama kamu, Mas." Salma berusaha mencairkan kebekuan Arka dengan rengekan manjanya.

"Iya, aku tahu. Tapi, enggak gini juga. Kalau istriku tahu gimana, coba?"

"Tapi, kan, dia enggak tau."

Arka menghela napas kasar.

"Aku masih kangen banget sama kamu, Mas ...." Salma mengambil telapak tangan Arka dan menempelkannya di pipi mulusnya lalu menciumi punggung tangan itu berkali-kali.

"Tadi, kan, udah."

Sesuai perkiraan Salma, pegunungan es yang tadi menghiasi wajah Arka akhirnya mencair. Teori Salma tentang lelaki kembali berhasil. Kini nada bicara dan juga wajah Arka menjadi lembut dan hangat.

"Masih pingin lagi ...." Lagi-lagi Salma mengeluarkan jurus yang membuat Arka tak bisa berkutik. Merengek manja sembari memasang wajah yang menggemaskan.

"Ya udah, besok datang pagian, ya?"

"Maunya malam ini ...." Salma menaruh jemari Arka di leher jenjangnya. Padahal saat ini mereka berada di tempat umum, tetapi Salma tidak peduli. Ia bahkan berharap istri Arka memergoki apa yang tengah dia lakukan.

Dirayu seperti itu, tentu Arka pun tak bisa menahan naga yang menggeliat di dalam tubuhnya. "Ya udah, nanti kamu cari alasan biar bisa ikut ke mobilku. Nanti kita lanjutin di hotel."

"Beneran?" Mata Salma berbinar penuh kemenangan.

Arka mengangguk penuh keyakinan kemudian menarik tangannya dari leher Salma setelah sekilas membelai rahang Salma dengan ibu jarinya.

"Habiskan makananmu!" titah Arka dengan suara parau karena gejolak dalam dirinya semakin menggila akibat godaan Salma.

Salma mengangguk dengan semangat. Lalu melanjutkan makan malamnya.

Beberapa saat kemudian Nabila kembali bersama Hanan. Perhatian Arka langsung tertuju pada istri dan adiknya itu. "Emang baju kamu enggak bisa dibersihin?" tanya Arka sembari menatap tidak suka pada Nabila yang mengenakan sweater adiknya.

"Basah, Mas, baju Nabila," jawab Hanan yang tidak habis pikir dengan kakaknya itu. Melihat baju istrinya kotor, bukannya berinisiatif membantu membersihkan, malah tadi masih menyalahkan. Saat ini pun, saat melihat Nabila mengenakan sweaternya, pertanyaan Arka sangat tidak enak didengar telinga.

"Ada-ada aja!" Arka menarik sebelah bibirnya sembari menatap sinis pada istrinya.

Hanan menarik tangan Nabila untuk kembali duduk. "Yuk, lanjutin makannya!" ajak Hanan tanpa memedulikan kakaknya.

"Maaf, ya, Mbak, tadi aku enggak sengaja," ucap Salma setelah Nabila kembali duduk di sampingnya. Tempat itu masih bersih karena tumpahan jus tadi nyaris semua menumpahi baju Nabila.

"Iya, enggak apa-apa," jawab Nabila sembari tersenyum tulus. Dia sama sekali tidak tahu kalau wanita itu adalah duri yang sedang berusaha mengoyak pernikahannya.

Setelah mereka selesai makan malam, Arka pura-pura bertanya kepada Salma, "Sal, tadi ke sini pakai apa malam-malam gini?"

"Taksi, Pak," jawab Salma yang sudah bersiap dengan siasatnya.

"Apa enggak bahaya, tuh, sendirian pakai taksi gitu?"

"Gimana lagi, Pak. Daripada pakai motor, malam-malam gini dingin."

"Iya juga, sih." Arka menjeda ucapannya dan sedang pura-pura berpikir. "Ehm, daripada bahaya gitu, gimana kalau pulang bareng kami aja?"

Salma memasang wajah sungkan. Ia menoleh pada Nabila seolah-olah sedang meminta persetujuan istri Arka itu.

Nabila yang merasa sedang ditunggu pendapatnya pun angkat suara. "Iya, Mbak. Benar yang dibilang Mas Arka. Pulang bareng kami aja."

"Tapi, kosanku agak jauh dari sini," ucap Salma masih dengan tampang pura-pura sungkan.

"Sejauh apa, sih? Enggak sehari semalam perjalanan, kan?" timpal Arka.

Salma tersenyum lebar. "Ya udah. Maaf, ya, Mbak, jadi ganggu acara kalian."

Mereka berempat akhirnya pulang dengan mobil dinas Arka. Hanan dan Nabila pikir, mereka akan mengantar Salma terlebih dahulu. Namun, ternyata Arka melajukan mobil ke arah rumah mereka.

"Loh, Mas, enggak antar Mbak Salma dulu?" tanya Hanan mewakili pertanyaan Nabila.

"Lumayan jauh kosnya, Han. Kalau antar dia dulu kasian kamu, jadi enggak bisa istirahat. Kamu pasti capek, kan, habis perjalanan jauh?"

Karena Hanan dan Nabila belum mencurigai Salma dan Arka, mereka berdua percaya-percaya saja. Mereka pikir, Arka memang sedang memikirkan Hanan yang memang sedang kelelahan karena habis menempuh perjalanan yang cukup jauh.

Setelah mengantar Hanan dan Nabila ke rumah, Arka merasa merdeka bersama Salma. Di tengah perjalanan, Salma berpindah tempat duduk ke samping Arka. Ia sudah tidak sabar untuk kembali mereguk madu asmara dengan bosnya itu.

"Mas," panggil Salma dengan suara manjanya.

"Hmm." Arka menoleh sekilas kemudian fokus kembali pada jalanan di depannya.

"Katanya mau beliin aku apartemen?" tanya Salma sembari jemarinya bergerilya di bagian atas lutut Arka.

Arka menoleh sekilas pada jemari lentik Salma yang begitu lincah menggugah naluri lelakinya kemudian menjawab, "Nunggu bonus keluar, ya? Minggu depan kayaknya."

"Asyik!" seru Salma masih dengan suara manjanya.

"Aduh, Sal, sabar dulu, nanti di hotel aja!" pinta Arka saat jemari Salma sudah merangsek terlalu dalam. Arka jadi tidak fokus mengemudi.

"Beneran, enggak mau aku panasin sekarang dulu?" goda Salma.

"Kalau sama kamu tuh, enggak perlu dipanasin udah langsung mendidih."

Salma terkikik manja mendengar ucapan bosnya itu. "Habis, milih istri udik begitu," sungut Salma. "Pasti kalah jauh sama aku, kan, Mas?"

Arka tersenyum sembari mengangguk, mengiyakan ucapan Salma. "Kamu bisa kira-kira sendirilah. Itu sebabnya kamu jadi candu buat aku."

Salma membuang napas kasar. "Tapi statusku cuma simpanan." Wanita cantik itu memajukan bibirnya dan menekuk wajahnya.

Arka menoleh. "Itu kan, cuma status, enggak penting. Yang paling penting kan, kamu mendapatkan segalanya. Apa yang kamu mau selalu aku turuti, kan?"

"Tapi, aku ingin jadi istri kamu, Mas. Enggak kayak gini terus."

"Iya, ya. Kamu sabar dulu."

"Benar?"

Arka mengangguk meski tidak yakin dengan apa yang diucapkan itu. Yang terpenting baginya adalah membuat Salma senang dan mau melayaninya. Bahkan apartemen yang ia janjikan pada Salma pun, tidak mungkin ia atas namakan wanita itu. Salma hanya ia izinkan menempati nantinya, tetapi bukan memiliki.

Begitu tiba di kamar hotel, mereka berdua langsung bergumul layaknya orang yang kelaparan. Saling mengecap dan mengecup, menyentuh dan menuntut, hingga dua manusia itu tidak ingat lagi akan dosa.

Seprei kusut yang belum ada lima jam yang lalu menjadi saksi bisu kebrutalan gairah mereka berdua, kembali ditimpa oleh dua insan yang sedang lupa segalanya. Tiupan angin dari iblis membuat keduanya semakin menggila. Rasa nikmat yang mereka dapat pun seolah-olah semakin berlipat. Padahal itu hanya tipu daya iblis.

Sementara di kamar rumahnya, Nabila sedang gelisah menanti kepulangan Arka. Sudah lewat tengah malam, tetapi suaminya itu tidak kunjung pulang. Nabila takut terjadi sesuatu dengan suaminya itu. Terlebih, Arka tidak mengangkat teleponnya sama sekali.

"Semoga kamu baik-baik aja, Mas," gumam Nabila sembari menatap layar ponselnya. Hatinya merasa gelisah, tetapi ia tidak tahu apa yang membuatnya seperti itu. Ia hanya takut terjadi sesuatu dengan Arka. Tidak terpikir sama sekali di otaknya kalau Arka sedang berjibaku dengan perbuatan hina.

Sampai akhirnya, saat ia kembali menelepon Arka, suaminya itu mengangkat ponselnya. Namun, begitu mendengar suara yang menyapanya, Nabila merasa tidak percaya. Ia sampai memastikan apakah dirinya salah menelpon orang lain.

Namun, ternyata memang benar, nomor Arkalah yang ia hubungi. Lalu mengapa bukan suara Arka yang menjawab? Melainkan suara wanita?

"Ini Mbak Salma, ya? Kenapa angkat telpon suami saya? Mana Mas Arka?" tanya Nabila setelah kembali menempelkan ponsel pada telinga.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ardiansyah Nasution
cerita yg sangat bagus
goodnovel comment avatar
Ardiansyah Nasution
mantap banget
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Suami Selingkuh, Adik Ipar Ku Rengkuh   Fakta yang Terungkap

    Pak Handoko dan Bu Wardani langsung membawa Nabila ke rumah sakit. Kondisi Nabila demam tinggi dan tidak sadarkan diri membuat sepasang suami istri itu panik. Beberapa tetangga yang pagi itu kebetulan lewat depan rumah Pak Handoko pun ikut membantu menaikkan Nabila ke mobil. Hingga kabar tentang kondisi Nabila menyebar ke penjuru kampung.Tiba di rumah sakit, Nabila langsung dibawa ke IGD. Serangkaian pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui kondisi Nabila. Beberapa saat setelah hasil pemeriksaan keluar, dokter menyatakan kalau kondisi Nabila koma."Apa? Koma, Dok? Gimana bisa? Semalam putri saya baik-baik saja?" protes Bu Wardani yang sangat takut mendengar apa yang menimpa Nabila.Begitu juga Pak Handoko. Ia sangat takut putri semata wayangnya kenapa-kenapa. "Betul, Dok. Semalam kami masih makan malam bersama. Masih ngobrol-ngobrol seperti biasa.""Dari hasil pemeriksaan, pasien sepertinya mengalami stress berat, sehingga memicu hipertensi dan kejang arteri koroner. Mungkin kondisi pa

  • Suami Selingkuh, Adik Ipar Ku Rengkuh   Malam

    "Tapi, Lis ...." Radit berusaha mencegah Lisa, tetapi Lisa langsung memotongnya."Kenapa? Kamu takut aku ganggu acara kamu sama calon istri kamu itu?" sinis Lisa. "Tenang aja, aku enggak akan ganggu, Dit. Lagian harusnya kamu bilang sama aku dari awal kalau mau bawa Manda sama pacar baru kamu. Manda perlu diberi pengertian. Aku enggak mau dia kebingungan nantinya!""Udah, Mas, enggak apa-apa." Nabila menengahi Radit dan mantan istrinya itu. Karena jika melihat karakter Lisa, Nabila paham kalau mantan istri Radit itu bukan tipe perempuan yang gampang mengalah.Radit menatap Nabila lama. Ia tidak enak pada Nabila. Karena harusnya hari ini ia habiskan waktu bersama Nabila dan Amanda, tetapi Lisa justru merecokinya.Karena tidak mau berdebat di depan Amanda dan Nabila juga menyetujui, akhirnya Radit membiarkan Lisa untuk ikut."Ya udah, ayo, berangkat!" ajak Radit.Radit hendak menuntun Amanda, tetapi Lisa tidak melepaskan tangan putrinya itu. Karena tidak mau menggandeng Amanda bersama-s

  • Suami Selingkuh, Adik Ipar Ku Rengkuh   Tidak Bersahabat

    "Terus kamu mau balikan sama dia?" tanya Nabila dengan jantung tergores luka. Nabila memang tidak mencintai Radit, tetapi saat ini mereka telah berkomitmen untuk menikah. Meski bukan pernikahan impian Nabila, tetap saja apa yang dilakukan Radit malam ini membuat Nabila terluka. Terlebih jika Radit memilih kembali kepada mantan istrinya dan membatalkan rencana pernikahan mereka, meski itu yang Nabila harapkan, tetapi tetap saja hal itu akan melukainya. Radit menatap Nabila lama. Cukup lama. Kemudian Radit menggeleng, "Enggak. Aku udah punya kamu." Radit tersenyum hangat. "Aku enggak bisa kembali sama perempuan yang sudah bermain api dengan laki-laki lain."Nabila sudah tahu kisah masa lalu Radit dari orang tuanya. Kabarnya dulu mantan istri Radit ketahuan berselingkuh. Meski hanya berselingkuh di facebook. Katanya mereka hanya chating, tidak sampai bertemu. Sayangnya, riwayat chat pasangan selingkuh itu terbaca oleh Radit dan Radit sangat marah hingga akhirnya menceraikan istrinya.D

  • Suami Selingkuh, Adik Ipar Ku Rengkuh   Bayang Masa Lalu

    "Ajak Nabila makan di luar aja, Dit!" titah Pak Handoko terhadap calon menantunya.Dengan senang hati Radit mengajak Nabila. Namun, Nabila menolak karena merasa tidak enak badan dan juga tidak ingin pergi dengan Radit. Ia cuma ingin sendiri, menuliskan semua yang sedang ia rasakan saat ini ke dalam novelnya."Kalau kamu gini terus, bisa-bisa kamu sakit, Na!" kesal Bu Wardani. Ia sebenarnya frustasi menghadapi anak dan suaminya yang sama-sama keras kepala."Nabila baik-baik aja, Bu," ucap Nabila menenangkan sang ibu. "Nabila cuma lagi enggak ingin kemana-mana.""Ya udah kalau gitu. Ayo, Dit, makan bersama!" ajak Pak Handoko.Sembari makan malam, Pak Handoko menanyakan tentang pekerjaan Radit dan segala sesuatu yang terlihat membanggakan agar Nabila semakin tertarik. Namun, karena Nabila tidak memiliki perasaan apa-apa terhadap Radit, semua yang di mata ayahnya tampak begitu membanggakan, di matanya terlihat biasa-biasa saja.Mungkin bagi orang lain, Radit adalah sosok yang sempurna den

  • Suami Selingkuh, Adik Ipar Ku Rengkuh   Surat

    "Lancang kamu, Han!" desis Nabila. Meski tadi ia sempat terlena, tetapi mendengar perkataan Hanan, membuat harga dirinya terluka. Nabila merasa dilecehkan."Aku tahu," jawab Hanan dengan tenang. Ia memang sengaja melakukan itu. Karena Hanan tahu, jika ia melakukan hal itu, tentu Nabila akan marah kepadanya. Hanan tidak mau merusak rencana pernikahan Nabila. Apalagi dibanding dengan dirinya, calon suami Nabila jauh lebih segala-galanya."Tapi aku enggak akan minta maaf," lanjut Hanan. "Aku cuma ingin kamu tahu kayak gimana perasaanku sama kamu."Nabila membuang muka. Ia tidak suka dengan sikap Hanan. Baru kali ini ia melihat sikap Hanan yang tidak ia sukai. Padahal sebelumnya Hanan laksana malaikat bagi dirinya."Aku enggak ingin kamu gimana-gimana walaupun sekarang kamu sudah tahu perasaanku. Lanjutkan aja rencana pernikahanmu! Aku enggak akan ganggu kamu." Tanpa berkata-kata lagi, Hanan kemudian pergi dari rumah Shela. Hanan bertekad untuk menghilang dari kehidupan Nabila. Rasanya t

  • Suami Selingkuh, Adik Ipar Ku Rengkuh   Kejelasan

    Hanan menatap Nabila dengan sorot mata terluka. Tumpukan pikiran positif yang sejak tadi ia susun di tengah berbagai prasangka yang menyerang pikirannya, runtuh seketika. Bahu Hanan terkulai lemas, kemudian bibirnya tersenyum getir. "Selamat ya, Na, semoga semuanya dilancarkan."Nabila ingin sekali membantah. Berkata kalau itu semua tidak benar. Namun, sorot mata ayahnya membuatnya menjadi pecundang. Mulutnya terkunci dan matanya berkaca-kaca, sampai akhirnya genangan itu tumpah dan Nabila membuang muka. Ia tidak ingin menjual kesedihannya."Ayo, masuk, Han!" ajak Pak Handoko dengan ramah. "Biar sekalian kenal dan ngobrol sama calon suami Nabila. Radit itu dokter, loh. Kamu bisa tanya-tanya tentang kesehatan sama dia," ucap Pak Handoko dengan bangga. Pak Handoko melakukan itu karena ingin Hanan tidak lagi mendekati Nabila. Meski sebenarnya ia suka pada Hanan, tetapi ia tidak bisa menerimanya karena Hanan adalah adik Arka dan juga anak Pak Danang. Pak Handoko sudah terlanjur kecewa pa

  • Suami Selingkuh, Adik Ipar Ku Rengkuh   Dilema

    [Han, kamu yakin mau sama bekas istriku?]Hanan mengernyit saat membuka pesan dari Arka. Kata-kata yang dipilih Arka terasa menusuk dadanya. Jika Arka bukan kakaknya, Hanan pasti akan membalas dengan kata-kata tak kalah menusuk.Tak lama sebuah foto juga Arka kirim pada Hanan. Melihat orang yang ada di foto itu, rasa panas menjalar di rongga dada Hanan. Tenggorokan Hanan sampai tercekat melihat Nabila tampak sedang berjalan bersisian dalam posisi cukup dekat dengan seorang laki-laki. Hanan memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam. Ia tidak mau terpancing oleh Arka. Hanan berusaha berpikir positif meski perasaannya tidak baik-baik saja."Dia pasti saudara Nabila. Enggak mungkin Nabila jalan sama laki-laki lain," gumam Hanan meyakinkan dirinya sendiri.Hanan yang hari itu sedang tidak ada jadwal kerja di siang hari, kemudian merebahkan diri di atas ranjang. Niatnya untuk keluar makan siang pun ia lupakan karena pikirannya terganggu dengan pesan Arka.Berkali-kali Hanan menarik nap

  • Suami Selingkuh, Adik Ipar Ku Rengkuh   Fitnah

    [Na, kenapa dari pagi pesanku belum dibaca? Kamu sehat, kan? Kamu baik-baik saja, kan?]Setelah pulang kerja, Hanan kembali mengirim pesan pada Nabila. Tidak biasanya Nabila mengabaikan pesannya. Ia takut kalau ternyata Nabila tidak baik-baik saja.Hanan sampai melupakan makan malamnya. Berkali-kali ia hanya mengecek ponsel sembari mengedit hasil jepretannya tadi. Rasa lapar yang tadi menyerangnya seperti tsunami, lenyap begitu saja saat tidak mendapati satu pesan pun dari Nabila. Jangankan pesan dari Nabila, pesan yang sejak tadi dikirimnya pun tidak kunjung Nabila baca."Apa Nabila sakit?" gumam Hanan lalu melepas mouse-nya. Tangan lelaki itu kini bertaut di belakang kepalanya diikuti tubuhnya yang bersandar pada sandaran kursi kerja. Pikirannya tak bisa lepas dari Nabila membuat otaknya tidak fokus mengedit foto dan video di layar komputernya. Tak biasanya Nabila bersikap seperti ini. Padahal semalam semua biasa saja. Ia masih berkirim pesan dengan Nabila membahas novel Nabila yan

  • Suami Selingkuh, Adik Ipar Ku Rengkuh   Restu

    Sepulang dari kondangan, Arka masih sangat marah. Ia sampai mendiamkan Salma yang sebenarnya tidak salah apa-apa. Begitu memasuki kamar kos, Arka langsung berbaring di tempat tidur dan menutup tubuhnya dengan selimut. Ia bahkan tidak melepas kemeja dan juga celana kainnya. Pikirannya masih penuh dengan Hanan dan Nabila. Terlebih tadi ia melihat Hanan mengendarai sebuah mobil."Sok kaya sekali Hanan!" umpat Arka di dalam hati. Dadanya benar-benar mendidih. Ingin ia menghancurkan karir Hanan, agar adiknya itu sama hancurnya seperti dirinya. Namun, Arka tidak tahu harus berbuat apa. Otaknya saat ini benar-benar tumpul."Kamu kenapa, sih, Mas?" protes Salma yang tidak suka didiamkan oleh Arka. "Gara-gara ketemu Nabila?"Arka tidak menyahut. Tentu Salma semakin geram. Wanita itu lantas menyingkap selimut yang menutupi tubuh suaminya. "Kamu kenapa, sih?""Apa, sih, Sal?" Arka malas meladeni Salma. "Kamu nyesal cerai sama istri yang dulu kamu bilang udik itu?"Lagi-lagi Arka tidak menanggap

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status