Share

Bab 7

Sebagaimana kebiasaannya, Saroh berangkat untuk pencarian nafkah ketika pagi masih menyatu dengan pukul delapan. Dia mengawalinya dengan gairah maksimum. Taksi online menjadi moda transportasinya. Satu-satunya aktivitas Saroh di kantornya ialah pengarahan singkat mengenai proyek penanggulangan bencana alam. Program yang digarap adalah perwujudan perlindungan sekolah dari bahaya bencana alam di Kota Bogor. Ia terlibat dalam pelaksanaan program tersebut.

     Sesudah pengarahan singkat berakhir, Saroh serta kolega-koleganya mengunjungi kantor BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kota Bogor. BPBD Kota Bogor merupakan mitra kerja dalam proyek tersebut. Saroh, kolega-koleganya, serta para pegawai BPBD Kota Bogor menggelar sebuah rapat. Hal yang dibahas adalah rancangan peraturan-peraturan yang terkait dengan proyek tersebut. Rapat berlangsung hingga jam makan siang.

     Sehabis bersantap siang, Saroh serta kolega-koleganya menghadiri seminar pendidikan di Kampus Institut Pertanian Bogor. Penyelenggaranya yaitu Kemendikbudristek. Di penghujung seminar, ada sesi serah terima 15.000 paket bahan dan alat pendukung belajar dari NGO (Non-Governmental Organization) yang menaungi Saroh untuk Kemendikbudristek. Paket itu berguna untuk kegiatan belajar 15.000 siswa. Atasan Saroh adalah orang yang menyerahkan paket itu. Saroh menjadi saksi penyerahan paket itu.

     Kesibukan Saroh belum tamat. Saroh mesti membuat laporan tentang kunjungannya ke kantor BPBD Kota Bogor. Pembuatan laporan berlokasi di kantor Saroh. Saroh mengerjakannya secara tekun. Keselesaian penggarapan laporan bertepatan dengan kemunculan semburat warna merah pada permukaan langit. Saroh pulang ke Kecamatan Menteng kala malam menjalarkan kegelapan.

     Di kediamannya, HP Saroh bergerak-gerak. Melalui sambungan telepon, Arung berkata bahwa dia ingin membawa Saroh ke tempat kencan yang lazim bagi mereka, tetapi aneh bagi dua sejoli lainnya. Tanpa keraguan Saroh meluluskan keinginan belahan hatinya. Dia dan Arung telah lama tidak menyambangi tempat itu. Padahal, mereka sering menghabiskan momen berdua di situ pada awal masa pacaran. Saroh menduga, Arung berniat mengejutkan dirinya.

     Apapun tujuan Arung, Saroh senang. Ia akan kembali pada nostalgia, semasa dirinya dan Arung menjilat manisnya madu kasmaran.

*****

     Kenangan indah Saroh dan Arung tatkala mereka mengais ilmu di Universitas Indonesia terulang. Mereka memadu kasih di zona kegemaran Arung di Kota Depok. Suatu ruang yang membuai para kutu buku. Sebuah gedung yang menyedapkan jiwa orang-orang berkepribadian tertutup. Saroh dan Arung terakhir kali bertandang bersama ke Toko Buku Gramedia ini pada lima tahun silam.

     “Kenapa situasinya beda, Say?” tanya Saroh bingung. Dia mengamati orang-orang yang ada di sekitarnya.

     Arung melirik Saroh. Menanyakan maksud pertanyaan Saroh.

     Pengamatan Saroh makin saksama. “Dulu, orang yang dateng ke sini banyak. Sekarang, orang yang dateng ke sini sedikit.”

     “Orang-orang era sekarang lebih suka beli e-book. Kalau butuh buku cetak, mereka lebih pilih beli di toko buku online ketimbang toko buku fisik. Toko buku fisik online jadi sepi,” jelas Arung.

     “Oh, iya. Orang-orang pada beli buku di toko buku ,” Saroh mulai mengerti. “Kok aku nggak ngeh sama alasan sederhana kek gini sih? Payah banget aku,” keluh Saroh pada diri sendiri. Dia lanjut berkata, “Toko buku fisik nggak cuma jadi sepi. Toko buku fisik juga bangkrut. Bener, kan?”

     Arung sepikiran. “Toko buku fisik yang bangkrut nggak menyesuaikan era sekarang. Era sekarang serba online dan mengutamakan gaya hidup. Sementara toko buku fisik yang masih eksis menggabungkan penjualan buku secara offline dan online. Mereka juga mengusung konsep arena perbelanjaan sekaligus rekreasi. Selain itu, mereka jual produk selain buku. Salah satu dari mereka adalah toko buku fisik ini,” dia menghamparkan penjelasannya.

     Saroh manggut-manggut. Ia telah mengenal penyebab penurunan jumlah pengunjung toko buku yang sedang didatanginya. Kebingungannya pun sirna.

     “Aku ke sana dulu, ya.” Acungan jari telunjuk Arung menuding deretan buku yang berada di bagian tengah.

     “Aku di bagian buku-buku sosial,” balas Saroh.

     Balasan Saroh diiakan oleh Arung.

     Saroh dan Arung saling menjauh. Berjalan menuju rak yang berbeda. Mereka mencermati kumpulan buku pada rak. Saroh menyambar buku sosiologi. Arung mengambil buku psikologi. Mereka menyibak lembaran-lembaran kertas pada buku yang ada di genggaman. Mata mereka menjelajahi setiap kata dengan penuh selera. Melaju di atas permukaan kalimat tanpa jeda. Gerakan itu terus berlangsung hingga mata mereka takluk oleh kelelahan.

 terus berlangsung hingga mata mereka takluk oleh kelelahan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status