Share

Surat Cerai

Bual-bualan itu tak mau kudengar lagi, caranya hanya dengan satu cara yakni tidak masuk kerja. Sudah hampir tiga hari aku mengurung diri di rumah. Tidak pula menatap monitor komputer serta ponsel.

"Kamu ga ke kantor lagi, Nay?" tanya Mama yang sedang sibuk menjemur pakaian di belakang rumah.

"Enggak, Ma. Nanti aja kalau keadaan sudah baikan," jawabku datar.

"Emangnya ada apa sih. Kelihatannya kamu beberapa hari ini kayak ga ada semangat hidup gitu?" tanyanya lagi.

"Ga ada apa-apa, Ma."

Tiba-tiba ada yang mengucapkan salam dari luar, aku langsung saja terkesiap dan tersenyum senang. "Itu pasti Mas Adji," tuturku pelan dengan semangat. Benar, beberapa hari di rumah aku jadi selalu mengingatnya.

"Permisi, apakah benar ini rumahnya Ibu Naya?" tanya seorang pria berbaju jaket maroon dengan tas selempang di pinggangnya. Senyumku yang tadinya mengembangkan kini sirna kembali seperti semula.

"Iya, benar," jawabku datar.

"Ini, Bu. Ada titipan untuk Ibu," ujarnya sembari menyerahkan map cokela
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
FADLI BINANGKARI FADLI
sangat menyentuh hati
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status