Share

Rumah Peninggalan

Author: Galuh Arum
last update Last Updated: 2024-06-13 12:31:52

Sontak ucapan Zea membuat kedua orang tua itu bungkam. Seketika tubuh

Pak Mansyur mendadak lemas dan seolah tak bertulang. Dia tidak menyadari selama ini sang anak tahu kalau rumah ini adalah milik ibunya dan bukan milik ayahnya.

Zea tersenyum lalu mengambil tas, dia tak mau meladeni keduanya karena takut telat dan kehilangan pekerjaan. Sudah hampir 30 menit dia dibuat kesal oleh Dara.

Pintu tertutup dengan keras, Bu Layla menatap suaminya yang masih begitu pucat.

"Pa, bagaimana ini. Rumah ini belum atas nama Papa?" tanya Bu Layla cemas.

Pak Mansyur tidak berpikir sampai seperti itu karena dia berpikir jika Zea itu tidak akan mempermasalahkan masalah rumah yang mereka tinggali sekarang.

Namun sepertinya pria tua itu salah karena dia lupa jika Zea sudah dewasa dan dia tahu jika memang rumah ini memang rumah peninggalan dari ibunya.

Dia pun sudah lama mencari Di mana berkas-berkas rumah tapi tidak menemukannya.

"Pa, jawab." Bu Layla kembali bertanya karena melihat sang suami hanya diam dan tidak menjawab pertanyaannya.

"Ma, bukan Papa enggak merubah. Tapi ibunya Zea itu licik, dia menyembunyikan surat-surat rumah." Hanya kalimat itu yang bisa terlontar dari mulut sang suami.

Bu Laila kesal karena baru tahu kali ini jika rumah megah ini belum atas nama sang suami.

"Pa, pokonya mama enggak mau tahu. Papa urus dan cari atau terserah deh. Mama enggak mau kalau nanti tiba-tiba Zea mengusir kita."

"Mana mungkin, dia juga enggak tahu di mana surat rumah itu. Jangan berpikir jelek deh Ma."

Pikiran Pak Mansyur kini sedang tidak baik-baik saja memikirkan bagaimana untuk membalik nama rumah atas namanya sedangkan sejak dulu dia tidak menemukan berkas surat rumah yang disembunyikan oleh almarhumah ibunya Zea.

Tidak mau ngambil pusing pria itu pun lantas pamit untuk berangkat bekerja sementara bu Laila merasa kesal karena sang suami tidak mengurus atas nama dirinya.

"Ah, sialan."

"Ma, kenapa sih?" tanya Dara.

"Dih, panjang ceritanya. Rumah ini belum atas nama papa kamu. Mama takutnya, Zea malah mengusir kita." Bu Layla memiliki ketakutan sendiri.

Wanita itu tidak membayangkan jika banyak hutang dan dirinya harus memikirkan kontrakan rumah jika Zea mengusir mereka.

"Ma, buat saja surat palsu. Kita jual, terus kita beli rumah baru. Bagaimana?" Dara memberikan usul tanpa berpikir.

Bu Dara memukul pelan pundak sang anak. Ide gila dari Dara bisa saja membuat mereka masuk ke dalam penjara karena sebuah pemalsuan surat rumah.

"Kamu jangan ngawur. Kamu saja sana minta sama suami kamu. Kata mertua kamu, harta mereka enggak akan habis tujuh turunan," ujar Bu Layla.

"Dih, mama. Jangan sekarang ya. Akun Habis belanja perlengkapan bayi. Ini saja Farhat sudah meminta aku irit." Kini malah Dara yang mengeluh kesal.

Bu Layla menggerutu kesal, punya menantu pelit. Bagaimana bisa memberikan dia rumah. Beli perlengkapan bayi saja menggerutu.

"Mas Farhat bukan pelit, tapi aku yang menghabiskan 25 juta untuk perlengkapan bayi."

"Ya Allah, kamu ini benar-benar."

***

Zea datang terlambat kempat kerjanya. Akibatnya dia harus menghadapi kemarahan sang bos.

"Kamu tahu kan ini jam berapa Zea?" tanya sang bos.

"Macet, Bos. Maaf saya enggak akan mengulangi lagi," ujar Zea bersungguh-sungguh. Namun, ia tak tahu akan kembali terlambat atau tidak karena keluarganya yang super toxic.

"Halah, janji terus. Pokonya kamu saya potong gaji."

"Pak tapi," ujar Zea memelas.

Tidak ada yang bisa dilakukan olehnya karena bos sudah melakukan beberapa kali peringatan padanya. Hanya karena keluarganya yang sering membuat ulah saat dirinya akan berangkat kerja dia jadi sering terlambat datang.

Nur rekan kerjanya menghampiri Dea yang terduduk lemas di dekat meja kasir.

"Nyokap dan saudara tiri kamu buat ulah apa lagi?" tanya Nur.

"Banyaklah."

Zea kembali bercerita bagaimana menyebalkannya Sella saat mengambil telur untuk bekal sang suami. Zea pun mengatakan jika iba jika Gio hanya dibuatkan nasi kecap saja.

"Aduh, kasian si Gio. Terus dia mau?"

"Maulah. Dia itu enggak banyak macam maunya. Nasi kecap aja mau, sedih sih waktu Ibu bilang kalau Mas Gio dia suruh kasih nasi sama garam doang," papar Zea dengan wajah sedih mengingat sang suami.

"Tapi, ya enggak apa-apa. Lagian, mungkin Gio juga doyan nasi sama garam. Secara badannya kurus enggak bergizi."

"Kamu bicaranya kok jadi kaya Ibu dan adikku sih, Nur?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Yang Diremehkan, Ternyata Pria Mapan    Akhirnya Bahagia

    "Maksud kamu apa?" Bu Layla panik dengan ucapan Gior. Kekhawatiran mulai terlihat jelas di wajahnya.Tanpa berkata apa pun lagi, Gior mulai membuka kedoknya. Dia dengan tenang melepaskan tompel yang menempel di pipinya, kemudian membenarkan rambutnya, dan membersihkan wajahnya dari semua penyamaran. Dalam sekejap, sosok yang selama ini dianggap sebagai "si miskin" berubah menjadi pria elegan dengan aura otoritas.Semua yang ada di ruangan itu terdiam, mata mereka terpaku pada Gior. Mereka terkejut melihat perubahan drastis dari pria yang selama ini mereka remehkan."Ti-tidak mungkin si miskin itu adalah Pak Gior," ucap Sella dengan suara gemetar. Gadis itu merasa tubuhnya memanas dan dingin bersamaan, terutama setelah mengetahui bahwa dia baru saja mencoba menghancurkan Zea, istri seorang CEO.Dara, yang berdiri di sampingnya, tampak lebih terkejut. "Ma, ini enggak mungkin, kan?" tanya Dara dengan suara lemah pada Bu Layla, yang juga sama bingungnya.Pak Abdullah dan Farhat, yang sela

  • Suami Yang Diremehkan, Ternyata Pria Mapan    Permulaan

    Pak Abdullah, dengan wajah penuh ketidakpercayaan, menghampiri Pak Wicaksono. "Pak, tidak salah dengar?" tanyanya, masih terkejut bahwa Pak Mansyur, yang dianggapnya hanya seorang pengusaha kecil, mendapatkan kontrak saham dengan perusahaan besar yang sebelumnya membatalkan kontrak mereka.Pak Wicaksono, dengan tenang, menatap Pak Abdullah. "Tidak, memang benar. Ada apa memangnya?" tanya Pak Wicaksono dengan nada datar, seolah tak terpengaruh oleh kekhawatiran Pak Abdullah.Pak Abdullah tak mau menyerah begitu saja. "Perusahaan Pak Mansyur itu masih kecil, Pak. Kemungkinan besar tidak akan memberikan benefit tinggi. Lebih baik batalkan saja dan bekerja sama dengan perusahaan saya, yang jelas-jelas sudah besar dan mapan," katanya, mencoba meyakinkan Pak Wicaksono sambil meremehkan kualitas perusahaan Pak Mansyur.Saat itu, Gior, yang mendengar percakapan mereka, menghampiri kakeknya. Dengan senyum kecil di bibirnya, ia tertawa pelan, lalu menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara. "P

  • Suami Yang Diremehkan, Ternyata Pria Mapan    kejutan

    Farhat menepis tangan Gior dengan kasar, lalu menepuk-nepuk kemejanya seolah jijik setelah disentuh oleh Gior. "Orang miskin tidak pantas di sini," katanya dengan nada penuh kebencian. "Satpam, usir mereka!" titahnya, seperti merasa dirinya pemilik acara dan berkuasa penuh atas tempat itu.Suasana semakin panas ketika Sella, yang sepertinya sengaja ingin memicu keributan, muncul dengan sebuah rencana liciknya. Dengan sengaja, dia menunjukkan foto-foto yang memfitnah Zea dan Pak Gior sedang bersama, mencoba menciptakan kesan bahwa mereka berselingkuh."Ini dia buktinya!" seru Sella dengan penuh semangat, memamerkan foto-foto itu kepada orang-orang di sekelilingnya. "Wanita ini munafik! Sudah punya suami, tapi malah berselingkuh. Dasar murahan!"Kerumunan mulai bergemuruh, desas-desus dan tatapan merendahkan mengarah kepada Zea. Namun, sebelum tudingan Sella semakin menggila, tiba-tiba Pak Mansyur, ayah Zea, muncul dari kerumunan. Dengan wajah penuh kemarahan, dia berdiri di depan Zea u

  • Suami Yang Diremehkan, Ternyata Pria Mapan    Ancaman Gior

    Setelah suasana mulai mencair, Pak Wicaksono keluar dari ruangan Gior dengan ekspresi yang sulit ditebak. Di luar, tampak Aleta, salah satu karyawan, berdiri menunggu dengan gelisah. Desas-desus tentang hubungan terlarang antara Zea dan Gior telah beredar dengan cepat, dan Aleta, yang sudah lama mencurigai sesuatu, tak sabar ingin tahu kebenarannya.Begitu Zea keluar dari ruangan, Aleta segera menghampirinya. "Zea, jadi benar kamu dan Pak Gior selingkuh? Ih, gila kamu! Sudah punya suami, masih saja menggoda bos kamu. Dasar murahan!" tuding Aleta dengan nada penuh kebencian.Zea menghentikan langkahnya, lalu menatap Aleta tajam. "Stop mengatakan aku murahan," balas Zea dengan tenang tapi tegas. "Jaga bicara kamu, atau aku akan meminta Pak Gior memecat kamu. Sama seperti aku meminta Pak Gior memutuskan kontrak dengan Pak Abdullah." Sebuah senyum kecil terlihat di bibir Zea, penuh kepastian.Aleta terkejut dengan respons Zea. Dia tak menyangka bahwa Zea, yang biasanya tampak pendiam dan

  • Suami Yang Diremehkan, Ternyata Pria Mapan    Sidang

    Pak Wicaksono merasa kecewa bukan karena cucunya, Gior, sudah menikah, melainkan karena Gior tidak terbuka sejak awal. Dengan nada marah tapi tegas, Pak Wicaksono menegur Gior atas kerahasiaannya."Aku hanya takut kakek tidak merestui," ujar Gior, dengan nada rendah.Pak Wicaksono menggeleng pelan, merasa kesal dengan alasan cucunya. "Kamu ini benar-benar membuat onar, Gior. Bereskan kabar miring yang sudah tersebar di luar. Kalau kamu masih ingin mempertahankan pernikahanmu, selesaikan semuanya. Jangan lari dari tanggung jawab."Gior mengangkat dagu dengan tegas, menunjukkan bahwa dia tidak akan membiarkan Zea disalahkan. Pak Wicaksono, kakeknya, menatap Zea dengan tatapan penuh pertanyaan. Dia merasa heran dengan menantunya yang memilih bekerja di perusahaan suaminya, padahal dengan statusnya sebagai istri cucunya yang kaya raya, seharusnya Zea bisa menikmati hidup dengan lebih santai tanpa perlu terlibat dalam urusan bisnis keluarga."Katakan, permainan apa yang sedang kalian maink

  • Suami Yang Diremehkan, Ternyata Pria Mapan    Kegilaan Gior

    Situasi itu tak di sangka membuat Gior dan Zea tertangkap basah. Apalagi ada info yang menyudutkan mereka. Kedatangan sang kakek pun tak lepas membahas masalah itu. Mereka berdua benar-benar tidak menyangka jika ternyata apa yang keduanya lakukan justru kini menjadi bumerang besar. Ia tidak tahu jika Aleta melihat hal tersebut bahkan bukan hanya aletta yang melihat tetapi kakek dari Gio juga melihat apa yang mereka berdua lakukan. Ya sudah benar-benar merasa bingung dirinya tidak bisa memikirkan alasan yang tepat apalagi orang-orang di kantor ini mengetahui jika dirinya sudah menikah dengan lelaki bertompel. Semua orang tidak mengetahui jika lelaki bertompel itu adalah Gio. Masa iya dirinya dikira selingkuh dengan suaminya sendiri? "Kalian berdua, saya tunggu di dalam!" titah sang kakek. Zea dan juga Gio hanya saling memandang, keduanya tidak banyak bicara daripada berdebat di hadapan semua orang lebih baik menurut. Gio benar-benar tidak menyangka jika hari ini akan tiba. Mere

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status