공유

Bab 7

작가: Siti_Rohmah21
last update 최신 업데이트: 2023-01-24 22:43:52

Pakaian bayi? Tas ini berisikan pakaian bayi dan perlengkapannya? Aku menelan salivaku, sambil mengurutkan dada aku menghela napas dalam-dalam. Untuk apa pakaian bayi ini? Siapa yang akan melahirkan? Apakah itu Amara? Sahabatku yang sering bermalam di sini?

Aku jatuh terduduk, tak kuat menahan ini semua. Sungguh benar-benar keterlaluan jika itu benar-benar terjadi. Pantas saja ada pintu di kamar yang menembus kamar ini. Jangan-jangan ayah dari si jabang bayi itu adalah Mas Sandi.

Tiba-tiba suara ponsel berdering, dari Alfa yang menghubungiku. Pasti ia ingin becanda melalui telepon. Enggan rasanya angkat telepon, tapi ia adalah teman baikku yang tulus.

"Halo, Ca. Elu di mana?"

"Di rumah."

"Eh, si Amara mau lahiran, masa yang nemenin suami lo, Sandi."

Dadaku sesak, ternyata tas yang berisikan baju bayi itu adalah benar milik Amara. Aku menghela napas, berusaha kuat dalam menghadapi ini semua. 'Please Caca, jangan nangis, jangan cengeng, Ca,' gumamku dalam hati sambil mengurutkan dada ini.

"Lo bisa jemput gue?" tanyaku.

"Bisa, kebetulan gue lagi di rumah nyokap deket dari rumah lo," sahutnya. Kemudian telepon pun terputus.

Tiba-tiba mama menggedor pintu kamar, mungkin karena Rosa yang memintanya.

"Ca, kamu di dalam? Rosa nungguin, buru-buru katanya, suaminya sudah mau berangkat lagi," ucap mama dari balik pintu. Aku pun menghela napas kembali, kemudian menutup tas yang tadi kubuka dengan sengaja.

Lalu aku ke luar sambil menyerahkan tas itu pada Rosa.

"Ini tas nya," ujarku sambil menyerahkannya pada Rosa. Mataku tak memandang wajah Rosa, sebab enggan sekali melihat pengkhianat sepertinya.

Meskipun aku belum tahu persis, tapi dari keterangan Alfa tadi, itu sudah lebih dari cukup untuk meyakinkan hati ini. Terlebih lagi, tentang pintu yang dibuat sengaja bisa menerobos pintu kamar. Aku rasa itu sudah lebih dari cukup untuk meyakinkan bahwa mereka itu ada main di belakangku.

"Makasih ya, Mbak. Aku pamit dulu, Mas Gilang udah di depan," ujarnya tanpa memikirkan perasaanku.

"Tunggu!" teriakku mencegah ia melangkah. Rosa yang sedang tergesa-gesa pun berhenti.

"Ada apa, Mbak?" tanya Rosa.

"Kalau boleh tahu, isi tas itu apa?" tanyaku hanya sekadar mengetes kejujuran Rosa.

"A-anu, Mbak ...." ucap Rosa terbata-bata.

"Itu baju-baju yang akan dibawa ke luar kota, Mbak," sambung Gilang yang baru saja turun dari mobilnya.

"Iya, Mas Sandi katanya mau tugas ke luar kota," susul Rosa. Baiklah, mereka bohong, itu artinya ada yang mereka sembunyikan. Aku takkan tinggal diam jika posisinya seperti ini. Rasanya muak sekali dijadikan layaknya orang bodoh.

"Oh begitu, kamu ikut, Rosa?" tanyaku dengan nada datar. Mata Rosa pun mendelik, sebentar-sebentar menyorot ke arah Gilang, ia tak berani menatap wajahku.

"Kenapa nggak jawab?" tanyaku.

"Iya, Mbak. Kami berdua ikut, karena ini urusan kantor, aku nggak bisa ninggalin Rosa sendiri di rumah," pungkas Gilang.

"Ya sudah, kalau gitu nanti Mas Sandi suruh hubungi saya, ya!" pesanku sambil mengepalkan tangan.

Kemudian mereka pun pergi, entahlah mereka mau ke mana, yang jelas, aku sudah siap mengikuti langkah mereka.

Ada Alfa yang sudah bersiap nunggu di depan rumahku.

"Mau ke mana kita? Ke gunung? Ikuti peta ikuti peta," canda Alfa. Ia berusaha menghiburku yang sedang lara.

"Sudahlah, nggak usah ngeledek, kita ikuti mobil itu, ya," pintaku, Alfa pun mengikuti mobil Gilang dan Rosa.

Mereka pikir aku bodoh, melihat dan menyaksikan kebohongan mereka, lalu aku diam saja, mungkin dipikirnya seperti itu.

"Elu marah ya, Ca?" tanya Alfa sambil nyetir.

"Nggak, mana mungkin gue marah sama lo, gue marah sama Amara, kalau terbukti dia ada main dengan laki gue!" cetusku membuat Alfa terdiam.

"Semoga nggak, ya, Ca. Gue ngeri, kasihan juga sama anak-anak lo nanti, maaf ya, meskipun gue demen sama lo, tapi gue nggak mau elu cerai ma suami lo, apalagi gara-gara Amara," terang Alfa membuatku agak sedikit malas bicara.

"Alfa, bisa diam nggak? Gue tuh lagi puyeng, kenapa sih musti bilang demen segala!" tekanku. Alfa pun terdiam, sejak dulu ia memang menyukaiku, tapi kami sudah sahabatan lama sekali bertiga, rasanya tidak mungkin mengakhiri di pelaminan.

Mobil Gilang sudah terparkir di Rumah Sakit Maya Bhakti. Aku pun menunggu mereka masuk, barulah setelah itu aku dan Alfa masuk untuk menonton dua orang insan yang sedang berjuang melihat anaknya ke dunia. Ya, aku sekarang yakin, bahwa Amara pasti hamil anaknya Mas Sandi. Kita lihat, apa yang akan terjadi di sana!

Bersambung

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
댓글 (3)
goodnovel comment avatar
Atika Kurani
wah payah kamu ca
goodnovel comment avatar
Dewi Rb
lambat sekali otakmu ca???? diselingkuhi suami dan mesum dlm rmh sendiri pun tak tahu... ah bego!
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
pantas qja diselingkuhi krn kamu dungu dan g berguna punya otak
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Bab 39

    Tidak heran jika Vira harus diperiksa kondisi jiwanya. Sebab apa yang hampir dia lakukan memang sudah pasti karena frustasi dengan apa yang terjadi.Sepele memang, mendua saat sudah menjalin ikatan pernikahan. Namun, dampaknya untuk orang yang sangat mempercayai pasangan sepenuhnya itu akan ke jiwa."Anakku nggak gila," ucap Caca untuk kesekian kalinya."Ma, jangan gitu, sabar ya, Mbak Vira hanya diperiksa dulu," tutur Yura untuk sekadar menenangkan.Caca menggelengkan kepalanya. Kemudian dia mundur dan menemui Syam yang tengah bicara dengan Alfa."Syam! Kamu harus bertanggung jawab!" bentak Caca. "Ma, aku pasti akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi dengan Vira," timpal Syam. Lelaki yang sangat mencintai Vira pun menyadari kesalahannya. Tiba-tiba dia teringat dengan kejadian itu. Dimana Syam secara tidak sadar menggauli seorang wanita magang di rumah sakit saat jaga malam.Kala itu, Syam tengah bertugas, wanita yang magang satu bulan di rumah sakit memberikan secangkir teh han

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Season 2 Bab 38

    "Ada apa, Syam?" Berkali-kali Alfa menegur menantunya itu, tapi Syam masih saja mematung dan tak melanjutkan ucapannya.Akhirnya, Caca tidak sabaran, dia menghampiri Syam yang masih saja diam.Plak!Tanpa basa-basi Caca bersikap tegas. Ini bukan ikut campur urusan rumah tangga anaknya, tapi sikap Caca hanya ingin menegaskan."Saya katakan pada kamu, ya, Syam. Jika kamu berbuat salah, maka tanggung jawab, jangan malah diam!" caci sang mama pada menantunya.Syam berlutut di kaki Caca. Dia menundukkan kepalanya. Nyaris hal ini membuat satpam yang tengah berkeliling pun melerai mereka."Tolong jangan buat keributan, di sini rumah sakit, bukan untuk meributkan sesuatu," ucap satpam sambil menunjuk dengan satu jari.Napas Caca semakin memburu, dia benar-benar tidak sabaran dengan sikap menantunya itu."Syam, kamu dokter tegas dikit!" sentak Caca.Akhirnya Syam angkat bicara, dia memulai dengan kata maaf pada Caca dan Alfa."Ma, Pa, maaf telah menyakiti hati Vira, Syam telah menghamili anak

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Bab 37

    "Vira tadi mencoba bunuh diri, Mah." Caca kaget ketika Syam mengatakan hal itu padanya."Bunuh diri? Ada apa ini, Syam?" cecar Caca."Mah, ceritanya nanti aja, sekarang susul kami di rumah sakit tempat aku praktek ya," jawab Syam yang berprofesi sebagai dokter.Kemudian Caca pamit pada Yura, dia mengatakan satu hal pada anaknya tentang Vira. Caca sendiri nyaris tak percaya dengan apa yang dilakukan Vira tadi."Mah, aku ikut ya," bujuk Yura.Awalnya Caca tidak mengizinkan, tapi Alfa yang akhirnya membolehkan Yura untuk ikut.Mereka segera ke rumah sakit menemui Vira dan Syam, bahkan Caca menyuruh Alfa untuk mempercepat laju mobil.Sepanjang jalan Caca berprasangka buruk pada Syam, sebab Vira tidak mungkin seperti itu jika tidak ada satu masalah."Pasti mereka lagi ribut, terus Vira benar-benar buntu otaknya," ucap Caca. Bahkan dia menggigit jarinya ketika ngobrol dengan Alfa di dalam mobil."Sudahlah kita positif thinking aja, mungkin Vira lagi banyak pikiran," timpal Alfa mencoba menen

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Bab 36

    Ketika Caca bicara seperti itu, Yura pun langsung berdiri. Dia menarik pergelangan tangan sang mama lalu sebelah kanannya mencekal paksa sang ayah. Caca dan Alfa diajak pulang oleh Yura."Yura, kita belum selesai bicara," ucap Jimmy."Kamu bicara aja dengan papaku, kalian itu sama, tidak ada yang beda dengan kalian!" sungut Yura.Dia langsung mengembalikan badan dan menarik kedua orang tuanya itu keluar. Mereka langsung pergi dari rumah Sandi dan Amara."Yura! Kamu jangan seperti itu, papa akan kehilangan pekerjaan kalau kamu membatalkan pernikahan!" Sandi berteriak seperti itu pada Yura. Hal itulah yang membuat anak kedua dari pernikahan Sandi dan Caca itu menghentikan langkahnya. Dia menatap sang papa dengan memicingkan matanya. Langkah Yura sangat berat tapi tetap memaksa diri untuk menghampiri sang papa."Bagaimana bisa seorang papa, lebih mementingkan pekerjaan ketimbang hati anaknya? Inikah pantas disebut papa? Aku rasa enggak, ternyata apa yang dilakukan Mama itu sudah sangat b

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Bab 35

    "Bicarakan di rumah, jangan di jalan seperti ini," ucap Alfa menasihati calon menantunya.Akhirnya mereka kembali ke rumah Sandi. Jimmy menyusul di belakangnya dengan mobil sedan berwarna hitam. Jimmy memicingkan mata sambil tersenyum. Dia mengetuk-ngetuk jarinya di gagang setir. "Kenapa juga gue bisa ketahuan sama Yura. Kalau Papi tahu, kena omel dah gue, secara dia pilihan Papi," gerutu Jimmy sambil menuju rumah Sandi. "Anggi juga kenapa nggak mau putus sih? Malah godain gue terus, nggak kuat kan iman gue ini, apalagi si Bejo, alat perang, nggak bisa diajak kompromi kalau lihat yang seksi," tambah Jimmy lagi.Setibanya di rumah Sandi, mereka langsung masuk. Begitu juga dengan Jimmy, dia mengantongi kunci mobil lalu mengekor di belakang Yura dan Alfa. Mereka sudah saling kenal, jadi sudah tahu silsilah keluarga. Sandi terkejut tiba-tiba ada Jimmy di belakang Alfa dan Yura. Namun, mereka tetap menjaga sikap, Jimmy dipersilakan duduk dan ikut bicara di tengah-tengah perselisihan kelua

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Bab 34

    Sepanjang jalan Yura menangis sambil menggendong tasnya. Dia kesal pada takdir dan keluarganya sendiri."Kenapa cuma Ayah yang baik padaku? Padahal dia orang lain, tidak ada darah yang mengalir di tubuh Ayah," ucap Yura bermonolog sambil melambaikan tangannya untuk memanggil tukang ojek yang kebetulan ada di pangkalan.Biasanya anak memang mengingat seseorang yang merangkulnya saat saat sedang terpuruk. Tadi Alfa yang selalu mencegah Sandi berbuat macam-macam pada Yura. Jadi dia teringat terus, apalagi ketika Sandi hendak menampar Yura dengan telapak tangan sudah mengambang di depan wajah putrinya itu. Tentu kejadian itu akan diingat Yura dan terngiang-ngiang selalu di kepalanya.Ponsel Yura terus berdering, panggilan masuk dari Caca tak berhenti sejak ia meninggalkan rumah. Yura menoleh ke belakang, ada Alfa yang tengah mengejar ojek yang ditumpangi oleh Yura."Yura! Berhenti, Nak!" Alfa berteriak.Yura menoleh dengan mata berembun. "Ayah yang mengejarku. Papa ke mana?" Yura bicara s

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status