Share

Bab 6

Author: Siti_Rohmah21
last update Last Updated: 2023-01-24 22:43:04

"Ini apa ya, Mah? Kok kayak pintu gitu," tanyaku. Mama yang mendengar pertanyaanku tertawa renyah.

"Kamu itu dari dulu aneh, lucunya nggak ilang-ilang, ini rumahmu, Nak. Kenapa tanya ke mama?" ungkap mama membuatku merasa malu.

Tiba-tiba suara klakson mobil terdengar mengejutkan kami berdua. Sepertinya itu Mas Sandi, baru jam berapa ini? Kenapa ia sudah pulang?

"Sebentar, Mah. Sepertinya Mas Sandi pulang," ucapku sambil bangkit. Kemudian aku berjalan menuju parkiran rumah.

Mas Sandi tampak keluar dari mobil, lalu turun dengan membawa berkas yang sepertinya penting.

"Mas, kamu buru-buru sekali, ada apa?" tanyaku sambil mengernyitkan dahi. Mas Sandi tampak mendekap kertas yang tadi ia pegang, tapi ketika melihatku ia sontak mendekap kertas tersebut.

"A-aku ada urusan mendadak, ini ada yang ketinggalan juga berkas salinan yang kupegang," ujarnya dengan nada gemetar.

Kemudian, ia setengah berlari ke dalam dan mengambil sesuatu, entah apa yang ia ambil, aku pun tak mengetahuinya. Selepas itu, ia pun bergegas kembali ke mobilnya.

"Mas balik ke kantor, ya Sayang," ucapnya sambil mengecup keningku.

Aku terperangah melihat Mas Sandi yang begitu tergesa-gesa dengan langkahnya. Kemudian, aku kembali ke kamar untuk membantu mama merapikan kamar yang akan ia pakai untuk bermalam.

"Mama!" teriak kedua anakku.

"Iya, Sayang, kalian mau main dengan nenek ya?" tanyaku. Mereka pun mengangguk.

"Iya, Mah. Kami mau main dengan nenek," ucap Vira.

Aku pun mengantarkan mereka dengan neneknya. Sambil melanjutkan membongkar papan yang berada di belakang vas bunga.

"Mbok, bantu saya ya, ke kamar tamu!" perintahku.

"Baik, Bu."

Mamaku bermain dengan Vira dan Yura, sedangkan aku dan Mbok, melanjutkan pergeseran vas bunga tadi.

"Ayo Mbok, geser atau angkat vas bunga ini!" pintaku sambil menunjukkan ke arah vas bunga yang ukurannya kisaran 1 meter.

"Ayo, Bu!"

Setelah tergeser, kami membuka papan tersebut. Sebuah pintu kecil yang bisa dimasukkan orang. Aku coba masuk melalui celah pintu tersebut, kemudian menerobos, ternyata itu pintu jalan untuk keluar yang langsung menembus ke kamarku. Astaga, kok bisa aku nggak tahu.

"Mbok, saya coba mau keluar lewat sini, tolong tutup kembali!" perintahku sambil melangkah keluar dan menembusnya. Ada sebuah pintu juga di kamarku. Ya, aku ingat, pintu ini awalnya memang dibuat untuk mempermudah jika anak-anak nangis, sebab kamar tamu ini awalnya kamar anak-anak. Aku mengurutkan dada supaya sedikit tenang.

Kemudian, aku duduk di ranjang kamarku. Menghela napas dan berpikir jernih, itulah menjadi caraku untuk mencari tahu sebenarnya apa yang telah terjadi.

Tiba-tiba suara pintu terdengar, ada tamu yang datang lagi. Aku segera membukakan pintunya.

"Rosa!" Aku agak sedikit terkejut melihat Rosa yang datang sendirian.

"Mbak, maaf, tadi saya disuruh oleh Mas Sandi untuk ambil sesuatu di kamarnya," celetuk Rosa membuatku terkejut. Kenapa harus Rosa? Bukankah bisa minta tolong aku. Alisku sedikit terangkat, heran dengan ucapan Rosa barusan.

"Mau ambil apa ya? Tadi Mas Sandi pulang dengan tergesa-gesa, kenapa sekarang gantian kamu?" Mata Rosa agak membulat, sepertinya ia sedang kebingungan dengan apa yang ia dengar barusan.

"Aku cuma mau ambil tas, Mbak. Ini juga disuruh oleh Mas Sandi, sepertinya penting."

"Tas apa, biar aku yang ambil. Ini rumahku, jangan macam-macam," cetusku.

"Iya, Mbak, kata Mas Sandi tas yang ada di lemari kecil paling bawah," sahut Rosa.

Aku bergegas untuk mengambil tas tersebut, tanpa banyak bicara aku buka lemari kecil yang ternyata berisikan tas ransel warna merah. Ini isinya apa? Sepertinya baju. Aku membatin sendiri sambil mengukur berat tas tersebut.

Sebaiknya aku buka dulu, biar tahu isinya apa, sekadar mengintip agar hilang rasa penasaran.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Bab 39

    Tidak heran jika Vira harus diperiksa kondisi jiwanya. Sebab apa yang hampir dia lakukan memang sudah pasti karena frustasi dengan apa yang terjadi.Sepele memang, mendua saat sudah menjalin ikatan pernikahan. Namun, dampaknya untuk orang yang sangat mempercayai pasangan sepenuhnya itu akan ke jiwa."Anakku nggak gila," ucap Caca untuk kesekian kalinya."Ma, jangan gitu, sabar ya, Mbak Vira hanya diperiksa dulu," tutur Yura untuk sekadar menenangkan.Caca menggelengkan kepalanya. Kemudian dia mundur dan menemui Syam yang tengah bicara dengan Alfa."Syam! Kamu harus bertanggung jawab!" bentak Caca. "Ma, aku pasti akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi dengan Vira," timpal Syam. Lelaki yang sangat mencintai Vira pun menyadari kesalahannya. Tiba-tiba dia teringat dengan kejadian itu. Dimana Syam secara tidak sadar menggauli seorang wanita magang di rumah sakit saat jaga malam.Kala itu, Syam tengah bertugas, wanita yang magang satu bulan di rumah sakit memberikan secangkir teh han

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Season 2 Bab 38

    "Ada apa, Syam?" Berkali-kali Alfa menegur menantunya itu, tapi Syam masih saja mematung dan tak melanjutkan ucapannya.Akhirnya, Caca tidak sabaran, dia menghampiri Syam yang masih saja diam.Plak!Tanpa basa-basi Caca bersikap tegas. Ini bukan ikut campur urusan rumah tangga anaknya, tapi sikap Caca hanya ingin menegaskan."Saya katakan pada kamu, ya, Syam. Jika kamu berbuat salah, maka tanggung jawab, jangan malah diam!" caci sang mama pada menantunya.Syam berlutut di kaki Caca. Dia menundukkan kepalanya. Nyaris hal ini membuat satpam yang tengah berkeliling pun melerai mereka."Tolong jangan buat keributan, di sini rumah sakit, bukan untuk meributkan sesuatu," ucap satpam sambil menunjuk dengan satu jari.Napas Caca semakin memburu, dia benar-benar tidak sabaran dengan sikap menantunya itu."Syam, kamu dokter tegas dikit!" sentak Caca.Akhirnya Syam angkat bicara, dia memulai dengan kata maaf pada Caca dan Alfa."Ma, Pa, maaf telah menyakiti hati Vira, Syam telah menghamili anak

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Bab 37

    "Vira tadi mencoba bunuh diri, Mah." Caca kaget ketika Syam mengatakan hal itu padanya."Bunuh diri? Ada apa ini, Syam?" cecar Caca."Mah, ceritanya nanti aja, sekarang susul kami di rumah sakit tempat aku praktek ya," jawab Syam yang berprofesi sebagai dokter.Kemudian Caca pamit pada Yura, dia mengatakan satu hal pada anaknya tentang Vira. Caca sendiri nyaris tak percaya dengan apa yang dilakukan Vira tadi."Mah, aku ikut ya," bujuk Yura.Awalnya Caca tidak mengizinkan, tapi Alfa yang akhirnya membolehkan Yura untuk ikut.Mereka segera ke rumah sakit menemui Vira dan Syam, bahkan Caca menyuruh Alfa untuk mempercepat laju mobil.Sepanjang jalan Caca berprasangka buruk pada Syam, sebab Vira tidak mungkin seperti itu jika tidak ada satu masalah."Pasti mereka lagi ribut, terus Vira benar-benar buntu otaknya," ucap Caca. Bahkan dia menggigit jarinya ketika ngobrol dengan Alfa di dalam mobil."Sudahlah kita positif thinking aja, mungkin Vira lagi banyak pikiran," timpal Alfa mencoba menen

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Bab 36

    Ketika Caca bicara seperti itu, Yura pun langsung berdiri. Dia menarik pergelangan tangan sang mama lalu sebelah kanannya mencekal paksa sang ayah. Caca dan Alfa diajak pulang oleh Yura."Yura, kita belum selesai bicara," ucap Jimmy."Kamu bicara aja dengan papaku, kalian itu sama, tidak ada yang beda dengan kalian!" sungut Yura.Dia langsung mengembalikan badan dan menarik kedua orang tuanya itu keluar. Mereka langsung pergi dari rumah Sandi dan Amara."Yura! Kamu jangan seperti itu, papa akan kehilangan pekerjaan kalau kamu membatalkan pernikahan!" Sandi berteriak seperti itu pada Yura. Hal itulah yang membuat anak kedua dari pernikahan Sandi dan Caca itu menghentikan langkahnya. Dia menatap sang papa dengan memicingkan matanya. Langkah Yura sangat berat tapi tetap memaksa diri untuk menghampiri sang papa."Bagaimana bisa seorang papa, lebih mementingkan pekerjaan ketimbang hati anaknya? Inikah pantas disebut papa? Aku rasa enggak, ternyata apa yang dilakukan Mama itu sudah sangat b

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Bab 35

    "Bicarakan di rumah, jangan di jalan seperti ini," ucap Alfa menasihati calon menantunya.Akhirnya mereka kembali ke rumah Sandi. Jimmy menyusul di belakangnya dengan mobil sedan berwarna hitam. Jimmy memicingkan mata sambil tersenyum. Dia mengetuk-ngetuk jarinya di gagang setir. "Kenapa juga gue bisa ketahuan sama Yura. Kalau Papi tahu, kena omel dah gue, secara dia pilihan Papi," gerutu Jimmy sambil menuju rumah Sandi. "Anggi juga kenapa nggak mau putus sih? Malah godain gue terus, nggak kuat kan iman gue ini, apalagi si Bejo, alat perang, nggak bisa diajak kompromi kalau lihat yang seksi," tambah Jimmy lagi.Setibanya di rumah Sandi, mereka langsung masuk. Begitu juga dengan Jimmy, dia mengantongi kunci mobil lalu mengekor di belakang Yura dan Alfa. Mereka sudah saling kenal, jadi sudah tahu silsilah keluarga. Sandi terkejut tiba-tiba ada Jimmy di belakang Alfa dan Yura. Namun, mereka tetap menjaga sikap, Jimmy dipersilakan duduk dan ikut bicara di tengah-tengah perselisihan kelua

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Bab 34

    Sepanjang jalan Yura menangis sambil menggendong tasnya. Dia kesal pada takdir dan keluarganya sendiri."Kenapa cuma Ayah yang baik padaku? Padahal dia orang lain, tidak ada darah yang mengalir di tubuh Ayah," ucap Yura bermonolog sambil melambaikan tangannya untuk memanggil tukang ojek yang kebetulan ada di pangkalan.Biasanya anak memang mengingat seseorang yang merangkulnya saat saat sedang terpuruk. Tadi Alfa yang selalu mencegah Sandi berbuat macam-macam pada Yura. Jadi dia teringat terus, apalagi ketika Sandi hendak menampar Yura dengan telapak tangan sudah mengambang di depan wajah putrinya itu. Tentu kejadian itu akan diingat Yura dan terngiang-ngiang selalu di kepalanya.Ponsel Yura terus berdering, panggilan masuk dari Caca tak berhenti sejak ia meninggalkan rumah. Yura menoleh ke belakang, ada Alfa yang tengah mengejar ojek yang ditumpangi oleh Yura."Yura! Berhenti, Nak!" Alfa berteriak.Yura menoleh dengan mata berembun. "Ayah yang mengejarku. Papa ke mana?" Yura bicara s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status