/ Zaman Kuno / Suami untuk Sang Putri / 20. Keromantisan Semu

공유

20. Keromantisan Semu

last update 최신 업데이트: 2025-09-14 05:56:12

Dalam situasi ini Ketua Qing merasa khawatir, takut kalau-kalau gadis ini tak berkenan dengan buah kelapa yang disajikannya.

"Nona, sementara ini kita terpaksa hanya bisa mengisi perut kita dengan buah ini. Mungkin Nona kurang berkenan atau tidak menyukainya. Tapi bagaimanapun juga, kita butuh tenaga untuk melanjutkan perjalanan kita nantinya." Ketua Qing melanjutkan ucapannya dengan suara lembut. "Kita tidak mungkin terus berada di sini karena tempat ini tidak terlalu nyaman bagi tuan putri seperti Nona."

Putri Chu Rong Xi diam bukan karena tak mau dengan tawaran Ketua Qing, melainkan dia merasa sungkan jika harus menyantap buah kelapa ini di hadapan seorang pria.

"Sekarang Nona cobalah!" Ketua Qing meletakkan buah kelapa itu di atas lempengan batu. "Airnya manis dan segar. Di tanah selatan, buah ini menjadi penawar dahaga para pengembara. Bahkan dagingnya menguatkan tubuh, menyejukkan darah panas, dan meringankan luka dalam. Percayalah, ini adalah anugerah alam yang luar biasa b
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터

최신 챕터

  • Suami untuk Sang Putri   31. Kebanggaan atau Ancaman

    Kaisar menghela napas panjang. "Tepatnya mantan musuh. Itu karena mereka cukup tahu diri dengan kekuatan angkatan tempur mereka yang jelas tidak akan bisa menandingi kehebatan angkatan tempur negara kita ini yang membuat mereka menyatakan kekalahan dan bersedia menjadi sekutu negara kita ini."Kaisar melirik bangga ke arah putranya, Jenderal Chu Ruan yang masih berdiri berdampingan dengan putra mahkota. Pemuda itu bahkan tak begitu memerhatikan jikalau sang ayah sedang melihat ke arahnya."Meski demikian, kita tetap harus berhati-hati dan mewaspadai suku yang satu ini," ujar Kaisar setelah kembali memandang ke arah barisan para pejabat negara.Di aula ini, hampir semua orang mengetahui kalau Suku Shamo terkenal sangat ganas dalam bertarung. Rata-rata pria di sana bertubuh besar, kekar dan tinggi mereka melebihi dua zhang atau dua meter dengan otot keras dan darah yang panas. Pakaian adatnya kebanyakan dari kulit macan dan beruang, sabuk berhias gigi-gigi musuh istimewa yang berhasil m

  • Suami untuk Sang Putri   30. Datang Masalah Besar

    Semua orang lantas berseru, "Siap, Yang Mulia!"Kaisar melanjutkan berkata, "Seperti yang kita semua ketahui jikalau putriku telah dewasa dan sudah saatnya bagi dia untuk memiliki seorang pendamping.""Namun selama beberapa tahun ini, dia selalu menolak secara halus lamaran demi lamaran yang datang dengan berbagai macam alasan." Kaisar Chu memandang semua orang yang sabar mendengarkan."Sebagai seorang ayah, tentu saja aku menginginkan putriku hidup bahagia bersama pria pilihannya. Maka dari itu memberinya kebebasan padanya dalam memilih calon suami, tetapi tetap saja putriku masih tidak mau menjatuhkan pilihannya." Nada ucapan kaisar kali ini terdengar seperti sebuah keluhan. "Jujur saja, aku merasa khawatir dan hatiku menjadi sangat terbeban dengan sikapnya itu." Menteri Wang mengangkat papan hubannya. "Ampun, Yang Mulia. Menurut hamba, bisa jadi tuan putri sudah memiliki seseorang di hatinya. Mungkin Yang Mulia perlu menanyakannya secara langsung kepada tuan putri untuk masalah i

  • Suami untuk Sang Putri   29. Pertemuan Mendadak di Aula Naga

    Di tempat lain. Pagi itu, Aula Naga berdiri dalam kemegahan yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Sinar mentari menembus celah-celah jendela tinggi yang berbingkai kayu ukiran naga dan phoenix, memantulkan cahaya keemasan pada pilar-pilar raksasa berlapis marmer. Asap dupa dari tungku perunggu mengalun perlahan, menebarkan wangi cendana yang khidmat, seolah menyelimuti seluruh ruangan dalam suasana sakral. Lantai marmer abu-abu berkilau seperti permukaan danau musim semi, memantulkan bayangan para pejabat yang berjalan masuk dengan langkah penuh tata krama. Di ujung aula, sebuah panggung kehormatan menjulang, menaikkan singgasana naga dari kayu serat emas berlapis emas murni. Di belakangnya, pahatan naga raksasa seolah hidup, matanya berkilau keemasan, cakar dan sisiknya menggambarkan kekuatan yang tak tertandingi. Patung itu bukan sekadar hiasan, melainkan lambang nyata supremasi Kekaisaran Da Chu, tanda bahwa naga agung menaungi Negeri Da Chu. Di bawah tangga singgasana, p

  • Suami untuk Sang Putri   28. Nestapa Sang Putri

    Putri Chu Rong Xi merasa heran dengan sikap Qing Yuan yang penuh teka-teki. Akan tetapi, seandainya suatu hari nanti ia bisa bertemu lagi dengannya, maka dirinya pasti akan membalas semua kebaikan yang pernah dilakukan pemuda itu. Bagaimana mungkin dia bisa berutang budi pada seseorang yang begitu baik padanya?Bahkan jika seandainya takdir menyatukan mereka dalam sebuah ikatan suci, maka Putri Chu Rong Xi dengan rela hati menerimanya. "Ini bukan soal rupa dan status, melainkan tentang perasaan nyaman dan bahagia saat bersamanya. Meskipun mungkin saja wajahnya tidak tampan, itu tak menjadi masalah bagiku," bisik Putri Chu Rong Xi sambil tersenyum, membayangkan seperti apa rupa wajah Qing Yuan."Matanya itu ....""Matanya terlalu cantik untuk ukuran mata seorang pria.""Dan suaranya juga lumayan bagus." Putri Chu Rong Xi tentu saja mengetahui perbedaan suara Qing Yuan saat mengenakan topeng dan tidak. Dia pernah mendengar keduanya. Jelasnya, mata dan suara itu akan dia ingat sepanj

  • Suami untuk Sang Putri   27. Tuan Putri Marah!

    Dalam keheningan Paviliun Bulan Merah, ia tenggelam dalam lamunan, merasa lucu dengan sebutan manis untuk suatu pasangan kekasih. Senyum tipis menghiasi bibir merah muda Putri Chu Rong Xi, bagaikan bunga plum yang merekah di musim semi. Namun sesaat kemudian, semburat malu mewarnai pipinya yang putih bagai giok salju. Betapa bodohnya ia yang terjatuh terlampau dalam pada pria misterius itu, sosok yang bagaikan embun pagi, hadir sebentar lalu menghilang tanpa jejak."Sungguh konyol," bisiknya pada diri sendiri. "Mengapa hatiku begitu mudah terpaut pada lelaki yang bahkan tak kuketahui asal-usulnya itu?"Angin pagi bertiup lembut, menggerakkan tirai sutra yang menggantung di jendela paviliun. Cahaya mentari pagi menyusup masuk, menari-nari di lantai marmer putih yang dingin."Tuan Putri, air mawar hangatnya sudah siap di ruang pemandian. Mari, biar hamba bantu Anda untuk mandi." Suara Ying'er membuat Putri Chu Rong Xi tersentak kaget.Kejutan itu bagaikan petir di siang bolong. Mangkuk

  • Suami untuk Sang Putri   26. Yang?

    Putri Chu Rong Xi melihat ke sekelilingnya dengan pandangan bingung, mengapa tiba-tiba dirinya sudah ada di istana?. Ia menyentuh pipinya dan tidak ada cadar yang menutupi wajahnya. Jika demikian, bukankah artinya dia memang sudah bukan lagi di tengah hutan. Saat memikirkan keberadaan sosok pria yang pernah menolongnya, kepalanya menjadi berdenyut dan sakit. 'Xi'er, apakah kamu sudah gila?' pikirnya. Demi melihat tuan putrinya masih bersikap aneh, Ying'er semakin khawatir. "Tuan Putri, sebenarnya ada apa dengan Anda? Jika Tuan Putri merasa tidak nyaman atau sakit, biar hamba memanggil tabib istana sekarang juga.' "Tidak perlu!" cegah Putri Chu Rong Xi. "Tapi, sepertinya Tuan Putri sedang tidak baik-baik saja," ujar Ying'er. Putri Chu Rong Xi menggeleng. "Tidak apa-apa, Ying'er. Aku hanya merasa sedikit bingung. Aku seperti baru saja mengalami hal yang nyata, tetapi ternyata semua itu hanya mimpi." 'Tidak! Itu bukan mimpi, melainkan kenanganku pada kejadian masa lalu bersama de

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status