LOGINSuamiku, Darius Fontana, punya 99 kekasih. Akulah putri mafia yang diincar para lelaki hingga mereka rela mati. Di hari kami bersama, semua orang di sekitar kami bertaruh. Mereka bilang kami tidak akan bertahan tiga bulan. Namun kemudian, semuanya berubah. Demi aku, Darius menghapus semua kontak di ponselnya, membangun rumah mewah yang dilengkapi kebun mawar, dan berlutut di hadapanku. Lalu di malam pertama kami, dia bilang dia menginginkan pernikahan terbuka. "Tubuh kita boleh bermain-main," katanya. "Tapi kesetiaan kita hanya untuk kita berdua." Aku pun menyetujuinya. Lalu, datanglah kekasihnya yang ke-100, Shanti Rasyid. Shanti mengkhianati keluarga kami dalam perjanjian jual beli senjata. Ayahku hampir terbunuh karenanya. Namun, Darius melindungi wanita itu. Dia bahkan membawa wanita itu untuk tinggal di rumah kami. Jadi, aku melakukan apa yang akan dilakukan seorang putri mafia yang patah hati. Aku mabuk dan terbangun di ranjang pria lain. Aku hanya tidak menyangka kalau pria itu adalah paman Darius.
View MoreTiga hari setelah Konferensi Lima Keluarga, Darius benar-benar kehilangan akal sehatnya.Dia kehilangan keluarga, kekayaan, dan kekuasaannya.Dan yang terpenting, dia telah kehilangan aku.Jaringan Jerome memberi info bahwa Darius mengunci diri di rumah persembunyian yang kumuh, minum-minum sampai mabuk, dan berbicara pada dinding."Ini semua salahnya," ulangnya berkali-kali. "Ini semua salahnya wanita jalang itu."Namun, dia tidak sedang membicarakan aku.Dia sedang membicarakan Shanti.Pada malam keempat, suara tembakan bergema dari dermaga.Jerome dan aku sedang berada di ruang kerja rumah utama, merencanakan restrukturisasi keluarga, ketika Marlon menyerbu masuk."Bos, ada masalah!" serunya terengah-engah. "Ada mayat yang ditemukan di Dermaga 12."Jerome mengerutkan kening. "Mayat siapa itu?""Shanti Rasyid."Diam-diam kami berdua langsung saling mengerti."Ceritakan detailnya," perintah Jerome."Ada tiga tembakan. Dua di dada, satu di kepala," kata Marlon sambil menyeka keringat d
Dua minggu kemudian, Konferensi Lima Keluarga diadakan.Lantai atas hotel termewah di kota itu ditutup untuk umum.Kelima Bos Mafia dari lima keluarga duduk mengelilingi meja oval besar, masing-masing diapit oleh dua pengawal.Darius duduk di ujung meja, seperti raja yang memimpin reruntuhan kerajaannya.Tanpa aset yang sudah kuambil kembali, Keluarga Fontana menghadapi krisis keuangan. Tiga keluarga yang lebih kecil sedang menimbang ulang pihak mana yang akan mereka dukung."Bos-bos sekalian," si tua Bos Bazzo memulai, "hari ini kita membahas masalah kepemimpinan Keluarga Fontana."Wajah Darius menegang. "Masalah apa? Akulah yang berhak ....""Ini bukan soal namamu, Darius," potong Bazzo. "Ini soal penilaianmu."Di seberang meja, para Bos Mafia lainnya tampak muram."Kerugian mencapai 120 miliar dalam dua minggu," kata Bos Kusno. "Tiga pelabuhan utama diawasi oleh FBI, lima anggota inti ditangkap. Darius, kamu berutang penjelasan pada kami.""Itu kesalahan Shanti Rasyid ....""Kesalah
Sebuah panggilan telepon datang pukul empat pagi, membangunkanku dari tidur nyenyak."Ada apa?" tanyaku, berlagak seakan-akan masih linglung."Bu, ada bencana!" seru Marlon, suaranya terdengar panik. "FBI baru saja menggerebek Dermaga 2!"Aku terduduk, berpura-pura terkejut meski tak ada yang bisa melihat reaksiku. "Apa?!""Ombak Poseidon disita, semua kargo disita. Dan tiga anggota kita ditangkap.""Seberapa besar kerugiannya?""Setidaknya 75 miliar. Belum termasuk biaya proses hukum dan jaminan," jawab Marlon dengan suara bergetar. "Bos sudah hampir gila. Dia mau bertemu denganmu.""Aku segera ke sana."Aku menutup telepon. Senyum dingin tersungging di bibirku.Perangkap telah diaktifkan.Ruang rapat di rumah utama kacau balau.Para tetua berkumpul di sekitar meja panjang, ekspresi wajah setiap orang segelap awan badai petir.Darius berdiri di tengah ruangan, wajahnya pucat, matanya merah. Shanti meringkuk di kursi di sudut ruangan, matanya merah dan bengkak karena menangis."Ivania!
Tiga hari kemudian, Darius datang sendiri ke kamarku.Dia mengenakan setelan jas biru tua yang rapi dan senyum ramah yang terasa dibuat-buat.Jelas, dia sudah pulih dari rasa terkejut setelah rapat keluarga itu berakhir dan siap melanjutkan rencananya."Ivania, kita perlu bicara.""Nggak ada yang perlu dibicarakan." Aku terus menata buku-buku di meja samping tempat tidur tanpa menatapnya."Keluarga ini butuh stabilitas," katanya sambil berjalan mondar-mandir. "Para tetua harus melihat bukti bahwa kita bersatu.""Bersatu?" Aku tertawa dingin. "Maksudmu, kamu ingin aku ikut main dalam sandiwaramu?""Maksudku, kamu harus membantu Shanti menyesuaikan diri dengan peran barunya."Akhirnya aku menatapnya. "Peran baru apa?""Mengambil alih aset-asetmu sebelumnya," kata Darius dengan nada serius. "Kasino, operasi pelabuhan, investasi yang legal. Dia butuh bimbingan.""Kamu ingin aku membimbing wanita yang mencoba menggantikanku?""Aku ingin kamu membimbing seorang pemula yang perlu belajar," ka
Setelah rapat keluarga itu, aku "diantar" kembali ke rumah mansion.Dua anak buah Darius berdiri di luar pintuku.Mereka menyebutnya perlindungan. Aku menyebutnya kurungan.Kamar itu masih berantakan.Orang-orang suruhan Emira dan Shanti telah memindahkan sebagian besar barang-barangku, hanya menyisakan yang mereka anggap "tidak penting".Aku duduk di tepi tempat tidur.Lemari tempat kotak musik ibuku dulu berada kini telah menjadi ruang hampa dan kosong.Setelah kotak itu hancur hari itu, aku tak pernah melihat pecahan-pecahannya lagi.Semuanya ... menghilang begitu saja.Aku memejamkan mata rapat-rapat, melawan rasa pedih yang sudah biasa kurasakan.Aku tidak membiarkan air mataku jatuh walau hanya setetes pun.Dalam pikiranku, aku masih bisa mendengar melodi yang menghantuiku.Sebuah lagu yang kukira tak akan pernah kudengar lagi.Ketukan di pintu membuyarkan duka yang sunyi."Masuk."Yang datang bukan penjaga, melainkan Jerome.Dia mengenakan setelan jas hitam dan memegang sebuah k
Suasana di aula menjadi sedingin es.Darius menatapku dan pria yang dia sebut sebagai pamannya dengan tajam."Ivania ...," ujarnya, tersedak saat mengucapkan namaku. "Aku tanya kamu! Kenapa kamu bareng pamanku?!"Dia menerjangku, tetapi pamannya bergerak cepat, menempatkan dirinya di antara aku dan Darius. Bagaikan sebuah dinding yang kokoh dan sunyi."Kamu!" umpat Darius, amarahnya beralih pada pamannya. "Dasar orang buangan. Beraninya kamu sentuh istriku?""Darius," ujar pria itu, suaranya terdengar sangat tenang. "Sadarlah. Kamu sudah cari dia semalaman, 'kan? Aku yang temukan dia.""Kamu yang temukan dia?" ejek Darius, tatapan tajamnya diarahkan padaku. "Di ranjangmu?"Akhirnya aku angkat bicara dengan suara serak. "Terus kamu maunya aku ada di mana, Darius?"Aku balas menatapnya, tatapanku setajam baja. "Di rumah yang dihancurkan ibu wanita simpananmu? Atau berlutut di lantai, memunguti puing-puing kenangan ibuku untuk tamu-tamu kehormatanmu?"Pertanyaanku bagaikan tamparan di waj






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments