Share

Bab 96

Penulis: Sri Pulungan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-03 07:28:49

“Lihat siapa yang berani berkeliaran di mall ini.”

Langkah Nafeeza terhenti. Suara itu… ia kenal. Dingin, meremehkan, dan menyakitkan. Perlahan ia menoleh, dan seperti bayangan masa lalu yang tak diinginkan, Nyonya Yuliana berdiri di sana. Wajah angkuhnya tak berubah, tangan menyilang di dada, dan senyum sinis terlukis di bibirnya. Di sampingnya, seorang wanita glamor, Mira, ikut tersenyum mencibir, seperti tengah menonton pertunjukan yang menghibur.

Rafa yang ada di sampingnya langsung merasakan perubahan ekspresi Nafeeza. Tuan Mahendra dan Nyonya Prameswari yang berada beberapa langkah di belakang hanya memerhatikan tanpa berkata-kata. Sementara Danis, bersembunyi di belakang Rafa, seakan-akan takut pada neneknya itu.

Yuliana menyilangkan tangan di depan dada, menatap Nafeeza dari atas ke bawah seolah sedang menilai barang bekas yang tak laku dijual. “Astaga, kamu masih berani muncul di tempat seperti ini? Mall kelas atas, lho. Apa kamu pikir ini pasar kaget?”

“Mira, kenalkan,”
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 98

    “Khemmm..”Pak Mahendra yang sejak tadi diam, akhirnya berdehem pelan. Suara deheman itu cukup membuat semua orang dalam mobil tersadar, terutama Rafa, yang langsung menegang.Itu bukan deheman biasa. Itu adalah isyarat. Sebuah peringatan yang halus namun tegas.Rafa tahu, ayahnya mengingatkan satu hal penting yang belum ia ungkapkan.Dengan gelisah, Rafa menatap jalan di depannya. Ia menarik napas panjang. Nafeeza memandangnya penuh tanya, lalu seperti mengerti bahwa masih ada yang belum disampaikan.“Feeza…” ucap Rafa perlahan, suaranya agak berat. Ia menggenggam tangan Nafeeza dengan lebih erat. “Ada satu hal lagi yang harus kamu tahu. Tentang rumah yang sekarang kamu dan Danis tempati.”Nafeeza menatapnya, alisnya mengernyit pelan. “Rumah itu? Bukankah itu hadiah dari perusahaan?Rafa menggeleng. Wajahnya tampak menegang, tapi ia tak bisa berbohong lebih lama. Ia tahu, kejujuran adalah satu-satunya jalan sekarang.“Rumah itu bukan dari Avila studio. Itu… dariku,” katanya akhirnya

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 97

    Mobil melaju tenang di bawah langit malam. Lampu-lampu kota menyala di balik kaca jendela, menyinari wajah-wajah yang diam terpaku dalam kabin. Nafeeza duduk di kursi depan, masih menggenggam tangan Danis, sementara Rafa duduk di sampingnya, menyetir. Di belakang Pak Mahendra dan Nyonya Prameswari duduk tenang di kursi penumpang.Namun ketenangan itu tidak berlangsung lama."Aku… boleh bertanya sesuatu?" suara Nafeeza terdengar pelan namun cukup jelas dalam keheningan.Rafa menoleh padanya, sedikit waspada. “Tentu saja. Apa yang ingin kamu tanyakan?”Nafeeza menatap keluar jendela beberapa saat sebelum akhirnya menoleh, matanya menatap Rafa dengan dalam. “Kenapa… kenapa orang tuamu mengaku sebagai keluarga Mahendra? Maksudku… keluarga terkaya di kota ini?”Rafa tak langsung menjawab. Nafeeza melanjutkan, nadanya mulai terdengar ragu dan gemetar.“Selama ini aku berpikir… kalian keluarga sederhana. Bahkan waktu aku pertama kali mengenal mereka, tak ada yang istimewa. Rumahnya sederhana

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 96

    “Lihat siapa yang berani berkeliaran di mall ini.” Langkah Nafeeza terhenti. Suara itu… ia kenal. Dingin, meremehkan, dan menyakitkan. Perlahan ia menoleh, dan seperti bayangan masa lalu yang tak diinginkan, Nyonya Yuliana berdiri di sana. Wajah angkuhnya tak berubah, tangan menyilang di dada, dan senyum sinis terlukis di bibirnya. Di sampingnya, seorang wanita glamor, Mira, ikut tersenyum mencibir, seperti tengah menonton pertunjukan yang menghibur. Rafa yang ada di sampingnya langsung merasakan perubahan ekspresi Nafeeza. Tuan Mahendra dan Nyonya Prameswari yang berada beberapa langkah di belakang hanya memerhatikan tanpa berkata-kata. Sementara Danis, bersembunyi di belakang Rafa, seakan-akan takut pada neneknya itu. Yuliana menyilangkan tangan di depan dada, menatap Nafeeza dari atas ke bawah seolah sedang menilai barang bekas yang tak laku dijual. “Astaga, kamu masih berani muncul di tempat seperti ini? Mall kelas atas, lho. Apa kamu pikir ini pasar kaget?” “Mira, kenalkan,”

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 95

    Begitu bel berbunyi, Nafeeza segera membuka pintu dengan senyum hangat yang ia latih sejak beberapa menit lalu.“Assalamu’alaikum,” sapa Rafa, berdiri di samping kedua orang tuanya.“Wa’alaikumussalam. Silakan masuk,” jawab Nafeeza sambil mempersilakan mereka masuk ke dalam rumah. Langkahnya sedikit gemetar tapi tetap mantap, seperti jiwanya yang sedang berusaha menyambut masa depan dengan keberanian.Pak Mahmud, alias Tuan Mahendra, mengedarkan pandangan ke ruang tamu yang bersih dan tertata rapi. Ia memperhatikan lukisan kecil di dinding, sofa abu lembut, dan vas bunga segar di meja tamu. Tak ada yang berlebihan, tapi semuanya menunjukkan sentuhan perempuan yang peduli pada kenyamanan rumah.“Rumahnya… nyaman,” komentar beliau datar, sambil duduk di salah satu sisi sofa.Nyonya Prameswari ikut duduk di sampingnya. “Dan wangi. Seperti toko bunga,” tambahnya sambil tersenyum sopan.“Alhamdulillah, senang kalau Ibu dan Bapak merasa nyaman. Silakan diminum dulu airnya,” ucap Nafeeza sam

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 94

    Keesokan harinya…Nafeeza menatap bayangannya di cermin, membenarkan kerudungnya sambil mengatur napas. Setelah menyiapkan sarapan dan memastikan Danis aman bersama Bibi Rara, Nafeeza pun bersiap berangkat ke Avila Studio.Tepat pukul sebelas siang, ia menghampiri ruang kerja Pak Edo dengan langkah pelan tapi yakin.“Pak Edo,” sapanya sambil mengetuk pelan pintu yang setengah terbuka.Pak Edo menoleh dari layar komputernya. “Oh, Nafeeza. Ada apa?”“Apa saya boleh pulang lebih awal hari ini, Pak? Orang tuanya Rafa akan datang. Saya harus menyiapkan beberapa hal.”Edo langsung menyunggingkan senyum lebar, seperti menemukan topik yang sudah lama ia tunggu-tunggu.“Wah, calon mertua datang, ya?” godanya sambil menyandarkan tubuh ke sandaran kursi dan menyilangkan tangan di dada.Nafeeza langsung tersipu, tapi berusaha tetap menjaga ekspresi datarnya. “Pak Edo…” ucapnya memperingatkan, setengah malu, setengah geli.“Lho, saya serius,” Edo mengangkat alis dengan gaya dramatis. “Ini pertemua

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 93

    Akhir pekan…Nafeeza berdiri di teras rumah kontrakannya, memandangi tumpukan kardus dan koper yang sudah ia siapkan sejak semalam. Sebagian sudah diberi label: baju Danis, alat dapur.“Semua udah beres di dalam?” suara Rafa terdengar dari dalam rumah, disusul langkah kakinya yang ringan membawa dua kardus ke halaman.Nafeeza tersenyum kecil. “Sudah hampir. Tapi… aku masih ragu bawa rak buku yang itu. Berat banget.”Rafa menengok ke arah dalam. “Yang coklat tua itu? Tenang aja, aku yang angkut.”Nafeeza hanya tersenyum, menyembunyikan kelelahan yang mulai merayap di ujung bahunya. Ia duduk sebentar di pinggiran teras, memandangi halaman yang selama ini jadi tempat Danis bermain bola kecil. Ada semacam rasa sentimental yang mengapung di udara. Tempat itu bukan rumah impian, tapi jadi saksi jatuh bangunnya ia sebagai ibu tunggal.Rafa menatap wajah Nafeeza yang teduh tapi menyimpan banyak luka tersembunyi. Ia tahu betul Nafeeza bukan perempuan lemah. Tapi luka yang terus-menerus diperta

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status