Share

Ibu mertua pingsan

Viona di tarik kuat oleh Melvin yang sigap menghindar dari lampu kaca yang segera menghancurkan pelaminan. Semua orang rusuh bahkan para media yang terkejut segera merekam kejadian itu.

"Kau tak apa-apa?" Cemas Melvin setelah berhasil membawa Viona turun ke bawah.

Wajah gadis itu pucat di sapa oleh keluarganya tapi Viona bisa menormalkan wajah walau ia cukup gemetar.

"Gadis sialan itu memang beruntung," Umpat nyonya Amber di saat rencananya gagal total. Ia mulai malas melihat itu dan segera pergi ke luar gedung.

...........

Setelah kecelakaan di gedung tadi, pesta langsung berakhir dan Viona di bawa ke hotel. Viona tengah duduk di atas kursi meja riasnya seraya melenturkan kaki dan tangan yang sangat pegal.

"Kenapa bisa lampunya tiba-tiba jatuh?!" Tanya Viona berpikir. Ia rasa staf disana semuanya profesional. Tapi, karena Melvin bilang itu kesalahan teknis jadilah Viona tak begitu risau.

Seperti sekarang. Viona tengah duduk di atas kursi meja riasnya seraya melenturkan kaki dan tangan yang sangat pegal. Ia memandang wajah cantiknya di depan cermin dan ada senyum malu yang terbit di bibir mungilnya.

"Kau bahagiakan?!" Tanya Vion pada dirinya sendiri. Semua beban yang tadi ia tahan di atas pelaminan seketika terasa lebih ringan.

"Setelah beberapa lama akhirnya kalian sah menikah. Sekarang kau bukan lagi seorang gadis, Vio! Kau sudah punya suami dan kau tak boleh lagi sembarangan mengambil keputusan, ok?!" Imbuhnya mempraktekan kata-kata bijak kedua orang tuanya saat melepas Vion saat di gedung tadi.

Ada rasa rindu di hati Viona saat mengingat keluarganya. Ia tak akan bisa lagi menjenguk mereka setiap hari dan pasti akan susah karna kediaman ayahnya di luar kota Jakarta.

"Tak apa, nanti kau pasti bisa bertemu dengan mereka," Gumam Viona mengusap air matanya yang tadi jatuh karna cukup sensitif jika soal hal seperti ini.

Viona segera membersihkan make-up di wajahnya seraya menunggu Melvin yang tadi menelpon di luar. Agak malu memang jika dikatakan menunggu karna ia juga cukup gugup untuk berhadapan dengan pria itu.

Setelah membersihkan wajah dan melepas aksesoris di rambutnya. Viona bangkit berdiri di depan cermin seraya berusaha melepas resleting di belakang tubuhnya.

"Haiss.. kenapa susah sekali?!" Gumam Viona berusaha meraih resleting itu.

Ia tak sadar jika pintu sudah di buka memperlihatkan Melvin yang masuk setelah selesai menelpon.

Pria tampan dengan khas mata coklat dan bulu halus di rahang tegasnya itu terpaku melihat Viona yang kesusahan melepas pakaian.

Terbit senyum nakal di bibirnya lalu berjalan pelan mendekati Viona.

"Kau seharusnya memanggilku, Sayang!"

"Eh!"

Viona terperanjat saat Melvin memeluknya dari belakang. Seketika jantungnya berdegup dengan wajah memerah bahkan sangat panas.

"M..Melvin!"

"Hm? Kenapa respon-mu masih begitu kaku? Kita sudah menikah," Pungkas Melvin menyandarkan dagunya ke bahu Viona yang memang mungil tapi percayalah apa keindahan di balik gaun ini.

Viona diam. Ia menunduk malu membuat Melvin sungguh tak tahan dengan istri kecilnya ini. Dengan lembut Melvin membalikan tubuh Viona menghadapnya hingga Viona semakin gugup.

"Kau lebih cantik jika tak memakai make-up seperti ini!" Puji Melvin menarik pelan dagu tirus Viona mengadah padanya.

Sungguh, Melvin sangat menganggumi kecantikan Viona yang memang asli asia. Mata bulat belo beningnya yang dihiasi bulu mata lentik alami, dengan kulit mulus dan alis yang hitam indah di pandang.

"A..aku ingin mandi," Gugup Viona tak sanggup bertatapan lama dengan mata tajam tapi hangat milik Melvin yang selalu bisa membuatnya jantungan.

"Kau ingin mandi?"

"Em."

Viona mengangguk canggung. Melvin tersenyum tipis menarik pinggang ramping Viona merapat padanya.

"M..Melvin!" Gugup Viona menahan dada bidang pria berjas lengkap ini tapi Melvin hanya diam dengan tangan naik menyentuh resleting gaun sang istri.

"Tinggi-mu berapa?" Goda Melvin dan tentu saja mata bulat Viona langsung melotot.

"150cm. Kau juga sudah tahu!!" Kesalnya memukul kecil dada bidang Melvin yang tertawa geli karna ia cukup pegal menunduk seperti ini.

"Kau kekurangan gizi, hm?"

"Apanya??!! Kau saja yang ketinggian!!" Ketus Viona jengkel menggembungkan pipinya pertanda merajuk.

Melvin yang tak tahan dengan itu segera mengigit bakpao kenyal ini sampai Viona terpekik keras.

"Sakiiit!!"

"Salahkan dirimu yang terlalu imut," Gemas Melvin mengecup kening Viona yang seketika semakin malu.

"Kalau kita berjalan bersama pasti aku seperti kurcaci. Tinggi mu 187 cm dan aku 150, seperti anak SMP," Dengus Viona menyadari kekurangannya.

Melvin seketika menghela nafas. Ia mengangkat ringan Viona duduk di atas meja rias hingga ia tak begitu menunduk lagi.

"Memang kenapa? Salahnya dimana jika aku lebih tinggi darimu?! Toh, jika seperti itu aku jadi mudah menggendongmu kemana-mana," Kelakar Melvin menggoda Viona yang seketika tersenyum geli.

"Terserah padamu saja. Bantu aku buka gaunnya, tubuhku sudah lengket," Resah Viona dan tentu Melvin tak sungkan menarik lepas resleting di belakang sana hingga Viona terkejut gaunnya hampir melorot sempurna untung ia cepat menahan di dada.

"Melviin!!" Pekik Viona segera turun dan berlari ke dalam kamar mandi dan menutup benda itu kuat.

Melvin cekikikan duduk di tepi ranjang yang sudah di hiasi bermacam bentuk bunga mawar. Ia memandangi pintu kamar mandi itu dengan sisa kegelian yang masih menjalar di perutnya.

"Dia memang seperti anak kecil," Gumam Melvin lalu menatap hiasan bunga bentuk hati di atas ranjang.

Seperti biasa, pria dewasa berumur 28 tahun seperti Melvin tentu akan berpikiran panas melihat romantisnya kamar ini.

"Kali ini aku tak akan melepaskan-mu," Gemas Melvin seraya membuka jas dan tiga kancing di atas kemejanya. Otot dada bidang Melvin terlihat seksi apalagi postur tubuhnya memang kekar dan berkharisma.

Saat ingin merebahkan diri di atas ranjang seraya memainkan ponselnya. Tiba-tiba pintu kamar di ketuk.

Sebenarnya Melvin jengkel dan sempat mengacuhkannya tapi, ketukan pintu itu tak berhenti hingga ia pasrah bangkit dan membukanya.

Niat hati ingin membentak seketika urung saat melihat nyonya Amber berdiri dengan wajah pucat.

"Mom?"

"Nak! Mommy ingin memberikan ini padamu," Jawab nyonya Amber menyodorkan nampan makanan dengan suara cukup lirih.

"Mom! Kau kenapa? Mommy sakit?" Cemas Melvin memegang bahu nyonya Amber yang tersenyum hangat memegang rahang tegas putranya.

"Mommy hanya kelelahan merasa pusing. Ini makanan untuk istrimu. Dia pasti lapar setelah acara tadi, nak!"

"Mom! Aku akan mengurusnya, mommy tak perlu mengantar kesini," Resah Melvin tapi nyonya Amber hanya tersenyum.

"Tak apa nak. Aku sudah menganggapnya sebagai putriku sendiri, sudah sepantasnya aku .."

Nyonya Amber seketika memegangi kepalanya dan langsung tumbang segera di tahan Melvin yang syok.

"Mom!" Panik Melvin segera menggendong nyonya Amber dan membawanya keluar dari sini tak peduli dengan nampan dan piring yang tadi jatuh.

Karena suara keras dari luar tadi, akhirnya Viona keluar kamar mandi dengan menggunakan handuk dan rambut panjangnya yang basah terurai indah dan tampak cantik. Sayang sekali jika Melvin tak melihat ini.

"Apa yang terjadi?! Tadi aku dengar suara mommy," Gumam Viona bingung mendekati pintu dan melihat serakan piring dan nampan.

Ia mencari-cari Melvin tapi sayang pria itu tak ada di kamar. Ponselnya-pun tertinggal di atas ranjang membuat Viona sangat gelisah dan khawatir.

....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status