Share

SB - Part 005

Hari masih sangat pagi, tapi Eleanor Wilson harus segera pulang untuk menyiapkan diri masuk kerja. Bagaimana pun, pekerjaan di Kantor adalah pekerjaan utama. Dia tidak ingin kehilangan pekerjaan utama demi pekerjaan paruh waktu. Gegas, gadis cantik berambut pirang itu mulai mengemasi barangnya.

"Kak Elle, apa kamu mau pulang?" tanya Floretta yang baru saja membuka mata. Gadis kecil yang masih berbaring di ranjang itu menatap Eleanor dengan wajah serius.

"Flow, kamu sudah bangun? Bagaimana tidurmu? Apa aku sangat berisik?" Elle membalas sapaan Flow sambil berkemas.

Semalam, gadis kecil itu tidur dengan nyenyak. Flow tidak membiarkan Elle berhenti bercerita tentang perselingkuhan kekasihnya sampai Flow tertidur. Untuk pertama kalinya sejak beberapa bulan ini, Floretta bisa tidur dengan nyenyak.

"Hmm, aku tidur sangat nyenyak. Terima kasih, Kak," sahut Floretta.

Eleanor tersenyum puas. Dia benar-benar sangat bersyukur. Tuhan memberi jalan keluar dari semua masalah yang selama beberapa hari terakhir membuatnya sakit kepala.

"Sama-sama, sampai jumpa lagi nanti sore, Flow," balas Elle.

"Apa harus pulang sepagi ini?" protesnya dengan bibir mengerucut. Momen bersama Eleanor sangat menyenangkan bagi Floretta. Sayang sekali mereka hanya bisa bersama semalaman.

Andai bisa setiap saat bersama, bukankah sangat menyenangkan?

"Aku harus bersiap untuk berangkat kerja, Flow. Jadi, aku harus pulang pagi-pagi sekali untuk bersiap-siap." Elle melanjutkan kesibukannya, tapi masih memberi jawaban masuk akal untuk Floretta.

Wajah Floretta terlihat tidak rela. Dia beringsut dari posisi tiduran. Gadis kecil itu duduk sambil menatap Eleanor dengan tatapan rumit.

"Kak Elle, kenapa tidak menunggu waktu sarapan tiba? Kita bisa sarapan bersama, bukan? Kak Elle juga bisa berangkat kerja dari sini?" protes gadis kecil itu sambil mengerucutkan bibirnya.

"Flow, mana boleh seperti itu. Aku di sini bekerja. Tidak boleh makan bersama kalian." Floretta masih kecil, tentu saja hanya berpikir sederhana.

Melihat penolakan Elle, gadis kecil itu terlihat tidak senang. Floretta masih ingin berlama-lama dengan Elle.

"Kak Elle, apa kamu tidak menyukaiku?" cicit Floretta sedih. Eleanor menghentikan kesibukannya. Melangkah mendekati gadis itu dan duduk berjongkok di depannya, Eleanor mengelus tangan Floretta lembut karena merasa bersalah tak bisa mengabulkan keinginan gadis kecil tersebut.

"Flow, kenapa bertanya begitu?" tanyanya sambil mengelus pucuk kepala Floretta lembut.

"Kak Elle datang ke sini hanya karena bekerja. Jika jam kerja habis, kamu tidak mau bersama aku lagi." Floretta berkata kecewa.

Elle menghela napas panjang. Ditatapnya wajah Floretta yang cantik. Air mata gadis kecil itu hampir tumpah.

"Bagaimana bisa kamu menilaiku seperti itu, Flow?" Mencoba bersimpati, Eleanor memeluk Floretta erat.

"Bagaimana kalau akhir pekan ini, aku menemanimu sepanjang hari?" tukas Eleanor berusaha membujuk.

Floretta menatap Eleanor serius, "Kak Elle janji?"

"Hmm. Kalian tidak perlu menghitungnya sebagai kerja lembur." Elle ingin meyakinkan pada Floretta bahwa, meski akhir pekan bukan jam kerjanya, dia bersedia menemani Floretta seharian, tanpa dibayar, untuk membuktikan bahwa dia bersedia menemaninya tulus.

"Baiklah, aku setuju!" Dua gadis beda usia itu saling melempar senyuman.

Setelah tercapai kesepakatan, Floretta tak lagi keberatan Elle pulang. Dia malah ikut turun mengantarnya sampai ke selasar.

"Kak Elle, kamu tidak boleh lupa dengan janjimu!" ucapnya mengingatkan.

"Tentu saja tidak! Aku akan mengingatnya. Kamu harus bersiap sekolah mulai hari ini, bagaimana?" Elle menyentuh kepala Floretta sambil tertawa kecil.

"Baiklah, kalau begitu kita kait jari!" Floretta menyodorkan jari kelingkingnya untuk dikaitkan dengan kelingking Elle, tanda keduanya saling berjanji.

Floretta bersedia masuk sekolah mulai hari ini, akhir pekan Elle akan menemaninya sepanjang hari.

Aaron Fletcher menyaksikan dua orang itu dari balkon dengan wajah penuh tanya. Sambil melipat tangan, Aaron berusaha menebak apa yang dibicarakan mereka berdua.

Begitu Elle berbalik pergi, Floretta kembali masuk. Aaron bergegas turun untuk menemui keponakannya tersebut. Semalam dia tidak sempat mengucapkan selamat malam pada Floretta karena keberadaan Elle.

"Flow, kamu tidak bisa tidur semalam?" sapa Aaron sembari mengayunkan langkah mengikis jarak mereka berdua. Melihat pamannya bertanya dengan penasaran, Floretta melompat dalam pelukan Aaron Fletcher.

"Apa paman tiap hari bangun pagi?" Bukannya menjawab, Floretta malah balik bertanya.

"Hey, Paman bertanya padamu, kenapa kamu malah balik bertanya?" Aaron menekan hidung Floretta gemas.

"Paman, aku sangat senang. Jadi, tadi malam aku tidur sangat nyenyak." Floretta berkata jujur.

"Benarkah?" Aaron menelisik wajah Floretta setengah tak percaya.

"Lalu, kenapa kamu sudah bangun?" tanyanya kemudian.

"Karena aku mengantar Kak Elle pulang."

"Kak Elle?" Aaron perlu memastikan. Floretta memanggil Eleanor Wilson dengan panggilan Elle.

"Ya, Kak Elle, maksudku Eleanor Wilson." Floretta berkata polos.

"Kamu menyukainya?" tanya Aaron serius.

"Ya."

"Ceritakan pada Paman, kenapa kamu menyukainya?"

"Karena Kak Elle sangat cantik."

"Cantik?" Dahi Aaron berkerut. Sungguh alasan yang absurd. Bagaimana bisa keponakannya ini menyukai orang lain hanya karena orang itu cantik.

"Paman tidak melihatnya?" Sepasang netra Floretta menatap Aaron serius.

"Aah, itu ... aku tidak terlalu jelas." Floretta menyukai Eleanor Wilson karena gadis itu sangat cantik. Meski Aaron merasa ini adalah pertanyaan konyol. Namun, dia tak ingin membantah ucapan keponakannya.

CEO tampan itu meletakkan Floretta di ranjang, "sebaiknya kamu tidur lagi. Paman akan menunggumu di sini."

"Paman Aaron, hari ini aku ingin datang ke sekolah. Jika tidur lagi, takutnya nanti aku kesiangan," tolak Floretta.

"Ke sekolah, benarkah?" Sepasang mata Aaron Fletcher berbinar saat mendengarnya.

"Ya, aku sudah membolos lebih dari dua bulan."

"Baiklah, nanti paman akan mengantar ke sekolahmu."

Ada rasa bahagia yang meledak memenuhi dada Aaron. Ada keajaiban yang membuat Floretta ingin kembali ke sekolah. Hari ini keajaiban itu telah datang ke rumah ini ... sejak kedatangan Eleanor Wilson. Samar-samar, Aaron mengukir senyuman tipis di sudut bibirnya.

****

Di ruang makan, Nyonya Besar Fletcher terbengong melihat Floretta sudah duduk dengan tenang di bangkunya. Wajah mungil Floretta terlihat semringah pagi ini. Yang paling mengejutkan, pagi ini tubuh mungilnya sudah terbalut dengan seragam sekolah.

Nyonya Besar dan Tuan Besar Fletcher saling pandang beberapa saat sebelum membuka pembicaraan.

"Flow, apa hari ini kamu sudah siap kembali ke sekolah?" tanya Nyonya Besar Fletcher membuka pembicaraan.

Floretta mengangguk penuh semangat sambil menghabiskan susu sampai tegukan terakhir.

"Aku sudah berjanji pada Kak Elle untuk kembali ke sekolah. Sebagai gantinya, akhir pekan nanti dia akan menemaniku jalan-jalan." Floretta berkata riang.

Sepasang Nenek dan Kakek itu terkejut mendengarnya. Putra tampannya itu hanya bisa mengendikkan bahu ketika keduanya memberi isyarat pertanyaan padanya. Aaron juga tidak mengerti apa yang terjadi. Kenapa Floretta bisa menurut pada Eleanor di pertemuan pertama mereka.

"Kamu menyukai Nona Eleanor Wilson?" tanya sang Nenek kemudian.

"Iya, Nenek. Semalam aku tidur sangat pulas. Kak Elle bercerita padaku tentang banyak hal."

"Uhuk, uhuk!" Aaron Fletcher tersendak saat mendengar perkataan Floretta. Dia jadi teringat kembali cerita apa yang dimaksudkan olehnya saat ini. Semalam dia ikut menyimak kisah perselingkuhan kekasih Nona Eleanor.

"Paman Aaron, kamu tidak boleh buru-buru. Makan dengan pelan!" Floretta menuangkan air minum.

"Terima kasih, Flow."

Keponakan kecilnya itu hanya mengangguk kecil. Dia kembali melanjutkan sarapannya dengan penuh antusias. Melihatnya, Nyonya Besar Fletcher sangat bahagia. Akhirnya, cucu perempuannya ini bisa kembali ceria seperti dulu. Meski belum kembali sepenuhnya, tapi ini adalah awal yang bagus.

'Sebaiknya Anda harus mempunyai penjelasan yang masuk akal padaku, Nona Eleanor Wilson. Kenapa Anda harus menceritakan kisah cinta Anda pada keponakan saya. Bukankah itu hanya akan merusak otak kecilnya yang masih sangat bersih?' batin Aaron Fletcher.

Dia sudah memutuskan untuk menelusuri latar belakang Eleanor sedetail mungkin. CEO tampan itu tidak mau menempatkan orang yang salah untuk keponakannya.

"Baiklah, mari kita berangkat sekolah!" ajak Aaron.

Floretta mengekori pamannya yang tampan itu menuju garasi dengan penuh semangat. Hari pertama kembali ke sekolah setelah hampir tiga bulan tidak datang.

"Semoga hari ini menyenangkan, Flow." Aaron memasang seat belt Floretta.

"Terima kasih, Paman Aaron."

Ini adalah awal yang baik untuk Floretta kembali menjadi anak yang riang seperti dulu. Dengan bertemu dengan teman-teman, Aaron berharap Floretta bisa melupakan trauma.

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status